Semua Bab Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Bab 721 - Bab 730

Raut wajah Hana berubah. Dia tidak menyangka Vero dan Wenny akan datang tepat pada momen seperti ini. Padahal, kedua orang ini tidak ada dalam rencananya.Hana langsung bangkit. "Bu, kenapa kamu datang?"Vero menatap ke arah Hana. "Hana, aku datang untuk melihatmu."Hana tersenyum tipis. "Bu, aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir. Tapi, kenapa kamu membawa Wenny ke sini?"Wenny melirik Hana dan mengedipkan mata. "Nona Hana, apa kabar?"Hana maju dan merangkul lengan Vero. "Bu, kamu mungkin nggak tahu bahwa aku dan Wenny punya masalah di masa lalu. Dulu, dia sering menindasku. Aku nggak suka sama dia.""Hana, Wenny sudah memberitahuku tentang masalah kalian. Wenny itu anak yang baik, mungkin kalian ada salah paham sebelumnya. Tapi, aku harap ke depannya kalian bisa berdamai ya?"Vero malah berpihak pada Wenny?Hana benar-benar kesal dengan Vero. Dia memang pantas menjadi ibu kandung dari Wenny."Bu, aku ini anakmu, kenapa kamu sama sekali nggak mendukungku?" keluh Hana.Vero ber

Hana memarahi, "Wenny, kamu lagi apa? Ini urusan pribadi Keluarga Yale, apa hakmu untuk ikut campur?"Tamara juga turun dari ranjang. Hari ini, dia sudah merencanakan segalanya dengan sangat hati-hati. Semuanya berjalan dengan lancar, tetapi Wenny malah merusak semua rencananya.Tamara juga melepas topeng kelembutannya dan menatap Wenny dengan dingin. "Nona Wenny, kamu benar-benar suka banget ikut campur urusan orang lain!"Wenny menatap wajah Tamara dengan matanya yang cerah, lalu berujar, "Bibi Tamara, aku bisa mengerti kalau kamu marah. Soalnya selain Pak Morgan, semua orang tahu bahwa kamu menyukainya."Raut wajah Tamara berubah."Tapi Bibi Tamara, maafkan aku yang jujur. Pak Morgan dan Bu Vero belum bercerai, kamu malah dengan terang-terangan tidur di ranjang suami orang. Bukankah sudah jelas banget bahwa kamu ingin jadi orang ketiga? Apa Bibi Tamara suka menjadi orang ketiga yang nggak terhormat?"Ekspresi Tamara langsung kaku. Padahal dia adalah juara dalam drama perebutan kekua

Apa kata Morgan?Vero mengulurkan tangan dan memukulnya. "Pergilah! Kamu yang mau, bukan aku!"Morgan bertanya, "Kamu benaran nggak mau?"Vero menjawab, "Nggak mau."Dia benar-benar tidak mau. Begitu dia memikirkan adegan Morgan dan Tamara yang bermesraan di ranjang, tubuhnya langsung menolak.Morgan membalas dengan nada mendominasi, "Meski kamu nggak mau, tetap tahan saja!"Morgan menundukkan kepalanya dan langsung mencium bibirnya dengan keras.Vero berjuang keras untuk melepaskan diri. Saat itu, terdengar suara pembantu dari luar pintu. "Halo, Nona Wenny."Wenny datang.Vero langsung mendorong pria yang ada di atasnya. "Wenny datang!"Morgan pun melepaskan Vero dan duduk di tepi ranjang.Saat itu, terdengar ketukan pintu. Suara Wenny terdengar lembut ketika menyapa, "Pak Morgan, Bu Vero."Vero segera bangkit. Dia merapikan baju dan rambutnya yang sudah berantakan karena Morgan, lalu berjalan menuju pintu dan membukanya. "Wenny, kamu datang."Wenny berdiri di depan pintu. "Bu Vero, g

Morgan pergi?Dia pergi begitu saja?Morgan berjalan ke pintu dan membuka pintu kamar.Di luar pintu, berdiri seorang wanita muda yang cantik. Wanita itu terkejut begitu melihat Morgan. Wajahnya langsung memerah, "Pak ... Pak Morgan."Morgan menatap wanita itu. "Kamu tahu aku?""Seluruh ibu kota pasti tahu Pak Morgan. Tentu saja aku juga tahu Pak Morgan. Hanya saja, Pak Morgan pasti nggak tahu siapa aku."Wanita ini diminta kemari oleh Vero, jadi dia sudah tahu tujuan kedatangannya. Tentu saja, dia datang untuk melayani pria.Pria yang punya hubungan dengan Vero pasti bukan orang sembarangan. Setidaknya, pasti kaya atau memiliki kedudukan tinggi.Wanita itu sudah merasa antusias sejak datang barusan. Namun begitu melihat Morgan, dia langsung terkejut dan merasa sangat beruntung. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa pria yang akan dilayani olehnya malam ini adalah Morgan.Morgan tentu bisa membaca pandangan penuh harapan di mata wanita itu. Dia sedikit tersenyum dingin. "Kala

Pagi hari berikutnya.Vero terbangun. Begitu dia bergerak sedikit, seluruh tubuhnya terasa seperti diinjak-injak roda kendaraan. Rasanya pegal dan sakit, seakan-akan hampir hancur.Adegan-adegan gila semalam muncul dalam ingatannya. Itu membuat wajahnya langsung memerah.Vero menatap ke atas dan melihat wajah tampan Morgan. Ternyata, dia sedang tidur di pelukannya.Vero mengulurkan tangan dan menyentuh wajahnya. Morgan tetap seperti dulu, tampan dan memikat. Dia membuatnya langsung terpesona.Kadang kala, Tuhan memang tidak adil pada pria dan wanita. Makin tua seorang pria, mereka menjadi makin menarik, sementara nasib wanita berbeda.Saat Vero sedang merenung, tangannya tiba-tiba digenggam. Morgan membuka matanya dengan sedikit malas. "Semalam masih kurang?"Vero menatapnya dengan tajam. "Morgan, kamu sudah umur berapa? Kenapa masih seperti ini?"Morgan menunduk dan menatap Vero yang berada dalam pelukannya. Setelah mendapatkan kehangatan semalam, wajahnya terlihat merona, penuh seman