Malam itu, suara dentuman keras menggema di dalam rumah. Naira yang sedang duduk di kamarnya segera berlari keluar, jantungnya berdebar kencang. Saat ia tiba di ruang kerja Adrian, pintu sedikit terbuka. Dengan ragu, ia mengintip ke dalam dan mendapati pemandangan yang mengejutkan. Adrian terduduk di lantai, tangannya mengepal kuat, sementara pecahan gelas berserakan di sekitarnya. Napasnya memburu, matanya merah, seolah menahan sesuatu yang begitu menyakitkan. Tanpa berpikir panjang, Naira masuk. "Adrian..." suaranya lirih, penuh kekhawatiran. Pria itu menoleh, tetapi ekspresinya tidak seperti biasanya. Tidak ada dingin, tidak ada arogansi. Yang tersisa hanyalah kesedihan yang begitu dalam. "Kenapa kau di sini?" suaranya serak, nyaris berbisik. Naira menelan ludah. Ia tahu bahwa Adrian bukan tipe pria yang ingin diperlihatkan dalam keadaan lemah. Tapi kali ini, ia tidak bisa berpura-pura tidak peduli. "Aku mendengar suara pecahan... Kau baik-baik saja?" Adrian tertawa
Terakhir Diperbarui : 2025-03-18 Baca selengkapnya