Ki Ajar Sangaji mengerahkan kekuatan di kakinya untuk melenting tinggi. Lagi-lagi cakra lawan ikut berganti arah mengejarnya. Ia berusaha melemparkan tubuh ke samping untuk menghindar. Tetapi ketiadaan tumpuan membuat geraknya menjadi lamban. Saat ia akhirnya mendarat di bumi, cakra itu berdesing begitu dekat. Tak sempat lagi baginya menyelamatkan diri.Ki Ajar Sangaji memejamkan mata dengan pasrah, mengira tubuhnya akan segera terkoyak oleh cakra musuh. Tetapi tak ada yang terjadi. Saat membuka mata ia menemukan Putut Pideksa berdiri terhuyung di depannya. Begitu ia membantu memapahnya, ia bisa melihat satu goresan luka dalam di dada adik seperguruannya. Ki Ajar Sangaji memapah tubuh Putut Pideksa. Menurunkan dan membaringkannya dengan hati-hati. "Adhi, bertahanlah!" Kata Ki Ajar Sangaji."Kakang, jangan biarkan ia membawa kitab itu!" Ucap Putut Pideksa lirih.Ki Ajar Sangaji menoleh. Tak tampak lagi sosok Putut Pangestu di sana. Tanpa berdiri lebih dahulu ia
Terakhir Diperbarui : 2025-06-22 Baca selengkapnya