Naira berdiri di depan rumah megah itu, menghela napas panjang sebelum melangkah masuk. Rasanya seperti memasuki dunia lain—dingin, asing, dan penuh tatapan yang tidak ramah. Sejak pernikahan mereka diumumkan, rumah ini menjadi tempat tinggalnya, tetapi sama sekali tidak terasa seperti rumah. Pelayan-pelayan berjejer di sepanjang lorong, ekspresi mereka datar, beberapa bahkan menatapnya dengan pandangan merendahkan. Naira menggenggam ujung gaunnya, berusaha mengabaikan perasaan tidak nyaman yang merayapi dirinya. "Silakan, Nona... maksud saya, Nyonya Nathaniel," seorang kepala pelayan akhirnya berbicara, meski nada suaranya terdengar terpaksa. Naira tersenyum kecil. "Terima kasih." Ia melangkah masuk ke ruang tamu yang luas. Langit-langit tinggi, chandelier kristal menggantung megah di atasnya. Di sudut ruangan, Adrian berdiri dengan tangan terlipat di dada, wajahnya tetap tanpa ekspresi seperti biasa. "Kau akhirnya datang," ucap Adrian singkat, suaranya terdengar formal. "Aku m
Terakhir Diperbarui : 2025-03-13 Baca selengkapnya