All Chapters of Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar: Chapter 141 - Chapter 150

Ivy menatap layar ponselnya dengan perasaan cemas. Terdapat dua puluh panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan yang belum ia balas dari Evan. Ia benar-benar lupa untuk membalas pesan sebelum berkonsultasi dengan dokter.“Duh… Gimana nih kalau Evan marah?” gumam Ivy sambil menggigit kukunya. Ia menarik napas panjang, berusaha untuk menenangkan diri.Dengan tangan gemetar, Ivy menyentuh ikon telepon untuk menghubungi nomor Evan. Tak butuh waktu lama telepon pun tersambung dan terdengar suara yang ia kenal di seberang“Halo, kamu dimana?”Ivy kembali menarik napas pelan. “Halo, aku lagi di jalan,” jawabnya dengan hati-hati. “Pulang sekarang!” perintah Evan dengan nada datar.Klik!“Halo? Halo?” Ivy mendengus saat telepon sudah dimatikan secara sepihak. Hal itu tentunya membuatnya semakin khawatir.“Kayaknya dia marah banget. Gimana ini?” gumam Ivy pelan. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri.Akhirnya karena tidak mau membuat Evan semakin marah, Ivy pun segera menancapkan gas, dan b

Setelah perjalanan selama beberapa menit, akhirnya mobil Evan berhenti di halaman rumahnya. Pria itu kemudian melirik ke arah Ivy yang duduk di sampingnya. "Kita udah sampai. Kamu mau pake masker terus sampai kapan?" tanya Evan merasa heran.Saat ini mereka akan turun dari mobil, namun Ivy belum juga mau melepas maskernya. Hal itu tentunya membuat Evan menatapnya curiga. Sementara itu Ivy menatap Evan dengan perasaan gelisah."Nanti aja kalau udah di kamar," jawabnya lirih.Evan mengangguk. Ia tahu tidak ada gunanya memaksa perempuan itu terus-menerus. Ia kemudian keluar dari mobil lebih dulu dan membukakan pintu untuk istrinya. Ivy tersenyum kecil, walaupun ia tahu kalau Evan tidak akan bisa melihat senyumannya itu. Ia kemudian melangkah masuk ke dalam rumah sambil menggenggam tangan Evan.Keduanya kemudian naik ke lantai dua, menuju kamar mereka. Evan langsung membuka pintu kamar begitu sampai. Ia kemudian menatap istrinya yang sedang duduk di ranjang dengan tatapan menyelidik.

Sudah hampir seminggu semenjak pergi ke dokter, wajah Ivy belum juga membaik. Bahkan kini wajahnya tampak lebih parah dibandingkan sebelumnya. Jerawat kemerahan muncul lebih banyak, bahkan terasa perih jika disentuh. Padahal ia rutin memakai salep dan mematuhi perintah yang dokter berikan."Kok wajah aku ngga sembuh-sembuh ya? Malah jerawatnya tambah banyak," keluh Ivy. Sedari tadi ia berdiri di depan cermin, memandangi wajahnya yang tampak menyedihkan. Evan yang baru saja keluar dari kamar mandi, merasa heran melihat istrinya tampak lesu sedari pagi. "Kenapa? Kok cemberut gitu?" tanyanya sambil berjalan mendekat. Ivy menoleh ke arah suaminya itu dengan bibir mengerucut. "Muka aku belum sembuh-sembuh, padahal selama seminggu aku selalu pake salep tiap pagi sama malem," jawabnya lirih."Mungkin karena salepnya ngga cocok?" tanya Evan berasumsi.Ivy mengangkat bahunya ringan. "Aku juga ngga tahu. Kata dokternya sih kalau belum ada kemajuan disuruh balik ke sana lagi," balasnya sambil

“Jadi, dokter itu beneran mantan tunangan kamu?” tanya Ivy setelah mobil berjalan beberapa meter.Evan hanya mengangguk pelan. Tatapannya tetap fokus ke depan tanpa menoleh ke arah Ivy.Wanita itu melirik ke samping dan menelan ludah. Ia bisa melihat rahang suaminya mengeras, dan membuat otot di sekitar pelipis ikut menegang. Ivy yang seolah memahami emosi yang dirasakan oleh pria itu pun memilih untuk diam.Beberapa menit kemudian mobil pun berhenti. Ivy mengira mereka sudah sampai di rumah, namun saat ia menoleh ke sekeliling, ternyata mobil mereka masih berada di jalanan yang berjarak lumayan jauh dari rumah.Ivy yang merasa heran menoleh ke arah Evan. “Kok udah berhenti?” tanyanya tak mengerti. Namun pria itu hanya diam, ia kemudian menatap istrinya dengan tatapan sayu.“Ada apa?” tanya Ivy tak paham dengan tingkah suaminya.Bukannya menjawab, Evan memilih untuk melepaskan sabuk pengamannya, dan memeluk tubuh istrinya. Ivy sempat terkejut, namun sedetik kemudian ia mulai mencoba m

“Inget. Kenapa emangnya?” tanya Evan masih belum memahami hubungan antara Owen dan saat di mana ia sedang bertengkah dengan Ivy karena Naufal.Ivy menghela napas panjang sebelum kembali bercerita. “Nah, waktu itu kan kamu bener-bener marah sampai ngga pulang berhari-hari. Terus Owen datangin aku, dan dia bilang ke aku buat jangan terlalu khawatir dan ngasih kamu waktu sendiri,” jelasnya sambil mengingat-ingat saat di mana Owen mendatanginya. “Terus habis itu?” tanya Evan terlihat tidak sabar. Ia menatap wajah Ivy lekat-lekat seolah tidak ingin tertinggal satu kata yang terucap dari bibir istrinya. Namun sebaliknya, Ivy yang ditatap seperti itu merasa terintimidasi. Ia pun mengalihkan pandangan agar mereka tidak saling bertatapan. “Habis… habis itu dia cerita tentang masa lalu kamu sama Adelia. Dia cerita kalau dulu kamu pernah di selingkuhi sampai Adelia hamil, dan yang bikin sedihnya lagi, selingkuhannya itu temen kamu sendiri,” lanjutnya dengan hati-hati. Evan mendengarkan dengan