Wanita itu berjalan pelan, senyum tipis di bibirnya. Tubuhnya anggun dibalut gaun putih bersih yang menjuntai indah, selaras dengan warna dominan ruangan. Wajahnya begitu tenang, terlalu tenang untuk orang yang baru saja menculik orang lain. Alisha bisa merasakan aura aneh ini.“Selamat siang, Alisha,” sapanya, suaranya lembut tapi dingin, seolah-olah mereka hanya sedang bertemu di sebuah jamuan teh.Alisha mencoba menguatkan diri. “Apa yang kau mau?” tanyanya pelan, nadanya parau.Serena berjalan ke sisi ruangan, mengambil secangkir teh dari meja kecil, lalu duduk di kursi berlapis beludru putih di hadapan Alisha. Tangannya bergerak anggun, namun tatapan matanya menusuk.“Kau tahu,” ucap Serena santai, mengaduk tehnya, “aku sempat bingung, di mana tempat yang paling cocok untuk menjamu istri seorang Zayden Wicaksana. Tapi aku rasa… kamar ini pantas.”Dia memandang sekitar. “Cantik, bukan? Putih… bersih… terang. Tempat yang sempurna untuk seseorang sepertimu, Alisha.”Alisha menahan de
Last Updated : 2025-06-14 Read more