William duduk di depan rumah sambil menunduk ke bawah. Pikirannya sedang berantakan. Hanya Margaret yang setia menemaninya sampai saat ini. Sekarang, suasananya sangat sepi. Tidak ada tawa bahkan tidak ada tanggisan yang kerap didengarnya dari sebuah kamar. Kamar Aurora yang penuh rintihan dan luka hati.“Tuan …,”“Makananya sudah dingin.”William menoleh. Margaret terlihat cemas memandanginya. Sudah seharian ini dia tidak menyentuh makanan sedikit pun. Dia ingin sendiri, menangis lalu meratapi nasibnya yang kelam.“Tuan, Edward sudah tidak ada, apa Tuan ingin mencari pengawal baru?” Perempuan paruh baya itu takut membuat sang majikan menangis lagi.“Nyonya Adelia akan datang, dia sudah menghubungi saya,” sahutnya. Tidak ada suara, William hanya bisa menganggukan kepala sebagai tanda.“Saya permisi dulu, Tuan.”Margaret bergegas kembali ke dapur. William masih saja sama. Duduk di depan rumah dan memandangi bunga-bunga yang indah di musim semi. Dulu, Aurora menyukai bunga-bunga yang di
Terakhir Diperbarui : 2025-05-03 Baca selengkapnya