Dua hari setelah itu, Xue Ningyan mengajak Shen Qi kembali ke rumah. Tentunya, dia berharap Qin Wanzhi mau mengikuti mereka juga. Qin Wanzhi berkata, “Kalian pulang lebih dulu saja, nanti Ibu menyusul.”“Kenapa tidak bersama-sama saja?” tanya Xue Ningyan. “Suamimu kan sibuk bekerja, Nak. Ibu mungkin baru bisa pergi besok atau bahkan lusa. Tidak perlu khawatir, Ibu akan pergi dengan pelayan Ibu, tidak sendirian.” “Baiklah …,” Xue Ningyan mengangguk pelan. Shen Qi merangkul pundaknya, “Ibuku orangnya sangat bisa diandalkan, tahu.” Xue Ningyan tersenyum, “Tentu saja aku tahu.” “Hati-hati, ya …!” Qin Wanzhi melambaikan tangan saat kereta kuda Shen Qi sudah bergerak meninggalkan halaman rumahnya. Xue Ningyan melongok dari jendela, tersenyum dan balas melambaikan tangan. “Ibu terlihat lebih gembira dari sebelumnya, ya.”Shen Qi terkekeh, “Bukankah itu semua adalah usahamu?” Xue Ningyan kembali duduk tenang di hadapannya, bersandar pada dinding gerbong dan mengusap perutnya. “Iya, ak
Terakhir Diperbarui : 2025-06-06 Baca selengkapnya