“Aneh,” gumam Bik Ela. “Neng Sherin,” panggilnya.“Iya, bik.” Sherin kembali membawa sapu.“Sudah saya sapu semua, di pel juga sudah. Lauk dan sayur ada di belakang ya, bibi mau pulang.”“Oh, iya,” sahut Sherin. Ia menghela lega karena wanita paruh baya itu tidak membahas lagi masalah Irwan yang keceplosan memanggilnya sayang.“Besok bibi nggak masuk, tolong kasih tahu Ibu ya. Takutnya nungguin, terus nggak ada yang masak.”“Beres, nanti aku yang masak.”“Ish, perempuan idaman banget atuh. Udah rajin beberes rumah, pinter masak, cantik pula. Mana ada pria yang nggak mau,” ucap Bik Ela lalu terkekeh.“Ada bik, itu Ayahnya Beni nggak mau lagi sama saya. Buktinya kami bercerai.”Bik Ela mengibaskan tangan di depan wajahnya. “Manehna gelo. Masa berlian dipelukan malah dibuang. Ya udah ya, bibi pulang dulu.”Sherin tersenyum sinis ketika Bik Ela sudah menutup pintu pagar. “Banyak bacot, sok tahu urusan orang. Jadi pembantu kurang ajar sama majikan,” keluh Sherin. Memutuskan ke kamar untuk
Last Updated : 2025-05-02 Read more