Tanah basah di halaman istana kini merah oleh darah. Kabut tipis mulai sirna, digantikan cahaya mentari yang mengungkap luka dan kehancuran di medan perang. Di tengah lapangan batu, Pangeran Ardian dan Pangeran Arvid berdiri berhadapan. Keduanya sudah sama-sama terluka, baju zirah robek, darah mengucur dari pelipis, tangan, dan dada. Nafas mereka berat, langkah pun goyah. Namun, tekad di mata masing-masing justru kian mengeras. “Arvid,” suara Ardian berat. “Kau masih bisa menghentikan ini.” Arvid tertawa kecil, getir. “Menghentikan? Ketika aku sudah sejauh ini? Kau yang seharusnya menyerah, Ardian. Kau bodoh! Tahta itu adalah milikku sejak awal.” Ia mengayunkan pedang, tajam, ganas. Ardian menangkis, berputar, balas menyerang. Besi menghantam besi. Dentumannya menggema keras. Para prajurit dari kedua belah pihak mundur, membentuk lingkaran. Tidak ada yang berani mencampuri duel dua pangeran itu. Di antara ring itu, sosok Satya menerobos masuk. “Berhenti!!” teriaknya. Na
Last Updated : 2025-06-18 Read more