Pagi di Kali Bening datang dengan suara ayam jantan dan aroma seduhan daun kopi dari dapur-dapur warga. Rumah Raka, sang kepala desa, menjulang anggun di tengah permukiman, beratap genting merah, berdinding bata merah hangat, dengan pilar-pilar marmer putih yang menegaskan kewibawaannya tanpa harus meninggikan jarak dari rakyatnya.Di halaman rumah itu, seorang anak lelaki mungil berlari-lari tanpa alas kaki, mengenakan celana gombrong dan kain kecil tersampir di leher. Wajahnya bersih, pipinya ranum seperti buah jambu, dan tawanya memantul ke seisi desa.“Rama! Jangan lari ke kandang ayam, Le!” seru Aina dari serambi atas, sambil tertawa.Anak itu, Rama, putra pertama Raka dari Aina, baru berumur tiga tahun. Ia sedang lucu-lucunya: suka bertanya, suka meniru suara burung, dan sering kali mengajak para pekerja di sekitar rumah bermain kejar-kejaran. Aina mengusap perutnya yang mulai membuncit—ia mengandung anak kedua, seperti juga Aini dan Andini, dua istri Raka yang kini tengah hamil
Last Updated : 2025-05-18 Read more