Share

Tak kunjung sembuh

Author: Simplyree
last update Last Updated: 2025-08-12 10:42:35

Sudah hampir seminggu semenjak pergi ke dokter, wajah Ivy belum juga membaik. Bahkan kini wajahnya tampak lebih parah dibandingkan sebelumnya. Jerawat kemerahan muncul lebih banyak, bahkan terasa perih jika disentuh. Padahal ia rutin memakai salep dan mematuhi perintah yang dokter berikan.

"Kok wajah aku ngga sembuh-sembuh ya? Malah jerawatnya tambah banyak," keluh Ivy. Sedari tadi ia berdiri di depan cermin, memandangi wajahnya yang tampak menyedihkan.

Evan yang baru saja keluar dari kamar mandi, merasa heran melihat istrinya tampak lesu sedari pagi. "Kenapa? Kok cemberut gitu?" tanyanya sambil berjalan mendekat.

Ivy menoleh ke arah suaminya itu dengan bibir mengerucut. "Muka aku belum sembuh-sembuh, padahal selama seminggu aku selalu pake salep tiap pagi sama malem," jawabnya lirih.

"Mungkin karena salepnya ngga cocok?" tanya Evan berasumsi.

Ivy mengangkat bahunya ringan. "Aku juga ngga tahu. Kata dokternya sih kalau belum ada kemajuan disuruh balik ke sana lagi," balasnya sambil
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Ajakan untuk bertemu

    Ivy terbangun dengan kepala yang terasa berat. Ia beberapa kali mengerjapkan matanya, dan menatap Evan yang tertidur di bawahnya. Ia kini mengerti mengapa tubuhnya terasa begitu lengket.Ivy mencoba untuk bangun karena merasa tidak nyaman di bagian inti tubuhnya, seperti ada yang mengganjal di bawah sana. Saat itulah ia sadar bahwa penyatuan mereka belum dilepas semenjak tadi malam. Ia tersenyum tipis saat mengingat kejadian tadi malam.Namun senyumnya perlahan memudar saat Ivy merasakan gatal dan perih yang luar biasa di wajahnya. Padahal ia sudah memperingatkan Evan untuk tidak menyentuh wajahnya, namun pria itu sepertinya lupa dan mengabaikan peringatan itu.Dengan perlahan Ivy menarik tubuhnya, dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ia lalu mencari pakaiannya yang entah kemana. Ia ingin segera kembali ke kamar untuk mandi, namun tanpa pakaian ia takut akan ada pelayan melihatnya. "Lagi cari apa?" tanya Evan dengan suara serak.Ivy seketika menoleh ke arah pria yang ternyata sudah

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Mendapatkan tugas penting

    Ivy langsung mengambil nasi dan lauk begitu sampai di dapur. Ia tak perlu mengambil air minum karena di ruang kerja Evan sudah terdapat air galon sendiri.Tak membutuhkan waktu yang lama untuk Ivy kembali naik ke lantai dua. Ia membuka pintu ruang kerja Evan secara perlahan. Di sana ia melihat pria itu sedang duduk di kursi sambil memejamkan matanya. Pria itu tampak begitu pulas, padahal dirinya hanya pergi ke dapur sebentar.Melihat suaminya tampak begitu kelelahan, Ivy memilih untuk langsung meletakkan makanan di meja dan akan pergi setelah itu. Namun baru saja berjalan satu langkah, suara berat pria itu menghentikan langkahnya. “Mau ke mana? Di sini aja dulu.”Ivy pun menoleh dan menatap pria yang masih memejamkan matanya itu.“Maksudnya? Kamu jadi makan atau langsung tidur?” tanyanya merasa heran.“Jadi. Bentar ya, tunggu lima menit, saya ngantuk banget,” balas Evan dengan suara serak.“Ya udah, kalau gitu aku balik ke kamar ya,” pamit Ivy. Namun Evan menggeleng.“Di sini aja d

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Bukan Perempuan Murahan

    Balasan Evan sesuai dengan dugaan Ivy. Walaupun sebenarnya pria itu tidak bermaksud untuk membentak, namun menurut perempuan seperti Ivy yang hatinya sensitif, perkataan pria itu begitu menyakiti perasaannya. Sekarang Ivy menyesal karena sudah mencemaskan Evan. Ia menganggap suaminya itu tidak menghargai usahanya. Padahal sebenarnya seorang pria memang cenderung berpikir menggunakan logika, tidak seperti dirinya yang lebih berpikir menggunakan perasaan.Evan menganggap kalau dirinya akan makan dengan sendirinya tanpa disuruh oleh orang lain, sementara Ivy berpikir sebaliknya. Ivy pun langsung berdiri dari kursi. Ia menatap Evan yang kini menatapnya dengan bingung. Pria itu tidak tahu kalau ucapannya sudah membuat istrinya tersakiti. “Aku emang salah ya udah cemasin kamu. Kamu semenjak kita pulang dari klinik belum keluar dari ruang kerja sama sekali. Aku Cuma pengin tahu kamu udah makan malam atau belum tapi itu salah? Salah kalau sebagai istri kamu, aku perhatian sama kamu?” tanya

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Pengingat makan malam

    Ivy melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Evan belum juga keluar dari ruang kerjanya semenjak mereka sampai di rumah tadi sore. Ia tidak tahu apa yang dilakukan oleh pria itu. Apakah pria itu benar-benar melakukan pekerjaan kantor, atau justru melakukan hal lain untuk melupakan kejadian hari ini.“Evan kayaknya belum makan malam deh. Apa aku samperin aja yah?” tanya Ivy kepada dirinya sendiri. Sedari tadi ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Ia ingin menawarkan Evan makan malam namun merasa ragu. Ia takut pria itu masih ingin sendiri dan tidak ingin diganggu oleh dirinya sekalipun. “Udahlah. Ngapain juga aku mikirin dia? Nanti kalau laper juga dia pasti bakal ambil makanan sendiri,” gumam Ivy. Ia berpikir kalau Evan bukanlah pria manja yang akan berhenti makan hanya karena sedang menjalani hari-hari yang berat.Ivy tahu bahwa Evan pasti sering mengalami kejadian tidak terduga di kantor. Tapi buktinya pria itu tetap bersikap tenang dan menghabiskan ma

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Penjelasan

    “Inget. Kenapa emangnya?” tanya Evan masih belum memahami hubungan antara Owen dan saat di mana ia sedang bertengkah dengan Ivy karena Naufal.Ivy menghela napas panjang sebelum kembali bercerita. “Nah, waktu itu kan kamu bener-bener marah sampai ngga pulang berhari-hari. Terus Owen datangin aku, dan dia bilang ke aku buat jangan terlalu khawatir dan ngasih kamu waktu sendiri,” jelasnya sambil mengingat-ingat saat di mana Owen mendatanginya. “Terus habis itu?” tanya Evan terlihat tidak sabar. Ia menatap wajah Ivy lekat-lekat seolah tidak ingin tertinggal satu kata yang terucap dari bibir istrinya. Namun sebaliknya, Ivy yang ditatap seperti itu merasa terintimidasi. Ia pun mengalihkan pandangan agar mereka tidak saling bertatapan. “Habis… habis itu dia cerita tentang masa lalu kamu sama Adelia. Dia cerita kalau dulu kamu pernah di selingkuhi sampai Adelia hamil, dan yang bikin sedihnya lagi, selingkuhannya itu temen kamu sendiri,” lanjutnya dengan hati-hati. Evan mendengarkan dengan

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Rasa ingin tahu

    “Seriusan kamu udah tahu semuanya? Kamu tahu dari siapa? Dari bunda yang cerita?” tanya Evan memberikan pertanyaan beruntun kepada Ivy. Ia merasa begitu heran. Seingatnya ia tidak pernah menceritakan mengenai masa lalunya kepada istrinya itu. Tidak satupun ia ceritakan. Di balik wajah dinginnya pria itu memang menyembunyikan sesuatu yang begitu membuatnya trauma. Berbanding terbalik dengan Evan yang memasang wajah serius dan rasa ingin tahu yang begitu tinggi, Ivy justru semakin melebarkan senyumannya, seolah hal itu bukan masalah besar. “Aku kasih tahu ngga ya? Tapi orang yang cerita ke aku itu bilang supaya kamu jangan sampe tahu kalau dia udah cerita semuanya,” ucap Ivy bermaksud untuk meledek dan mencairkan suasana tegang di antara mereka.Namun sepertinya Evan menganggap serius perkataan Ivy. Ia kini justru menatap wanita di depannya itu dengan tatapan tajam.“Saya serius pengin tahu. Siapa yang udah ceritain hal itu ke kamu? Dan kenapa orang itu ngga mau saya tahu?” tanyanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status