"Mi, aku mau pulang," pinta Barra tiba-tiba, suaranya pelan tapi tegas. Kezia langsung mengernyitkan dahi, bingung. Tidak ada percakapan sebelumnya tentang kepulangan, dan kini pria itu tiba-tiba berubah. Aneh. "Kamu belum pulih, Barra! Mau apa pulang sekarang?!" sergah Kezia tajam, matanya menatap tak percaya. Akan tetapi, bukannya menjawab, justru, Barra hanya diam. Egonya terlalu tinggi untuk mengakui alasan sebenarnya. Dia ingin mengawasi Yasmin—khawatir wanita itu terjebak pesona Bagas. Hatinya terusik sejak tadi, apalagi pesan-pesan yang dia kirim belum juga dibaca. "Mami tahu sendiri aku tidak betah di rumah sakit," kilahnya pelan. Barra menunduk, menatap layar ponsel yang masih menunjukkan tanda centang dua abu-abu. Cemas dan takut, makin lama, perasaan itu berubah menjadi gelisah yang menyiksa. Jemarinya bergerak cepat mengetik pesan, lalu menghapus, mengetik lagi, lalu menghapus lagi. "Aku sudah sehat, Mi," ucap pria itu, kali ini lebih keras. Sorot matanya tidak bisa di
Last Updated : 2025-04-21 Read more