Share

Bab 89 : Salju Abadi Mencair?

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-19 20:29:41
Pascakedatangan Bahtiar dan pengacara muda tadi, Yasmin diselimuti rasa penasaran. Dia ingin bertanya pada Barra, tetapi pria itu tampak sedang tidur. Entah kenapa, Yasmin tidak tega membangunkannya.

"Kenapa kamu lihat aku terus?" Suara serak itu terdengar pelan dan jelas. Meskipun mata Barra masih tertutup, kata-katanya membuat Yasmin tersentak.

Yasmin yang duduk di sofa seketika mencelos. Napas wanita itu terasa berat. Apa Barra selama ini hanya berpura-pura tidur? Kalau iya, berarti pria itu sudah akting selama lebih dari satu jam. Hebat juga bukan?

"Kenapa diam, hmm?" tanya Barra lagi, kali ini suaranya dalam dan datar, membuat Yasmin kikuk.

Dia buru-buru meneguk setengah botol air, mencoba melembapkan tenggorokan yang mendadak kering.

"Umm … Mas sudah bangun, ya?" Yasmin akhirnya bersuara, meskipun sangat pelan.

"Menurutmu, bisa tidur kalau ditatap terus begitu?" Barra membuka matanya perlahan, lalu memandang langsung ke arah Yasmin. Sepasang manik tajam itu terkunci d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Ada yang buat cem..... cemburu
goodnovel comment avatar
Halidah 1994
bikin gedek hrsnya Cendy SM Airin pas mau celakain Yasmin sial Arin SM Cendy yg celaka biar kelar masalah cepat terungkap
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 155 : Malam Pertama Kita

    Pintu kamar terbuka perlahan setelah Barra menempelkan kartu pada sensor. Pria ini sangat kuat dan tidak goyah, meskipun sedang menggendong Yasmin. Dia bahkan masih berdiri tegak ketika melangkah masuk membawa pengantinnya.Begitu memasuki kamar, harum bunga mawar segar menyeruak, menyatu dengan aroma terapi lembut yang mengisi seluruh ruangan. Yasmin menelan ludah saat melihat ranjang berseprai putih ditaburi kelopak mawar merah, dengan sebuket mawar putih diletakkan begitu manis di atasnya.Mata wanita itu tak berkedip menatap semua itu.‘Ini ... semua untukku?’ batinnya berbisik dengan dada yang membuncah.Yasmin terpaku. Perhatiannya benar-benar teralih karena semua ini benar-benar dipersiapkan dengan matang oleh … suaminya. Dia tidak pernah menyangka, pria yang selama ini terlihat dingin bisa melakukan hal semanis dan seindah ini.“Yasmin,” bisik Barra, lalu mengecup daun telinga istrinya lembut.Sentuhan itu membuat tubuh Yasmin meremang dan jantungnya berdegup luar biasa.Sadar

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 154 : Menahannya Sejak Lama

    “Sabar, Bro. Yasmin juga masih dirias, biar makin cantik,” goda Dariel, geleng-geleng melihat betapa tidak bisa diamnya seorang Barra Armend.“Acaranya masih 30 menit lagi. Santai. Rileks, Bro,” tambah Stefan, menyampirkan satu tangan di bahu Barra.Semua dukungan dari sahabatnya itu hanya melintas bagai angin lalu bagi Barra. Sejak semalam, dia bahkan tidak bisa memejamkan mata. Rasa cemas, antusias, dan haru bercampur jadi satu tiap kali membayangkan Yasmin.Apakah perempuan itu juga merasakan degup jantung yang sama?Sejak kemarin, begitu tiba di RB Hotel, Barra dan Yasmin langsung dipisahkan oleh Kezia dan Leo. Bahkan, ponsel Yasmin disita dengan dalih menjaga suasana sakral menjelang akad. Barra baru tahu soal ini dari Stefan. Pantas saja saat dia mengirim pesan semalam untuk mengajak bertemu diam-diam, tidak ada balasan.“Tingkahmu kayak bujang baru nikah,” ejek Dariel, memutar bola mata malas

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 153 : Rahasia

    “Ini makanan dari mana, Mbok?” Yasmin agak tercengang melihat banyak bungkusan dan kotak berjajar di dapur. Dari logo dan segelnya saja, dia tahu, itu dari toko oleh-oleh dan restoran terkenal di kota ini. Dia pernah makan di sana bersama Barra.Selesai mandi, Yasmin berniat mengajak anak-anak bermain, tetapi dua bayi itu sedang disuapi babysitter. Dia pun enggan menyela, memilih membiarkan mereka selesai makan, lalu berjalan ke dapur.Mbok Inah yang sedang mengupas kulit udang seketika gelagapan dan meringis karena tangannya terkena kepala udang yang tajam.“Ya ampun, Mbok. Yasmin minta maaf, bikin kaget,” ujarnya, lalu segera membantu Mbok Inah membilas lukanya.Dia juga langsung membersihkannya dengan alkohol dan mengobatinya.“Makasih, Nduk. Padahal Mbok bisa sendiri,” tukas wanita senja itu.“Biar Yasmin yang kupasin udangnya, ya. Mbok duduk di sini.” Jari telunjuk ramping wanita itu menunjuk kursi.Setelahnya, Yasmin segera mencuci tangan, lalu melanjutkan mengupas kulit udang.S

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 152 : Beratnya Menahan Diri

    Tiba-tiba saja, Barra meraih jemari Yasmin dan menggenggamnya dengan erat. Keduanya duduk di jok belakang mobil yang disopiri oleh Pak Amir. Setelah selesai memilih pakaian yang pas, mereka memutuskan segera pulang.Yasmin menoleh, meskipun wajahnya masih semerah tomat. Tidak sanggup rasanya menatap ketampanan pria itu sekarang. Namun, dia juga tak ingin terlihat terlalu tegang di hadapannya.“Aku lihat ada Tamara Lee di butik. Kalian sempat ketemu? Dia bilang apa? Cari masalah sama kamu?” tanya Barra dengan nada khawatir.Pria itu yakin, seorang Tamara pasti tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengkonfrontasi Yasmin. Yang paling dia cemaskan, wanita di sampingnya ini terluka—baik secara fisik maupun batin.Sambil tersenyum kecil, Yasmin membalas genggaman tangan Barra. Lewat sentuhan itu, dia seakan ingin berkata bahwa semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu diributkan.Memang, dia bisa saja mengadu tentang insiden tadi di butik. Hanya saja untuk apa? Bukankah itu akan menam

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 151 : Mau Makan Kamu

    “Baru jadi simpanan, belagu banget. Laki-laki seperti Mas Barra itu cari istri yang sepadan, bukan perempuan murahan kayak kamu!” sembur Tamara, sudut bibirnya berkedut. Tatapan wanita itu sangat menusuk, seolah Yasmin tidak lebih dari kotoran yang tak pantas menginjak butik ini.Apakah Yasmin kesal? Tentu saja, terlebih, dia punya masa lalu kelam bersama Tamara. Bahkan, bibir merah merona wanita itu dengan lancang menyebut nama Barra menggunakan panggilan ‘Mas’. Panas hatinya, tetapi sebisa mungkin dia menahan diri. Dia tidak mau membuat keributan di sini.Selain memalukan, energinya akan terbuang percuma. Dia tidak punya waktu untuk itu.“Sudah selesai bicaranya, Mbak?” Yasmin justru tersenyum, tanpa ekspresi marah atau benci.Tamara membelalak melihat itu. Rahangnya tampak bergetar, lalu dia melayangkan tangannya, hendak menampar pipi Yasmin.Dengan cepat Yasmin menangkis tangan Tamara. Dia bukan ahli bela diri, tidak juga pernah belajar keahlian semacam itu. Dia hanya wanita biasa

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 150

    Barra tiba di pengadilan tepat pukul delapan pagi. Bahtiar dan Bono sudah menunggunya di depan, masing-masing menenteng map berisi berkas-berkas tebal. Hari ini mereka harus menghadiri dua sidang penting. "Pak, Bu Tamara Lee transfer bonus, katanya karena kita berhasil memenangkan sidang itu," ujar Bahtiar sambil menunjukkan layar ponselnya yang berisi notifikasi transfer. Barra mengerutkan alis. Tatapannya tajam pada angka-angka yang tertera di layar, dia juga berkata tegas, "Kembalikan! Kita hanya menerima pembayaran sesuai kontrak." Bono dan Bahtiar saling melirik. Harapan mereka akan bonus tambahan langsung pupus. Namun mereka paham, ini soal prinsip. Terlebih sejak Barra memutuskan untuk tidak lagi menerima klien wanita, suasana kantor pun berubah. Mereka tahu betul, pria itu menjaga perasaan calon istrinya. "Baik, Pak. Saya transferkan kembali pada manajer Bu Tamara," ucap Bahtiar, jemarinya bergegas mengetik di layar. Setelah menunjukkan bukti transfer balik pada Barra, ket

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 149

    Beberapa hari setelahnya.“Selamat pagi, calon istri. Sudah siap?” tanya Barra begitu melihat Yasmin baru saja menuruni tangga dengan tergesa.Wajah Yasmin yang tadi sudah segar sehabis mandi kini kembali memanas. Langkahnya langsung melambat. Dia juga mengerucutkan bibir, lalu melirik ke arah Barra yang tersenyum penuh arti.Belakangan ini, setelah tanggal pernikahan ditetapkan, calon suaminya itu memang gemar menggoda dan bersikap manis. Terkadang Yasmin tidak tahan menghadapi perlakuan manja pria itu. Rasanya ingin sembunyi saja dari pandangannya yang menggelitik.Apalagi kalau Barra tiba-tiba mengajak keluar rumah diam-diam, padahal Kezia sudah melarang mereka pergi sebelum hari pernikahan. Kecuali untuk urusan yang penting.Satu hal baru yang Yasmin sadari, Barra ternyata tipe pria yang hobi membantah. Setiap kali Kezia menelepon dan menyuruh Barra cepat pulang. Katanya, mengawasi mereka jauh lebih mudah kalau tetap di rumah.“Kenapa diam? Nanti kita terlambat, Yasmin.” Barra men

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 148

    Didesak dengan pertanyaan bernada menyudutkan dan tatapan penuh selidik dari Kezia, Yasmin merasa bagai terdakwa di ruang interogasi. Lidahnya kelu untuk menjawab, dan jantungnya berdetak kencang. Dia sedikit menunduk, meremas ujung bajunya untuk meredam kepanikan.Kalau saja tadi dia tidak nekat membangunkan Barra, mungkin kejadian memalukan ini tak akan terjadi. Harusnya biarkan saja pria itu tidur. Atau, kalau perlu, dia melompati sofa demi menghindari adegan konyol barusan.“Umm itu, Mi ... tadi Mas Barra—”Belum sempat ucapannya selesai, pintu kamar Barra terbuka. Pria itu keluar dengan wajah segar, mengenakan kaos polo putih dan celana denim pendek di atas lutut. Rambutnya masih basah, meneteskan air di pelipis.“Ada apa, Mi?” tanya Barra santai, seolah tidak ada yang janggal.Kezia langsung menatap putranya dengan tajam, lalu menoleh ke arah Yasmin yang rambutnya juga setengah basah.“Kamu keramas?” Suara wanita paruh baya itu naik satu oktaf, dengan mata yang membelalak. “Kalia

  • Ibu Susu Bayi Kembar Pengacara Dingin   Bab 147

    “Yasmin … kamu masih marah?” Barra mengetuk pintu kamar perlahan. Dia juga menoleh ke sekitar. Rumah sudah sepi. Tidak ada yang berlalu-lalang. Tentu saja ini sudah malam. Kalau dia sampai berbuat gaduh, bisa-bisa Kezia dan Leo yang turun tangan.“Aku minta maaf,” ucap Barra lagi. Dia berharap Yasmin mendengarnya dari balik pintu. Sayang, tidak ada jawaban.Dia menarik napas dalam. Jantungnya berdebar tidak karuan. Yasmin pasti marah … atau mungkin menangis. Dadanya mengencang membayangkan air mata wanita itu tumpah karena dirinya. Belum sah menjadi suami, dia sudah membuat calon istri bersedih.Dengan gusar, Barra merogoh saku jas yang disampirkan di lengannya, lalu mengeluarkan telepon genggam. Dia langsung menekan nomor Bahtiar.“Bahtiar! Bilang ke Ela, mulai sekarang jangan terima klien perempuan lagi!” ujarnya tajam.Di seberang, Bahtiar baru saja merebahkan diri di ranjang, setelah seharian penuh menemani sang atasan menghadiri sidang.“Hah? Kenapa, Pak?”Barra terdiam sejenak. E

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status