Kaivan menunduk terdiam. Dadanya naik turun, amarah yang tadi membara mendadak terhenti oleh kalimat itu. Ada rasa sakit yang lebih dalam daripada pukulan mana pun, kata-kata Kirana yang menusuk jantungnya. Dia tak menyangka ternyata akan sesakit ini. “Aku nggak butuh kamu jadi pahlawan dengan cara kayak gini,” lanjut Kirana, suaranya bergetar. “Kalau Kamu bener peduli sama aku … seharusnya kamu bikin aku tenang, bukan malah nambah luka baru," ucap Kirana menahan seluruh rasa di hatinya. Kaivan menunduk, rahangnya mengeras, jemarinya mengepal seolah menahan sesuatu yang nggak bisa diungkap. Untuk pertama kalinya, tatapannya goyah, bukan karena Dirga, tapi karena Kirana sendiri. Wanita yang mampu membuat hatinya melambung tinggi, namun dala. sesaat juga bisa menghancurkan dengan berkeping-keping. Kaivan mengangkat wajahnya perlahan, matanya masih berkaca-kaca, tapi sorotnya keras berusaha bertahan. Dia berharap Kirana menatapnya. “Aku, nggak tahan liat mbak Kirana nangis," uca
Terakhir Diperbarui : 2025-10-02 Baca selengkapnya