All Chapters of Cinta dari CEO Sombong: Dingin Sekarang, Sayang Kemudian: Chapter 861 - Chapter 870

Jadi pacarnya?Sekarang, Yuvi belum menikah dan Victor juga belum menikah. Sebenarnya, kalau mereka berpacaran pun tidak ada yang salah.Namun, karena sempat terpisah selama tiga tahun, Yuvi tetap berkata dengan malu-malu, "Aku harus memikirkannya dulu."Victor membalas, "Nona Yuvi, aku nggak akan memberimu waktu untuk mempertimbangkan. Aku cuma mau bersamamu."Victor langsung menciumnya.Hati Yuvi terasa semanis dilumuri madu. Dia hanya ingin bersamanya. Betapa dominannya kata-kata tersebut.....Victor menggendong Yuvi masuk ke kantor presdir pribadinya, lalu membantunya mandi dan membaringkannya di ranjang dengan lembut.Yuvi terlalu lelah. Begitu menyentuh bantal, dia langsung tertidur pulas.Victor sendiri juga mandi sebentar, lalu naik ke ranjang dan memeluknya. Tiga tahun enam hari lamanya, akhirnya dia bisa memeluknya lagi.Victor mengecup dalam-dalam kening Yuvi, lalu berbisik dengan nada lembut, "Nona Yuvi kesayanganku, selamat malam."Tidur kali ini begitu nyenyak hingga mer

Yuvi pergi hanya setelah menerima satu telepon?Victor mengerutkan alis tajamnya. "Kamu tahu siapa yang telepon dia?"Darren menggeleng, "Pak Victor, aku nggak tahu soal itu.""Oke, kamu boleh keluar.""Baik."Darren pun meninggalkan ruangan.Dengan tubuh jangkung dan tegap, Victor berdiri di depan jendela besar yang menjulang sampai lantai. Dia menarik dasi di lehernya dan merasa gusar. Tadi jelas sudah sepakat bahwa Yuvi akan menunggunya di kantor, lalu mereka akan makan malam bersama. Wanita itu juga sudah mengiakan. Namun, sekarang Yuvi justru pergi begitu saja.Semalam, mereka baru saja jadian. Victor begitu ingin bisa selalu bersamanya dan tidak pernah berpisah lagi.Victor mengeluarkan ponselnya, lalu membuka Whatsapp Yuvi dan mulai mengetik.[Kamu pergi ke mana ....]Namun sebelum pesan itu terkirim, ponselnya malah berdering. Ada panggilan masuk.Victor menekan tombol jawab. "Halo, siapa ini?"Suara yang familier terdengar. "Pak Victor, ini aku."Itu Andreas.Wajah Victor tida

Kedua tangan Victor yang terkulai di sisi tubuhnya tiba-tiba mengepal kuat, lalu dia melangkah cepat menuju meja Yuvi dan Andreas. "Dia nggak akan makan itu!"Mendengar suara yang sangat familier, Yuvi menoleh ke atas. Dia tertegun sejenak. "Victor, kenapa kamu ada di sini?"Victor langsung mengulurkan tangan dan meraih lengan ramping Yuvi, lalu menariknya berdiri. "Ikut aku pergi!"Victor berniat membawa Yuvi pergi.Andreas berucap, "Pak Victor, kamu pikir bisa seenaknya bawa Yuvi pergi begitu saja? Hari ini, dia sedang makan bersamaku!"Tatapan Victor sedingin es saat menatap Andreas, "Sekarang, Yuvi adalah pacarku. Aku peringatkan, kalau lain kali kamu berani diam-diam mengajaknya bertemu lagi, jangan salahkan aku yang bersikap keras padamu!"Setelah itu, Victor langsung membawa Yuvi pergi.Andreas melemparkan garpu dan pisaunya ke meja dengan keras. Di telepon tadi, dia sudah berusaha membuat Victor marah, tetapi pada akhirnya pria itu tetap datang dan membawa Yuvi pergi.Tampaknya

Melihat senyum manis dan sorot mata Yuvi yang berkilau, Victor merasa bahkan jika semua itu hanyalah kebohongan, dia pun rela menerimanya dengan senang hati.Victor menunduk dan mencium Yuvi.Yuvi melingkarkan tangannya di lehernya dan membalas ciuman itu dengan penuh semangat.Begitu ciuman dalam itu berakhir, wajah mungil Yuvi sebesar telapak tangan sudah merona merah. Dia menatap Victor. "Aku harus kembali ke studioku. Hari ini, aku harus menyelesaikan satu batch gambar desain busana."Victor tahu bahwa sekarang Yuvi adalah desainer busana terkenal. Dia mengelus lembut wajah kecilnya. "Aku nggak mau mengantarmu pulang. Bekerjalah di kantorku."Victor hanya ingin bersamanya.Yuvi merasa hubungan mereka kembali seperti masa awal jatuh cinta, bahkan dia lumayan menyukai caranya yang selalu menempel padanya."Tapi ...."Victor tidak memberinya kesempatan menolak. Dia membuka pintu mobil, lalu berjalan ke sisi kursi penumpang. Setelah membuka pintu, dia membungkuk dan langsung mengangkat

Yuvi mengulurkan tangan untuk meraih tangan Victor. "Kamu nggak apa-apa?"Victor menggeleng. "Kalimat itu seharusnya aku yang tanyakan padamu. Wesley nggak bilang sesuatu yang menyakitimu, 'kan? Sebelumnya, aku memang nggak tahu kalau Wesley dan Jessica pernah menyulitkanmu. Tenang saja. Mulai sekarang, aku nggak akan membiarkan siapa pun menindasmu lagi."Hati Yuvi terasa hangat. Victor selalu memanjakannya, menyayanginya, dan mencintainya. "Wesley nggak bilang apa-apa. Hanya saja, aku nggak mau melihat kalian bertengkar karenaku. Aku tahu Wesley benar-benar tulus padamu. Kalian sudah berteman selama bertahun-tahun."Victor tersenyum tipis dan menenangkannya, "Tenang saja, aku dan Wesley nggak akan sampai putus hubungan. Aku cuma mau dia tahu, kamu adalah milikku. Nggak ada yang boleh menindasmu."Yuvi sangat terharu. Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Oh ya. Victor, hari ini Wesley membahas sesuatu yang aneh banget. Aku nggak mengerti maksudnya. Dia bilang aku mengkhianatimu dan jadia