Ruang pengamanan bawah tanah istana Ghana, dini hari. Reina duduk bersandar di dinding batu yang dingin. Tangannya sudah tak terborgol, namun kakinya masih terikat rantai baja yang dipaku ke lantai. Di ruangan sempit yang hanya diterangi lampu kecil di langit-langit, hanya ada suara detak jam dan desahan napasnya sendiri. Di benaknya, wajah Satya kembali berkelebat, tatapan terakhir itu, goresan pena di atas perjanjian. Perasaan sakit dan marah berputar jadi satu. Tapi Reina bukan perempuan yang akan membiarkan dirinya hancur begitu saja. Tangannya meraba bawah betis, di mana masih tersembunyi satu senjata terakhir miliknya, kawat tipis dari gelang penyamaran yang dulu pernah diberikan Malik. Dia menariknya pelan, memutar pergelangan, lalu mulai mengikis baut pengikat kakinya. Lambat, nyaris tanpa suara. Beberapa menit berlalu. Dan… Klik. Rantai terlepas. Reina bergerak cepat, menahan napas, membuka pintu sel menggunakan kartu akses dari penjaga yang pingsan, ia sudah memanci
Last Updated : 2025-06-26 Read more