Semua Bab Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan : Bab 121 - Bab 130

Reinhard langsung membuka pintu vila tersebut setelah mendengar suara yang cukup nyaring dari dalam sana. Ilona yang mengintip dari balik punggung suaminya terbelalak dan menganga tak percaya melihat keadaan di dalam vila itu. Ia tidak tahu harus merasa miris atau malah tertawa melihat yang terjadi di sana.Tetesan air hujan yang sudah kembali deras mulai membasahi lantai vila tersebut. Entah bagaimana ceritanya hingga plafon vila yang terlihat indah ini bisa roboh. Tidak semuanya memang, mungkin hanya sekitar 5% nya. Namun, tetap saja itu menyebabkan bagian dalam vila banjir. Beberapa orang yang Reinhard bayar untuk menjaga vila ini langsung sibuk membersihkan genangan air dan menampung air yang masuk karena bocor itu dengan ember dan benda apa pun yang bisa digunakan. Ilona tidak menyangka kalau tempat yang terlihat terawat ini tak seindah kelihatannya. Ilona yang masih mengamati keadaan di dalam vila itu spontan memekik saat Reinhard tiba-tiba mengang

PYAR!Teko kaca yang Ilona pegang langsung terjatuh ke lantai karena tangannya yang gemetar. Wajahnya berubah pucat pasi mendengar informasi mengejutkan yang dibawa oleh sopir Reinhard ini. Bahkan, ketika kakinya terkena serpihan kaca, wanita itu tidak meringis sama sekali. Kegaduhan yang terjadi di dapur membuat Adrian dan Kinanti yang sedang berada di ruang tamu langsung datang ke dapur. Tentu saja Adrian langsung menyalahkan supir Reinhard itu dan nyaris menghajarnya jika tidak ditahan oleh Kinanti.“Apa yang kamu lakukan pada adikku?” cerca Adrian yang menyusul ke dapur setelah mendengar suara benda yang jatuh. “Di mana Reinhard sekarang? Bagaimana keadaannya? Apa kamu bisa mengantarku ke sana?” tanya Ilona dengan suara tercekat. Wanita itu benar-benar mengabaikan nyeri yang bersarang di kakinya. Padahal, sekarang punggung kakinya sudah mulai mengeluarkan darah karena serpihan itu. Adrian langsung menahan Ilona yang nyaris menginja

Semua orang yang berada di ruangan itu termasuk Ilona spontan menoleh ke sumber suara. Menatap sosok yang sudah berhari-hari setia memejamkan mata itu. Dan kini sepasang mata tajam itu tak lagi tertutup. Ilona mengejapkan matanya berulang kali, khawatir yang terlihat di depan matanya saat ini hanyalah khayalan semata. Sekian lama ia menunggu lelaki itu sadarkan diri dan sekarang Reinhard sudah kembali membuka mata. Sayangnya, dirinya masih harus menghadapi beberapa orang tidak tahu diri di sini. “Lepaskan istriku!” Suara bariton Reinhard yang agak serak kembali menyeru. Sorot matanya yang sangat tajam menyiratkan jika lelaki itu ingin perintahnya segera dilaksanakan. “Apa kalian tuli? Aku sendiri yang akan membuat perhitungan pada kalian jika kalian menyakiti apalagi membahayakan anak dan istriku.”Lelaki yang baru saja terbangun dari tidur panjangnya itu menatap paman bibinya satu per satu. Sebelah sudut bibirnya terangkat membentuk seulas sen

Ilona yang seharusnya langsung menyingkir seperti perintah Reinhard malah menjatuhkan lututnya di hadapan lelaki itu. Sama seperti yang pernah wanita itu lakukan beberapa bulan silam. Ketika Reinhard ingin menghabisi Merisa yang baru saja membuangnya kehilangan janin dalam kandungannya. Tentu saja perbuatan Ilona mengejutkan Reinhard. Namun, lelaki itu tetap bergeming dan menunggu apa lagi yang akan istrinya lakukan setelah ini. Untung saja Daniel sudah lebih dulu masuk ke ruangan eksekusi itu. Ilona menghela napas pelan seraya mengangkat kepalanya dan membalas tatapan Reinhard. Entah mendapat keberanian dari mana, wanita itu berani menangkup wajah lelaki di depannya. “Aku pernah mengatakan padamu kalau tidak semua hal akan terus berjalan sebagaimana mestinya, ‘kan?”Reinhard yang keheranan mengangkat sebelah alisnya. “Lalu, memangnya kenapa? Tanpa perlu kamu ajarkan, aku sudah mengerti. Sangat mengerti malahan. Dan untuk apa yang akan aku lakukan setela

Ilona dan Anindya spontan menoleh ke belakang. Reinhard yang langkahnya masih terseok-seok menyusul di belakang kedua wanita berbeda usia. Melihat Reinhard yang kesulitan melangkah membuat Ilona spontan menghampiri lelaki itu dan berusaha membantu. Momen tersebut tak luput dari perhatian Anindya. Wanita paruh baya itu memicingkan mata dan mendengus samar. Ternyata Ilona masih sama. Sering berpura-pura peduli pada putranya padahal sebenarnya hanya bersandiwara. Demi menarik perhatian dan menjerat putranya. “Untuk apa kamu ke sini? Tidak sadar kalau kamu masih kesulitan bergerak?” omel Ilona sembari memapah Reinhard yang beberapa kali nyaris tergelincir karena kurang keseimbangan. Ilona heran. Saat lelaki itu terobsesi ingin mengeksekusi dalang di balik kecelakaannya waktu itu, Reinhard tampak sudah sangat kuat. Namun, setelahnya lelaki itu tampak tumbang lagi. Mungkin karena ambisi besar lelaki itu, hingga kekuatannya terkumpul dalam sekejap. “