Hari-hari berikutnya bergulir tanpa ledakan besar, tanpa bisikan kecurigaan yang terang-terangan. Kaluna tetap datang pagi-pagi sebelum sebagian besar staf menyalakan komputer. Rambutnya selalu terikat rapi, baju kerjanya bersih dan sederhana, dan langkahnya ringan, nyaris seperti mahasiswi magang yang ingin menunjukkan dedikasi.Ia tak pernah menolak saat disuruh-suruh. Kadang rekan satu divisi menyuruhnya memesan kopi ke kantin lantai bawah, atau membeli makanan siang yang “banyak sambalnya”. Kadang, ia disuruh menggandakan dokumen yang bukan tugasnya, atau disalahkan atas data yang telat dikirim karena meja yang tidak rapi.Tapi Kaluna tersenyum. Selalu tersenyum.“Maaf ya, Kak. Nanti aku urus,” jawabnya dengan nada sopan dan wajah bersahaja.Beberapa senior merasa bersalah, tapi tidak cukup untuk menghentikan perlakuan itu. Lagipula, Kaluna tidak mengeluh. Ia bekerja nyaris tanpa suara, mencatat banyak hal, bahkan membawakan camilan kecil untuk rekan kerja yang tengah stres mengol
Terakhir Diperbarui : 2025-07-02 Baca selengkapnya