Angin malam menyelinap masuk melalui celah kaca jendela yang sedikit terbuka. Gallen menatap jalanan panjang di hadapannya, membelah gelap hutan kecil yang ia lewati seorang diri. Lampu mobil menerangi jalur aspal yang sepi dan berliku. Penerangan jalan nyaris tak ada, hanya pantulan lampu dari mobilnya yang membimbing arah. Biasanya, di setiap perjalanan jauh seperti ini, Hamal akan duduk di kursi sebelahnya, kadang mengoceh soal lalu lintas, kadang tertidur dengan kepala menyender di kaca. Tapi malam ini, Gallen memilih untuk sendiri. "Aku pergi sendiri," begitu katanya pada Hamal sebelum berangkat tadi siang. "Selesaikan semua dokumen yang tertunda.""Baik, Bos," Hamal mengangguk. Dan kini ia di sini, sendiri, menyusuri jalan sempit yang gelap. Lagu lembut mengalun dari speaker mobil, tapi pikirannya tak berada di sana. Ia meraba sakunya. Ponselnya bergetar. Titan. Senyum Gallen merekah samar. Ia mengambil ponselnya, hendak menekan tombol hijau, namun ponsel itu terle
Last Updated : 2025-06-30 Read more