Share

Bab 91 : Yasmin Milikku!

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 13:12:15

“Jangan sentuh milikku!” tegas Barra. Suaranya dingin dan beku, tetapi amarah yang terpancar dari sorot matanya seolah mampu membakar salju di puncak gunung.

Tatapan itu mengunci Yasmin, meskipun jarak mereka terpaut cukup jauh.

Bagas tersenyum tipis dengan alis terangkat santai. “Milikmu? Seingatku kamu hanya pengacara, dan Yasmin saksi dalam kasus klienmu.”

Barra mendengkus. Rahangnya mengeras, dadanya naik turun tertahan. Meskipun tubuhnya masih dalam masa pemulihan, keinginan untuk menghajar Bagas terasa begitu kuat, seperti bara yang siap menyulut kapan saja.

“Bukankah kamu diajarkan untuk tidak mencampuradukkan urusan pribadi dengan profesional?” ucap Barra, menahan diri sekuat tenaga.

“Tentu. Tapi aku sedang tidak di ruang sidang, jadi tidak melanggar aturan apa pun,” ujar Bagas sambil tersenyum lebar.

“Ternyata kamu ketagihan berdebat denganku,” Barra menyeringai sinis sambil geleng-geleng. “Kuperingatkan sekali lagi, jangan ganggu Yasmin.”

Bersamaan dengan itu, Yasmin selesai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 92 : Tidur Bersama?

    "Mi, aku mau pulang," pinta Barra tiba-tiba, suaranya pelan tapi tegas. Kezia langsung mengernyitkan dahi, bingung. Tidak ada percakapan sebelumnya tentang kepulangan, dan kini pria itu tiba-tiba berubah. Aneh. "Kamu belum pulih, Barra! Mau apa pulang sekarang?!" sergah Kezia tajam, matanya menatap tak percaya. Akan tetapi, bukannya menjawab, justru, Barra hanya diam. Egonya terlalu tinggi untuk mengakui alasan sebenarnya. Dia ingin mengawasi Yasmin—khawatir wanita itu terjebak pesona Bagas. Hatinya terusik sejak tadi, apalagi pesan-pesan yang dia kirim belum juga dibaca. "Mami tahu sendiri aku tidak betah di rumah sakit," kilahnya pelan. Barra menunduk, menatap layar ponsel yang masih menunjukkan tanda centang dua abu-abu. Cemas dan takut, makin lama, perasaan itu berubah menjadi gelisah yang menyiksa. Jemarinya bergerak cepat mengetik pesan, lalu menghapus, mengetik lagi, lalu menghapus lagi. "Aku sudah sehat, Mi," ucap pria itu, kali ini lebih keras. Sorot matanya tidak bisa di

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 93 : Tragedi Pagi Di Kamar Barra

    Yasmin menelan saliva perlahan saat satu tangan Barra yang lain menyentuh pipinya. Dia bisa bersumpah, ini nyata, bukan mimpi! Aroma parfum maskulin yang familiar dan hangatnya telapak tangan pria itu begitu terasa.Bibir mungilnya mengatup rapat dan detak jantungnya berdetak tidak beraturan, terutama saat tubuh Barra bergeser makin dekat. Kepala pria itu dimiringkan sedikit, membuat Yasmin membelalak.Adegan ini persis dengan drama romantis yang pernah dia tonton—dan biasanya, adegan seperti ini berakhir dengan ....“M—Mas...,” gumam Yasmin, tertahan di bibir merah mudanya.Dia bisa merasakan jarak mereka makin tipis. Meskipun tubuhnya tetap di tempat, sensasi ini membuat Yasmin seolah terseret masuk ke pusaran yang sama. Apa benar ... Barra akan menciumnya?Yasmin buru-buru memejamkan mata dan membatin, ‘Tidak mungkin!’Detik berikutnya, dia berdiri tergesa, membuat tangan Barra tergantung di udara.“Saya ... mau siapin air mandi anak-anak dulu, Mas,” gugup Yamin, tangan meremas ujun

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 94 : Modus

    Untuk pertama kalinya, Yasmin ingin keluar dari kamar bayi. Sorot mata selembut itu dari Kezia membuatnya tidak nyaman. Terlalu hangat dan sangatlah familiar. Pandangan wanita paruh baya itu mengingatkannya pada mendiang sang ibu.“Yasmin …,” panggil Kezia pelan, suara yang begitu keibuan, bagai pelukan hangat yang tak kasatmata.Yasmin bergeming. Keinginan kuat untuk keluar dari ruangan itu berubah menjadi kebimbangan. Sebenarnya dia bukan ragu dengan pertanyaan Kezia. Dia sudah tahu jawabannya. Hanya saja bibirnya terasa terkunci dan lidahnya kelu, serta hatinya pun ciut.“Mami … Yasmin, umm … minta maaf,” bisiknya dengan suara tertahan. Kepala wanita itu tertunduk, tidak sanggup menahan tatapan teduh dari Kezia lebih lama lagi.Kezia hanya menggeleng pelan, lalu merangkul tubuh mungil Yasmin dan menyentuh pundaknya dengan usapan hangat. Gerakan kecil itu membuat Yasmin sedikit lebih tenang.“Tidak apa-apa. Belum dijawab sekarang juga bukan masalah. Kamu bisa jawab besok, lusa, atau

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 95 : Di Antara Pengacara dan Jaksa

    “Dari siapa? Kenapa kamu kelihatan takut begitu?” tanya Barra. Raut wajahnya menyiratkan kecurigaan, tatapan manik cokelatnya tajam bagai menembus relung terdalam Yasmin dan membongkar apa yang disembunyikannya.Alih-alih menjawab, Yasmin malah melakukan sesuatu yang membuat alis tebal Barra mengernyit. Dia menjentikkan jari kelingking di depan wajah tampan sang pengacara.“Tapi, Mas janji dulu. Kalau aku kasih tahu, tidak marah, tidak ngomel. Setuju?” ucap Yasmin tegas, dengan sorot mata mengiba.Barra menghela napas panjang. Sekilas, dia tampak kesal dan juga heran. Wanita ini … bisa-bisanya membuat dirinya terjebak dalam permainan kekanakan.Barra berusaha merebut ponsel Yasmin, tetapi kalah cepat. Yasmin langsung menautkan jari kelingking mereka, selayaknya anak kecil.“Nah, sekarang Mas Barra sudah janji,” ucap ibu susu itu dengan wajah puas.Barra mendesah. Entah kenapa, selalu saja dia kalah ketika berhadapan dengan Yasmin.“Oke. Katakan, dari siapa pesan itu?”Yasmin menggigit

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 96 : Menggantungkan Harapan Terakhir Padamu

    Melihat kursi di sampingnya kosong dan pandangannya langsung tertuju pada Bagas, membuat Barra diliputi gelisah. Pria itu memang tidak fokus sejak awal. Kini, matanya terus mengarah ke pintu auditorium, setiap kali terbuka, bukan Yasmin yang masuk.Barra menduga toilet sedang penuh, mengingat ini seminar terbuka. Dia menghubungi Yasmin. Tersambung, tetapi tidak diangkat."Yasmin … kenapa lama," desah Barra sambil menggoyangkan kaki dengan gelisah.Tepat pada menit ke-15, dia berdiri. Bagas mengikuti, dari tatapannya terlihat pria itu juga merasa ada sesuatu yang janggal. Barra tidak membantah, yang terpenting sekarang adalah Yasmin.Dengan langkah tertatih karena masih menggunakan tongkat, Barra menerobos kerumunan mahasiswa kedokteran yang sibuk bercanda, kontras dengan gundah dalam hatinya.Toilet memang penuh. Barra dan Bagas saling berpandangan."Kita tunggu saja sampai sepi," saran Bagas.Barra menggeleng dan sorot matanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 97 : Aku Gila Tanpa Kamu

    “Apa yang kamu lakukan, Bram?” tanya Cindy dengan nada penuh curiga, matanya memperhatikan pria itu yang terus melangkah makin dekat.Bram menatap Yasmin dengan sorot mata yang terasa asing, tajam dan dingin.Alih-alih menjawab, pria itu justru memindai seluruh lekuk tubuh Yasmin lekat-lekat. Sorot mata itu kosong, seakan di antara mereka tidak ada kenangan yang tersisa. Tangan pria itu terangkat dan menyentuh pipi Yasmin. Sentuhan ini dingin dan kasar, bukan kehangatan atau kasihan seorang mantan.“Mas ....” Suara Yasmin tercekat. “Tolong …,” lirihnya. Hanya secuil harapan yang masih dia pegang.Akan tetapi, Bram justru mencondongkan tubuh. Wajah pria itu nyaris menyentuh kulit pipi Yasmin. Embusan napas hangat yang familiar itu seakan berbisik dan menyatat perasaan Yasmin.“Kesaksianmu itu tidak berguna. Lebih baik aku dipenjara daripada mereka tahu kita pernah menikah. Jijik!”Seketik

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 98 : Mencari Kamu

    “Ini ….” Barra hendak meraih benda itu dari tanah, tetapi dia segera mengeluarkan saputangannya dan membungkus benda kecil tersebut, lantas memasukkannya ke dalam saku jaket.“Kamu menemukan sesuatu?” tanya Barra pada pengacara magangnya yang sedang menyinari tanah dengan senter.“Jejak roda mobil,” jawab Bono pelan, “sepertinya orang itu sengaja melewati jalan yang jarang dilalui orang.”Barra mengangguk perlahan. Pandangannya menelusuri sekitar semak dan tanah lembap itu. Bau tanah yang basah bercampur dengan aroma busuk dari sampah dedaunan membuat dadanya terasa sesak."Mereka membuang tas Yasmin di sini. Tapi siapa?" gumam Barra sambil memijat pelipis. Berusaha menemukan orang yanga paling dia curigai.Hanya tiga nama yang langsung muncul dalam pikirannya—Airin, Cindy dan Bram. Dua orang itu memiliki cukup alasan untuk mencelakai Yasmin.“Kita harus kembali secepatnya, Pak. Tempat ini sangat tidak aman,” ucap pengacara magang itu sambil memutar senter ke segala arah. Bayangan poh

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 99 : Aku Percaya Kamu

    “Lebih cepat, Bahtiar!” titah Barra dengan napas memburu. Hatinya bagai disayat oleh kegelisahan yang tak kunjung reda. Sepanjang perjalanan, dia terus mengecek layar ponsel, mencari kabar apakah polisi sudah sampai lebih dulu, atau … masihkan Yasmin di sana? Perjalanan menuju lokasi memang tidak mudah. Jalanan berbatu, menanjak, dan penuh tikungan tajam. Daerah ini terpencil, jauh dari pusat kota, dan hanya bisa dilalui dengan kendaraan off-road. Bagi Barra tidak ada kata menyerah. Prinsipnya, waktu adalah segalanya. Dia harus menemukan Yasmin lebih dulu, sebelum semuanya terlambat. Setelah menempuh perjalanan panjang yang seolah tak berkesudahan, akhirnya Rubicon putih miliknya melaju di jalanan terjal menuju pesisir pantai. Barra langsung turun dari mobil, meskipun kakinya masih belum pulih benar. Bahkan setiap langkah yang dia ambil terasa menyakitkan. “Shit!” umpat Barra saat matanya menangkap garis polisi yang terbentang melingkari area kejadian. Pemandangan di depan, membu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 122 : Jangan Jalan di Belakangku Lagi

    “Eh, aku pikir Mas Barra mau pulang duluan,” ucap Yasmin sambil tersenyum lebar, deretan gigi putihnya tampak jelas.Barra tidak membalas. Hanya desisan kecil terdengar dari mulutnya, dan rahangnya mengeras. Tatapan tajam bagai elang menyapu sekeliling Yasmin, seolah mencari seseorang yang bersembunyi.“Di mana Bagas? Tadi kamu sempat menyapanya?” tanya Barra dengan intonasi tajam. Dia melangkah makin dekat hingga Yasmin reflek mundur setapak. Senyumnya perlahan memudar, berganti raut gugup.Yasmin menggeleng pelan. “Ti—tidak,” jawabnya singkat.Tatapan Barra makin tajam. “Kamu bohong?” gumam pria itu, tetapi agak menekan. Napas yang diembuskan terdengar kasar, dan tanpa aba-aba, tangannya mencengkeram pergelangan tangan Yasmin. Lalu menyeretnya keluar menuju area parkir.“Umm … maaf, Mas. Aku cuma tidak suka Mas Barra kelihatan cuek kayak tadi,” suara Yasmin lirih, dia mencoba menenangkan suasana. “Aku minta maaf, ya. Aku tahu aku salah.”Barra hanya menggumam singkat, “Hmm.” Lalu di

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 121 : Seperti Wanita PMS

    “Aku juga,” ungkap Barra sambil menoleh sejenak pada Yasmin.Jawaban yang tak terduga itu membuat jantung Yasmin berdebar tidak keruan. Napasnya tersendat, tetapi sorot matanya sulit berpaling dari wajah Barra yang tampak begitu tenang, hingga membuatnya gugup.“Maaf, ya, Mas. Saya—”“Bukan masalah, aku suka,” sela Barra. Tangan pria itu tiba-tiba meraih jemari Yasmin yang berada di pangkuannya.Seketika Yasmin terkesiap, otaknya memerintah untuk menarik diri, tetapi tubuhnya justru membatu. Apa-apaan ini?Sentuhan itu hangat dan membius. Tidak munafik—relung hatinya bergetar pelan. Jujur, ada rasa nyaman. Bahkan senang, seperti disentuh lembut dari dalam.Genggaman itu tidak terlepas sampai Rubicon putih yang mereka tumpangi tiba di area kampus. Lebih dari itu, Barra justru turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Yasmin.Dia tercengang. Bukan cuma karena Barra bersikap begitu manis, tetapi perutnya terasa geli seakan penuh kupu-kupu yang beterbangan.“Ayo, masuk,” ajak Barra san

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 120 : Karena Memikirkan Kamu

    Mata Yasmin mengerjap beberapa kali. Dia sudah berguling di atas kasur, tetapi pikirannya masih dipenuhi dengan ucapan Barra barusan. Bahkan tangannya refleks menyentuh pipi yang terasa panas. Ini tidak wajar! Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mulai membuka perasaannya lagi?Bukankah ini terlalu cepat?“Apa Mas Barra serius, ya?” gumam Yasmin, lalu menarik napas dalam-dalam sambil menatap langit-langit kamar dengan cahaya temaram.Akibat tak kunjung bisa tidur, dia turun dari ranjang. Langkahnya pelan saat menghampiri dua bayi kembar yang tampak nyenyak di dalam boks. Setelah kenyang menyusu, mereka terlelap tanpa gelisah. Justru Yasmin yang kini terserang insomnia.Tubuhnya terasa hangat, seperti demam ringan. Namun, dia enggan menyalakan pendingin ruangan. Dia memilih keluar, ke balkon. Berharap udara malam bisa menenangkan pikiran. Dari sana, iris hitamnya menangkap sosok pria yang baru saja memasuki Rubicon putih.Entah ke mana pria itu akan pergi.Rasa penasaran membuatnya

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 119 : Ada Aku

    Sungguh, Yasmin tidak menyangka akan mendapat kunjungan tak terduga ini. Matanya langsung basah, tubuh bergetar, dan langka tertahan di tempat. Dia tidak sanggup mendekat hingga tamu itu menghampiri lebih dulu—memeluknya begitu erat, seolah menolak dilepaskan.“Akhirnya … aku bisa bertemu denganmu lagi, Yasmin.” Suara itu terisak, emosi yang lama tertahan.Yasmin menggigil dalam dekapan hangat itu, lalu dengan tangan gemetar, dia membalas pelukan tersebut.“Iya, Dokter … saya juga senang,” balasnya pelan, dan akhirnya menangis di bahu Samantha.“Mereka jahat, tidak mengajakku pergi. Kalau saja aku tahu, pasti aku ambil cuti dan ikut.” Tatapan Samantha pun melayang tajam ke arah Barra dan Kezia yang berdiri tak jauh dari Yasmin.“Maaf, Dokter. Menunggu lama, ya? Ayo masuk, aku punya oleh-oleh.” Yasmin melepaskan pelukan mereka, lalu mengusap air matanya sambil tersenyum kecil.Samantha mengangguk. Dia merangkul bahu Yasmin dan keduanya berjalan ke ruang tamu. Barra, Kezia, juga Leo meny

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 118 : Barra Merajuk?

    Pada akhirnya … setelah Boy dan Cleo terlelap, Yasmin pun turut terbuai dalam mimpinya malam ini. Dia bahkan menikmati kehangatan dari selimut yang menutupi tubuhnya.Ya, Barra bukannya membangunkan dan meminta Yasmin pindah. Justru pria itu membiarka tetap di sana, menikmati pemandangan hangat di sampingnya. Sebuah senyum mengembang perlahan di wajah Barra. Dia menyapu pelan kening Yasmin, menyingkirkan helaian rambut yang jatuh sembarangan.Pandangan Barra kemudian bergeser pada dua bayi kembar yang tidur menempel di sisi Yasmin. Seolah keduanya enggan berjauhan dari wanita itu.Dia mengecup lembut dahi Boy, lalu saat hendak menempelkan ciuman serupa pada Cleo, gerakannya terhenti di udara. Namun, Barra menepis pikirannya. Dia tidak mau merusak momen damai ini.“Bantu Papi bujuk Bunda, ya,” bisiknya lembut di telinga Cleo.Setelah itu, pria itu ikut terlelap di samping Cleo, dan tubuhnya menghadap Yasmin.Pagi harinya, Yasmin masih tertidur pulas, sementara Barra telah terbangun leb

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 117 : Yang Spesial

    Tidak!Ini salah. Mana mungkin seorang majikan terus mendekat seperti ini kepada pekerjanya?Yasmin tahu dia harus segera menjauh. Tubuhnya beringsut perlahan ke sisi kursi besi. Namun, baru saja tangannya menyentuh besi dingin di samping, dan tubuhnya sedikit terangkat, tangan hangat pria itu merangkum wajahnya, lalu sesuatu yang lembap dan lembut menyentuh keningnya.Hangat dan menenangkan. Yasmin membeku dibuatnya.Sudah pernah menikah, tetapi Yasmin belum sekalipun merasakan sentuhan sehalus dan setulus ini. Bukan nafsu, bukan pura-pura. Rasanya seperti … penerimaan."Mas...," gumamnya. Kepala Yasmin terangkat, dan manik hitamnya bertemu dengan sorot cokelat milik pria itu. Penuh cahaya yang memantulkan kerlip lampion dari kejauhan.Sebelum Yasmin sempat bertanya apa maksud semua ini, Barra lebih dulu bicara. "Bisa kenal lebih dekat?"Yasmin hanya bisa berkedip dengan mata yang membulat. Ini terlalu cepat. Sentuhan itu barusan … maksudnya apa? Lalu ucapan ini? Satu hal pasti—Barra

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 116 : Sama-sama Single

    Untuk sejenak, ruangan itu menjadi hening. Bahkan Yasmin bisa merasakan helaian rambutnya yang tertiup udara dari pendingin ruangan. Wanita itu menelan saliva saat Barra makin mendekat dan ...."Malam ini kamu punya waktu, bukan?" bisik pria itu, tepat di telinganya.Napas hangat Barra membelai daun telinga Yasmin, dan suara beratnya membuat sekujur tubuh wanita itu bagai disetrum. Ia menggigil pelan, tanpa bisa mengelak dari efek suara yang menelusup hingga ke nadinya.Aneh, Yasmin tidak mempertimbangkan jawaban. Dengan mudahnya dia mengangguk, seolah terhipnotis oleh cara bicara pria itu. Bahkan ketika Barra tersenyum, Yasmin hanya terpaku menatapnya. Demi Tuhan, pria itu benar-benar seperti serangan jantung yang datang tiba-tiba."Nanti aku tunggu kamu di lobi," kata Barra seraya melepaskan tangannya dari tubuh Yasmin.Barra lantas bersikap biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa. Namun, bagi Yasmin itu luar biasa. Kini, dia sulit menjalani perannya sebagai Ibu Peri di mata anak-anak

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 115 : Mr. Barra Bear

    Mata bulat Yasmin masih membesar mendengar ucapan pria itu. Dia sungguh tidak tahu harus merespons apa. Pandangannya beralih ke arah kanan, melihat yang lainnya mulai berjalan ke tempat sama. Ah, dia akan sekamar saja dengan Mbok Inah. Aman. Yasmin pun mengangguk mantap, pura-pura kalem padahal gugupnya merambat ke ubun-ubun.“Kenapa?” tanya Barra serius, tetapi sudut bibirnya yang terangkat membuat Yasmin menatap curiga.“Saya mau kasbon, Mas,” ucap Yasmin akhirnya, setengah menunduk. Barra menaikkan satu alis, menunggu penjelasan. Yasmin pun menambahkan, “Umm … itu, untuk sewa kamar di sini. Masa saya harus sekamar sama Mas?”Tawa Barra meledak seketika. Pria itu langsung merangkul bahu Yasmin secara impulsif, membuat wanita itu kaget bukan main. Dia mengedip-ngedipkan mata, mencoba memproses apa yang baru saja terjadi. Jantungnya berdetak seperti genderang perang.Terdengar bunyi ‘beep’ saat kartu menyentuh sensor, diikuti garis hijau pada handle pintu. Pintu terbuka lebar. Tanpa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 114 : Satu Kamar Denganku

    Mata Cindy mengerjap, tetapi kelopak itu berat untuk terbuka. Samar-samar, dia teringat Bram menyuntikkan sesuatu ke lengannya. Namun, telinga wanita itu menangkap suara ketikan keyboard dan hiruk-pikuk yang asing. Apa ini mimpi? “Bram sialan!” geramnya pelan. Dia sontak terkejut—karena bisa bicara. Cindy memaksa membuka mata. Cahaya ruangan menyilaukan, suasana ini jauh berbeda dari tempat sebelumnya. Sebelum sempat bangkit, seorang polwan mendekat dan membuka ikatan di tangan Cindy. “Jaga sikap!” hardik Polwan itu, “Pelapor masih berbaik hati mengantarmu ke sini. Bukan main hakim sendiri.” “Hah? Pelapor?” Cindy menyeringai sinis. “Bram? Baik hati?” Yang benar saja. Pria itu jelas-jelas mempermainkannya hingga dia pingsan karena ketakutan. Suntikan itu … ternyata hanya berisi air bening biasa. Permainan kotor! Duduk di kursi seberang, Bram menatap tajam. Dengan satu isyarat tangan, dia menegaskan bahwa Cindy tidak bisa lari ke mana pun. Belum sempat Cindy membalas tatapan itu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status