Tiga orang lainnya bergerak ke depan. Mengayunkan pedang dengan gerak yang sama. Menusuk ke tubuh lawan.
Namun dengan gerakan yang nyaris tak terlihat karena begitu cepat, Leksana menarik tangan dan menggulung rantai ke tangannya. Menggunakannya untuk menangkis.Lima lawannya bergerak mengelilingi. Mereka memang tak terlalu kuat. Lebih mengandalkan kekompakan untuk saling membantu dan melindungi.Gerakan Lima Saudara dari Padepokan Kemuning menyerupai sebuah tarian yang indah namun mematikan. Gerakan mereka untuk terus memutari lawan sepertinya bagian dari cara untuk mengacaukan perhatian.Tiga orang melesat dari depan dan dua sisi.Trang! Trang! Trang!Leksana mengayunkan tangan yang dilirit rantai untuk menangkisnya. Saat itu dua musuh lain mengincar sisi belakang yang terbuka. Tak ada tanda jika Leksana akan berbalik. Seperti tak menyadarinya.Wutt!!Di luar dugaan mendadak Leksana memutar rantai yang entah sejak kapan terurai. Dua bersaudaraTiga orang lainnya bergerak ke depan. Mengayunkan pedang dengan gerak yang sama. Menusuk ke tubuh lawan.Namun dengan gerakan yang nyaris tak terlihat karena begitu cepat, Leksana menarik tangan dan menggulung rantai ke tangannya. Menggunakannya untuk menangkis. Lima lawannya bergerak mengelilingi. Mereka memang tak terlalu kuat. Lebih mengandalkan kekompakan untuk saling membantu dan melindungi.Gerakan Lima Saudara dari Padepokan Kemuning menyerupai sebuah tarian yang indah namun mematikan. Gerakan mereka untuk terus memutari lawan sepertinya bagian dari cara untuk mengacaukan perhatian.Tiga orang melesat dari depan dan dua sisi. Trang! Trang! Trang! Leksana mengayunkan tangan yang dilirit rantai untuk menangkisnya. Saat itu dua musuh lain mengincar sisi belakang yang terbuka. Tak ada tanda jika Leksana akan berbalik. Seperti tak menyadarinya. Wutt!!Di luar dugaan mendadak Leksana memutar rantai yang entah sejak kapan terurai. Dua bersaudara
Wresni dan Srenggi menggeliat bangkit. Awalnya hendak marah karena merasa diserang dengan cara yang licik. Namun ketika mengenali dua orang yang baru muncul seketika nyali mereka menciut. "Leksana, Iblis Rantai Neraka?! Kangsa, Pendekar Tombak Terbang! Celaka, jika mereka sudah turun gunung tak ada lagi yang mampu kita lakukan!" Bisik Srenggi.Wresni mengangguk membenarkan. Menyeka bibirnya yang berdarah. Satu gebrakan saja sudah berhasil membuat mereka terluka parah."Sepertinya kita memang ditakdirkan tak akan pernah bisa mengalahkan Pranadipa. Tetapi hari ini kita akan melihatnya mati." Ucap Wresni sambil beringsut menjauh diikuti oleh Srenggi.Keduanya memang merasa tak mungkin untuk kembali turun dalam pertarungan. Namun tidak juga hendak menyerah begitu saja. Memutuskan menunggu sambil melihat keadaan. Siap mengambil kesempatan sekecil apa pun jika memang ada."Dua dedengkot golongan turun bersamaan. Ini jelas satu kehormatan!" Meski dadanya berdebar kencang, tetapi Juragan Pr
"Tenanglah! Aku akan melepasmu, tetapi tetaplah diam atau mereka akan melihatmu lalu mengejarmu!" Lelaki yang mendekap mulut Lare Angon menunggu bocah itu mengangguk barulah ia melepaskan tangannya.Lare Angon menoleh. Terkejut melihat Citraguna yang berpakaian serba hitam entah sejak kapan ada di belakangnya. Ia sama sekali tak menyadari ketangan lelaki itu.Sebuah kain menggantung di leher Citraguna. Sepertinya ia memakai cadar sebelum ini. Lare Angon kini tahu jika tebakannya benar. 'Maling' itu memang Citraguna."Bukan mereka yang harus kau khawatirkan. Juragan Prana akan mampu mengatasi tiga orang tersebut. Tetapi mungkin tidak dengan yang lainnya." Bisik Citraguna.Lare Angon menatap tak mengerti. Citraguna mengarahkan dagunya ke depan. Lalu menunjuk dengan jarinya ke arah atap. Darah Lare Angon tersirap. Ada dua orang duduk di sana. Seperti sedang menonton pertarungan di bawahnya. Lare Angon sama sekali tak taku kapan me
"Sepasang Setan dari Karangkobar!" Gumam Juragan Prana mengenali dua orang yang baru muncul."Lama tak jumpa Pranadipa! Pertemuan terakhir kita berakhir imbang. Tetapi kali ini sepertinya akan berbeda. Kehidupan yang lama damai tampaknya membuat dirimu lebih lemah." Jawab salah satu dari Sepasang Setan dari Karangkobar yang mengenakan baju berwarna merah tua.Meski berpasangan keduanya menggunakan pakaian yang tak sama. Satu orang lagi mengenakan baju warna biru tua."Imbang? Wresni, tampaknya ingatanmu sungguh buruk. Apa karena usia? Seingatku kalian melarikan diri waktu itu!" Senyum Juragan Prana mengembang."Keparat! Srenggi, kali ini jangan pergi sebelum membunuh manusia satu ini. Aku yakin ia sudah tak sehebat dulu. Aku bisa merasakannya!" Teriak Wresni."Srenggi! Wresni! Tujuan kita adalah mendapatkan bocah itu!" Jagareksa memperingatkan."Persetan! Bocah itu akan kita dapatkan setelah kita membunuhnya. Jika ingin cepat selesai kau harus membantu kami!" Ucap Srenggi sambil mengh
Malam itu Lare Angon tak bisa memejamkan mata barang sekejap. Meski Juragan Prana menambah jumlah pengawal setelah tahu kejadian tadi siang. Tak membuat bocah itu tenang.Ia ingat perkataan Citraguna jika akan ada semakin banyak orang yang datang mencarinya. Hari ini ia beruntung ada Citraguna yang membelanya.Citraguna memang bertanya lagi. Tetapi tak memaksa Lare Angon yang masih bersikukuh dengan cerita diculik lampor. Namun jelas sorot matanya menyiratkan ketidak percayaan. Lare Angon sendiri curiga jika maling malam itu adalah Citraguna sendiri yang tengah berusaha menyelidiki dirinya. Ia bahkan menduga lelaki itu sekarang sedang mengawasi rumah ini dari luar.Lare Angon telah mengambil tabung hitam tersebut dari atap pakiwan. Sekarang ia tak akan meninggalkan benda itu di mana pun. Lebih aman untuk terus membawanya.Rasa penasarannya semakin tinggi. Ia yakin orang-orang yang datang memang mencari isi tabung tersebut. Di sisi lain Lare Angon juga menjadi ta
Wongso bergerak mendekati Lare Angon. Sukra sontak maju untuk menghadang. Melindungi Lare Angon di belakangnya. "Aku tidak tahu apa kesalahan bocah ini. Tetapi, kalian tak bisa begitu saja membawanya. Ia hanya seorang anak kecil!" Wongso menatap tajam Sukra yang kebetulan tengah memegang sebuah sabit."Aku tidak peduli apa yang telah dia lakukan. Benar atau pun salah. Ada seseorang yang sudah membayarku untuk membawa bocah itu padanya. Jadi aku tak akan kembali dengan tangan kosong!" Jawab Wongso.Saat itu Mbok Sumi muncul dari samping. Memeluk Kemala dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mengintip melalui jendela. Sementara Karti menyelinap pergi untuk meminta bantuan setelah melihat gelagat tak baik dari Wongso dan kawan-kawannya."Lare Angon, katakan kalau kau tak membuat seseorang marah dengan sengaja!" Kata Sukra."Tidak, Kakang. Aku bahkan tak mengenal orang itu!" Lare Angon menjawab cemas.Sringg!!Wongso mencabut pedangnya yang tampak tajam berkilat. Sukra tak sadar melangka