“Maafkan ibu, karena cinta ibu, kamu seperti ini.”“Ibu tahu, ini adalah kesalahan ibu, kamu berhak marah, kamu berhak memaki ibu. Tidak masalah. Ibu tidak akan marah kepadamu,” serunya.Adelia menghela napas berat. Dia menyentuh tangan William. Lelaki itu tidak menepisnya lagi. Hanya diam dan terus menangis. Adelia bisa merasakan tubuh William yang sedang bergetar. Dia menahan sesak di dadanya saat ini.“Kamu berhak marah, William!”“Ibu yang salah. Apa kata ayahmu?” tanyanya. Adelia mencoba menatap William dan berharap putranya itu melihatnya juga.“Ayah mengatakan, jaga ibumu. Dia tetap ibumu. Bagaimana pun aku membencinya, dia tetap ibumu!” jelas William. Intonasi suaranya merendah saat ini. Tidak ada amarah. Dia berusaha menahannya.“Ayahku sangat mencintaimu. Mengapa tega menghianatinya? Mengapa tega mewarisi kutukan ini kepadaku? Sahabatku juga menodai pernikahanku sendiri. Orang yang aku cintai pergi bersama anakku. Ini semua karena …,” kata-kata William terjeda. Dia tidak san
Last Updated : 2025-05-04 Read more