Share

Bab 117

Author: Anana-chan
last update Last Updated: 2025-05-03 12:21:00

‘Tidak ada yang peduli bahkan sampai saat ini, apakah cinta hanya permainan saja?’

William berjalan dengan sangat pelan masuk ke dalam rumah prof. John. Dia memandangi lelaki itu dari kejauhan. Adelia, perempuan paruh baya itu menemaninya. Sesuai permintaan Aurora, dia ingin bertemu dengan Adelia. Perempuan cantik yang menjadi selingkuhan ayahnya.

“Kau ke sini?”

Prof. John berdiri di samping Aurora. Dia spontan mengengam tangan Aurora dengan erat saat William tepat berdiri di depannya. Adelia spontan memeluk Aurora. Mengelus perutnya dan mencium keningnya. Satu butir air mata menetes di pipinya saat ini. Namun, Aurora tidak peduli. Perempuan itu adalah perempuan jahat. Bagaimana pun, Aurora sangat membencinya!

“Jangan lakukan ini, aku membencimu!” ucapnya. Adelia sontak memundurkan tubuhnya. Sorot mata Aurora sama sekali tidak bersahabat menatapnya.

“Kita bisa bicara di dalam. Sesuai keinginan Aurora, dia ingin kau menjauh darimu!” Prof. John menatap William yang hanya bisa menunduk k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 118

    Aurora menghela napas berat. Ia memandangi Joanna yang sedang menatapnya. Perempuan itu terlihat sangat sedih. Perlahan, bola matanya terlihat basah.“Ada apa?”“Mengapa wajahmu terlihat sangat kacau?” Aurora melepaskan pelukan saat perempuan itu ingin memeluknya. Joanna menyeka air mata yang ingin terjatuh di pipi. Sekuat tenaga dia tidak ingin menangis di hadapan Aurora.“Aku tidak ingin menangis.”“Tapi aku tidak kuat, sama sepertimu,” ucapnya lirih. Aurora semakin ragu dengan jawaban gadis cantik itu. Aurora mengenal Joanna dengan baik. Dia perempuan kuat, tidak seperti dirinya. Bahkan saat Joanna mengatakan tidak kuat, Aurora tidak percaya.“Edward, lelaki itu meninggalkanku. Aku mencintainya. Semua terlambat, aku …,” satu butir air mata menetes lagi. Tubuh Joanna bergetar di depan Aurora. Dia terisak meratapi kesedihannya.Aurora menghela napas panjang. Dia mengengam tangan sahabatnya itu.“Jadi karena itu.”“Jika seperti itu maka kamu dan Edward bukanlah jodoh. Cinta memang san

    Last Updated : 2025-05-03
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 119

    “Aku ayahnya!”“Mengapa kau tidak mempersilahkanku masuk?”Wajah William memerah menahan amarahnya. Dia tidak suka dengan sikap para pengawal yang menahan dirinya untuk masuk ke gerbang rumah sakit.“Aku bisa memecah kepala kalian!” ancamnya. Sorot mata William sangat tajam. Ada sepuluh lebih pengawal yang berjaga di depan dan saling pandang.“Maaf Tuan William, prof. John memerintahkan kami untuk tidak mengizinkan anda masuk,” jawab salah satu pengawal. William berdecak kesal. Dia menyipitkan mata sambil mengambil ponsel. Dia ingin menghubungi lelaki keparat yang sudah membawah istrinya pergi dan sekarang, dia malah melarangnya untuk masuk. Benar-benar kesal!“Sial!”“Maaf Tuan William, ini perintah dari prof. John. Kami hanya menjalankan tugas. Kami tidak bisa berbuat apapun saat ini,” sambungnya lagi. William menghela napas kasar. Dia menatap kelima pengawal itu dengan penuh amarah.“Rumah sakit ini adalah milik keluarga Zubaric. Jadi, Tuan tidak bisa melakukan apapun.”Dengan penu

    Last Updated : 2025-05-03
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 120

    William mencium pipi bayi Peter. Memeluknya dengan erat dan tidak ingin melepaskannya. Bayi mungil itu tersenyum menatapnya.“William, berikan kepada ibunya!” sahut Adelia saat Aurora sudah menyuruh Joanna untuk mengambil bayinya dari gendongan William.“Dua menit lagi, aku masih merindukanya, Aurora!”“Apa kau tega memisahkan aku dengan dirinya?” gerutu William kesal.Aurora menghela napas panjang. Dia sangat tidak suka dengan ucapan perempuan paruh baya itu.“Lepaskan anakku dan pergilah!”“Aku tidak menyukaimu!” ucap Aurora tegas. Joanna spontan mengambil bayi Peter dan meletakkan kembali ke dalam boxnya. William menghela napas panjang.“Kau jahat Aurora, mengapa melakukan ini kepadaku?” William menunduk ke bawah. Aurora membuang pandangan. Dia tidak ingin menatap wajah lelaki itu. Dirinya masih sangat kesal dengan semua ini.“Pergilah!”“Aku tidak membutuhkanmu!” Adelia menarik tangan putranya keluar dari ruangan itu. Dia tidak ingin Aurora mempermalukan William seperti demikian.

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 121

    “Mengapa kau ingin menemuiku?”“Aku sudah katakan, seumur hidupku! Aku tidak ingin berhadapan denganmu. Apa kau paham itu?”Rebeca menatap tajam ke arah perempuan yang sedang menatapnya. Tidak ada kasih untuknya. Rebeca benar-benar kesal. Mengapa perempuan itu masih berada berhadapan dengannya? Seharusnya dia malu. Apa perempuan itu tidak punya malu? Pikirnya.Adelia menunduk ke bawah. Dia tidak berani memandang Rebeca.“Maafkan aku,” sahutnya lirih.“Kau bahkan tidak bisa mengembalikan suamiku dengan meminta maaf saja! Kau pikir aku bahagia?”“Aku terluka, aku benar-benar terluka karenamu!” teriak Rebeca kesal. Dia sengaja meminta Roy mengantarnya di apartemen perempuan itu. Khusus untuk menuruti keinginannya. Tentu saja dia ingin mengeluarkan sesak di dadanya dan memaki Adelia. Sudah lama dia ingin memaki perempuan murahan yang tidak tahu malu merebut suaminya.“Maafkan aku, kau bisa marah kepadaku!”“Tapi ingat, aku tidak sengaja melakukan ini!” sahut Adelia. Dia menongakan wajah m

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 122

    “Kita belum bisa berangkat ke Inggris, Peter tidak dizinkan naik pesawat. Tunggu sampai empat bulan,” ucap prof. John sedih. Dia menatap Aurora yang sedang memberikan ASI kepada Peter.“Apa nggak masalah?” tanya Prof. John sedikit ragu. Roy menggelengkan kepala secepat mungkin. Tentu saja dia tidak masalah. Joanna akan wisuda empat bulan lagi dan dia bisa membawah gadis cantik itu bersamanya. Roy ingin memperkenalkan Joanna kepada ibu dan ayahnya di Inggris.“Aku nggak masalah,” sahut Roy semangat sambil mencolek pipi Joanna. Perempuan itu mengerutu kesal.“Tidak masalah prof. John. Lagian juga kita belum bisa membawah Peter jauh,” seru Aurora. Dia mengelus kepala putranya dengan lembut. Prof. John tersenyum.“Oke, untuk empat bulan ini. Aku akan mengusut kasus Dominic juga. Dia harus mendapatkan hukuman karena menyekapmu dulu. Dia juga yang membunuh Antoni dan pamanmu.”Roy secara cermat mendengarkan penjelasan prof. John.“Untuk kamu Roy, besok temani saya ke kantor!”“Jangan pacara

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 123

    Cicilia menangis tersedu di hadapan prof. John. Prof. John akhirnya mendatangi wanita itu. Cicilia berjanji dengan penuh keseriusan, hari ini adalah hari terakhir dirinya menghubungi prof. John. Dia tidak akan menganggu Aurora dan prof. John lagi.“Apa yang membuatmu sedih?” tanya prof. John lirih.“Cicilia, kamu ini wanita yang kuat. Tidak mungkin rapuh hanya karena masalah sepele seperti ini!”Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia mengengam tangan prof. John tapi ditepis secepat mungkin.“Apa kamu sudah tidak ingin bersamaku?” sahutnya dengan bola mata berkabut. Prof. John menghela napas berat.“Aku bosan dengan pertanyaanmu, Cicilia. Aku sudah katakan, aku sudah bersama Aurora. Dia perlahan menerimaku. Apa kamu tidak tahu?” ucapnya. Cicilia menunduk ke bawah. Dia menyeka air matanya yang mengalir seketika.“Jadi, apa yang terjadi dengan ayahmu?”“Apa perusahaanya bangkrut?” sergap prof. John. Cicilia terisak menangis. Dia sesekali menganggukan kepal

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 124

    Prof. John menyentuh kepalanya yang seakan ingin pecah seketika. Entah mengapa dadanya terasa sesak. “Apa yang terjadi?” gumamnya. Dia menatap Cicilia. Perempuan itu tidak memakai busana. Cicilia duduk di sampingnya sambil menangis.Prof. John secepat mungkin mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Bola matanya membulat sempurna.“Apa yang terjadi?” sahutnya frustasi. Cicilia menghela napas panjang. Dia memeluk prof. John namun secepat kilat ditepis lelaki itu.“Jangan sentuh aku!”“Apa yang kau lakukan, Cicilia?”“Kau~”Prof. John menghentikan ucapannya. Dia segera turun dari tempat tidur. Memungguti bajunya yang berserakan di lantai.“Cicilia, apa yang kau lakukan! Jangan menangis seperti ini!”“Kau menjebakku?” prof. John menatap tajam ke arah Cicilia. Cicilia spontan menggelengkan kepala. Dia terus menangis di hadapan prof. John.“Aku tidak melakukan ini, John!”“Kamu yang meniduriku!”“Kamu yang ingin bercinta denganku, bagaimana sekarang? Kamu yang lakukan ini kepadaku!” te

    Last Updated : 2025-05-04
  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 125

    “Ada apa sih John? Mengapa wajahmu terlihat aneh seperti itu?”“Kamu sudah seharian terlihat seperti orang asing. Apa ada yang menganggumu saat ini?” tanyanya. Prof. John menghela napas panjang. Dia memijit kepalanya yang terasa sakit. Prof. John duduk di kursi goyangnya.“Ada apa?”“Kita hanya dua orang di ruangan ini, katakan apa yang sedang kamu rasakan. Aurora sampai khawatir dengan dirimu,” ucapnya lagi. Prof. John menghela napas panjang. Dia bingung harus menjelaskan apa kepada Roy. Pasti Roy kaget saat mendengarkan bahwa dirinya sudah bercinta dengan Cicilia.Prof. John terdiam membisu. Dia memegang dagunya dan mengelusnya secara perlahan. Roy semakin greget dengan sifat sahabatnya itu.“John, katakan kepadaku, apa yang terjadi!”“Jangan seperti ini, ah kau benar-benar membuatku penasaran!” gerutunya kesal. Prof. John menatap Roy yang terlihat gusar. Dia bingung harus menjelaskan seperti apa sehingga Roy tidak memarahinya.“Oke, jangan kaget yah,” serunya. Roy menganggukan kepa

    Last Updated : 2025-05-04

Latest chapter

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 146

    “Apa kamu serius akan meninggalkan semua ini?”“Aku yakin, prof. John akan menunggumu. Dia lelaki setia. Dia tidak mudah menyerah!”“Jadi, kamu harus menikmati hidupmu selama lima tahun di Prancis ini dan kembalilah bersamanya nanti. Apa kamu tegas melihatnya bersedih seperti itu?” gumam bibi Madame. Aurora tersenyum.“Ya, aku akan menjadi Aurora yang baru dan layak untuk dicintainya. Jika aku tetap di Nevada maka aku tidak akan bisa membahagiakannya. Aku dan melukaianya dan aku akan terbayang dengan masa lalu yang menyakitkan! Aku tidak ingin itu terjadi,” sahut Aurora sambil memandangi Madame. Perempuan paruh baya itu setuju.“Ya, aku setuju dengan keputusanmu, kamu berhak memiliki waktu sendiri. Buatlah dirimu bahagia dan perhatikan Peter dengan baik,” serunya. Aurora menghela napas lega.Selama di Prancis, dia akan membuat banyak hal. Aurora akan terjun di dunia bisnis pakaian dan juga akan melanjutkan hobinya untuk menulis novel. Bibi Madame menemainya selama setahun. Rupanya per

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 145

    “Dia pantas mendapatkan itu!”“Dia sangat pantas mendapatkan itu!” sahut Cicilia lirih. Para pengawal menahannya. Para pengawal berusaha mengurungnya di ruangan khusus. Alex hanya bisa menenangkan Cicilia. Memberikan peringatakan dengan apa yang baru saja dilakukannya.“Kamu akan mendapatkan hukuman dengan apa yang kamu lakukan hari ini!”“Aku tidak peduli!” teriak Cicilia segera.“Kamu pikir aku peduli itu, Alex? Aku sama sekali tidak peduli. Aku menyesal, bukan Aurora yang terkenal pistolku melainkan William!”“Sial!” gerutunya. Alex menghela napas panjang. Cicilia benar-benar keras kepala. Seharusnya perempuan itu menyesal. Apa dia sudah gila? Pikir Alex.“Kamu gila, Cicilia!”“Kamu benar-benar gila!” gerutunya kemudian. Cicilia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia tertawa terbahak-bahak dan membuat Alex ketakutan setengah mati.“Aku memang gila, aku gila karena John!”“Aku gila kerena John!” sahutnya lagi. Para pengawal akhirnya membawah Cicilia ke kantor

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 144

    “Cicilia?” sahut prof. John tidak menyangka. Perempuan itu ada di depannya secara tiba-tiba. Kapan Cicilia datang? Bagaimana bisa dia tahu di mana dirinya berada.“Kau membohongiku, prof. John!” gumamnya. Satu butir air mata menetes di pipinya. Cicilia mengarahkan pistol itu ke arah Aurora. Prof. John segera menarik tangan Aurora mendekat ke arahnya.“Apa yang kau lakukan?”“Apa yang kau lakukan, Cicilia? Hentikan dan simpan pistolmu!” perintahnya. Aurora menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Tubuhnya bergetar hebat karena ketakutan.“Kau membohongiku John, apa seperti ini caramu?” Cicilia semakin mendekat. Dia menatap Aurora dengan pandangan tajam.“Aku sudah katakan, jika aku tidak bisa memilikimu, maka Aurora tidak bisa memiliki siapapun itu!” gumamnya lagi. William secepat mungkin berdiri di samping Aurora. Kedua lelaki itu berdiri dan menghadang Cicilia.“Kau berjanji akan menikahiku, John!”“Apa seperti ini yang kau janjikan kepadaku? Kau membohongiku, kau m

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 143

    Roy menatap Joanna yang tampak manis malam ini. Besok, perempuan itu akan resmi menjadi miliknya. Roy sudah menunggu hal itu jauh-jauh hari. Dia sangat ingin Joanna menjadi miliknya.“Apa kamu menyukainya?” bisik Roy lembut. Makan malam istimewa ini sebagai kado spesial. Dia mencintai Joanna setulus hatinya dan memberikan apapun yang diinginkan perempuan itu.“Apa kamu menyukainya?” tanyanya lagi. Joanna menganggukan kepala. Dia sedikit malu dengan sentuhan Roy yang sangat memabukan.“Aku sedih,” bisik Joanna. Mereka berdua duduk di taman yang indah. Saling bertatapan dan saling menebar kasih.“Apa yang kamu pusingkan sayang?”“Apa ada yang menganggumu?” Joanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan.“Aurora, aku kasihan kepadanya. Besok adalah hari bahagia untukku, tapi untuk Aurora, aku rasa dia akan sedih dengan rumah tangganya.”Roy tersenyum. Hal yang sangat disukai dari Joanna adalah ketulusan hatinya. Joanna cantik dan memiliki hati yang tulus. Selain itu, di

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 142

    Cicilia duduk sambil menunduk ke bawah. Air matanya terus mengalir. Dadanya terasa sesak. Dia sesekali memandangi prof. John yang sedang berdiri di depannya. Alex keluar dan membiarkan prof. John berbicara dengan serius kepada Cicilia. Perempuan itu akan mendengarkannya dengan baik.“Jadi, kamu berencana untuk mengakhiri hidupmu? Apa kamu tidak pernah pikirkan hal ini lebih jauh?” gumamnya. Prof. John memandangi Cicilia yang terus terisak menangis.Prof. John menyentuh tangan perempuan itu. Memberikan ketenangan kepadanya.“Aku yakin, kamu bisa melewati semua ini, Cicilia. Aku yakin kamu bisa menghapus segala sakit hatimu itu.” Prof. John mencondongkan wajahnya. Dia meraba pipi perempuan itu dan menyeka air matanya.“Kamu sudah berjanji akan menikahiku!” Cicilia menatap prof. John dengan bola mata berkabut.“Aku tidak bisa menguasai diriku sendiri, aku tidak bisa,” bisiknya lagi. Cicilia segera berdiri dan spontan memeluk prof. John. Dia tidak ingin melepaskan lelaki itu. Dia sudah gi

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 141

    “Aurora, aku serius mengatakan hal ini, tidak mungkin prof. John melakukan hal yang membuatmu terluka. Dia tidak akan melakukan itu, aku serius!” jelas Joanna penuh keyakinan. Dia menunjukan seluruh bukti dan rekaman Alex. Lelaki itu menjelaskan bahwa dirinya dan Cicilia memiliki hubungan tersembunyi.Jika Cicilia sedang frustasi, perempuan itu akan menghampirinya. Mengadu dan bahkan mereka selalu bermesraan. Cicilia memanfaatkannya sebagai tempat untuk meluapkan seluruh emosi. Alex paham, namun rasa sayangnya kepada Cicilia benar-benar sangat besar. Dia tidak ingin perempuan itu sendiri dalam keterpurukan. Maka dari itu, Alex berusaha bersamanya dan mengejarnya hingga ke Nevada.Aurora memandangi seluruh bukti yang ditunjukan Joanna dan Roy secara serius.“Prof. John lelaki baik, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Makanya, aku jelaskan kepadamu seperti ini agar kamu paham!” sambung Joanna.Aurora menghela napas panjang.“Aku harus pulang, Roy dan aku harus mengurus beberapa ke

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 140

    “Kau bisa marah kepadaku saat ini, kamu bisa berteriak dan memukulku. Tapi, biarkan William dan Aurora bersama lagi. Peter membutuhkan keluarga yang utuh. Bayi itu membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya,” sahut Adelia. Air matanya terjatuh di pipi. Rebeca menghela napas panjang. Dia memandangi William yang sedang menatapnya.“Maafkan aku,” gumamnya lirih.“Maafkan aku!” pintanya lagi. Adelia menunduk ke bawah dan terus meminta maaf kepada wanita yang pernah disakitinya itu. Tidak mudah bagi Rebeca untuk menerimanya kembali. Tidak mudah bagi Rebeca untuk melupakan penghianatan suaminya karena Adelia.“Aku tidak bisa!”“Aku tidak ingin anakku menderita, Adelia!”“Aku tidak bisa Aurora menderita, cukup aku saja yang mengalami ini. Tidak untuk putriku!” gerutunya. Adelia menghela napas berat. Dia mengengam tangan Rebeca semakin erat.“Kamu bisa marah kepadaku sekarang, Rebeca!”“Kamu bisa memakiku saat ini, tapi jangan lakukan kepada William. Jangan pisahkan putraku dengan perempuan y

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 139

    “Definisi cinta selalu berbeda bagi orang yang merasakannya,” gumam Roy. Dia menunggu Cicilia selesai menangis. Dia harus mencoba menyadarkan perempuan itu terhadap apa yang sedang dirasakannya. Bukan cinta yang ada di hatinya. Bukan cinta yang ada di hati Cicilia saat ini.Cicilia secepat kilat menyeka air matanya. Dia menunduk ke bawah. Malu karena Roy sedang menatapnya saat ini.“Aku minta maaf karena membuatmu menangis.”“Aku kasihan denganmu Cicilia, kamu harus tahu ini, kamu harus paham bagaimana John dan keras kepalanya. Kamu akan terluka jika terus bersamanya. Cinta tidak akan membuatmu bahagia bersamanya. Dia tidak akan mencintaimu, kamu hanya melukai dirimu!”“Aku mengandung anaknya!” tegas Cicilia kemudian. Roy menghela napas panjang.“Apa benar kamu mengandung anaknya?” tanyanya lagi. Cicilia menganggukan kepala.“Ya, aku mengandung anaknya, aku tidak berbohong! Aku mengandung anaknya!” rancau Cicilia. Seluruh yang ada di restoran itu menoleh ke arah mereka. Roy mencoba me

  • Cintai Aku, Tuan Presdir   Bab 138

    “Semua lelaki sama saja, kamu memberikan luka itu kepadaku, kamu tidak peduli, kamu dan William sama saja!” rancau Aurora. Dia terus menangis di dalam pelukan prof. John.“Kamu egois!” hardiknya.Butiran bening itu terus mengalir di pipinya. Tubuh Aurora bergetar. Dia tidak kuasa menahan luka hatinya. Dia tidak kuasa menerima semua ini. Sungguh, dia tidak tahan lagi. Aurora ingin berteriak. Aurora ingin pergi saja dari tempat itu. Tidak ada orang yang bisa dipercayainya. Tidak ada orang yang begitu tulus melindunginya. Semuanya sama saja! Melukai hatinya dan membuatnya tidak bisa berkata apapun.“Maafkan saya Aurora.”“Apa yang kamu katakan benar adanya, saya egois, saya lelaki egois!” ucap prof. John. Dia terus memeluk Aurora dan tidak ingin melepaskannya.“Saya tidak ingin kamu kembali bersama William. Saya menahanmu di sini agar kamu tetap memilih saya. Semua hal ini diluar kehendak saya, semuanya tidak bisa saya atasi!” ucap prof. John. Suaranya merendah. Seakan sedang menahan ses

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status