Semua Bab Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan : Bab 131 - Bab 140

Ilona tersentak dan langsung bangkit dari posisi berbaringnya setelah mendengar pertanyaan Reinhard. Pening yang menyergap kepalanya tentu saja semakin menjadi-jadi karena ia tiba-tiba bangun dalam keadaan terkejut. Mengabaikan denyut nyeri yang cukup menyiksa di kepalanya, Ilona langsung menyembunyikan kedua kakinya di dalam selimut. Setelah berhari-hari berhasil menyembunyikan luka tersebut dari Reinhard, sekarang lelaki itu malah melihatnya. Luka yang Reinhard lihat itu tentu saja bagian dari bekas luka akibat pecahan teko yang mengenai kaki Ilona beberapa hari lalu. Lukanya memang sudah mengering. Namun, masih menyisakan bekas luka seperti baret-baret di punggung kakinya. “Kenapa? Kamu ingin meledek dan mengatakan kalau kakiku jelek, huh? Tolong jangan mempermasalahkan sesuatu yang tidak penting!” balas Ilona dengan tatapan sinis. Wanita itu kembali berbaring perlahan di tempat semula sembari memijat pelipisnya. “Katakan padaku apa yang te

Ilona yang semula terlena langsung mendorong dada Reinhard begitu kesadarannya kembali. Namun, lelaki itu tetap tidak bergeming dan akhirnya ia nekat menendang tulang kering Reinhard. Sembari mengerang kesakitan, lelaki itu menjauhkan wajahnya. Walaupun masih menahan sakit, Reinhard tetap mengimpit Ilona di belakang pintu. Tentu saja tanpa menekan area di sekitar perut besar wanita itu yang berpotensi membahayakan. Kedua manik matanya berkobar menahan kesal. Aura tak bersahabat sudah lelaki itu tunjukkan sejak kedatangan Romeo. Apalagi melihat Ilona berani berdekatan dengan lelaki yang menurutnya payah itu di depan matanya. Dan sekarang Ilona malah memperparah keadaan dengan menendang kakinya hingga berdenyut nyeri. “Tadi adalah terakhir kalinya kamu boleh bertemu dengan lelaki itu. Aku tidak suka melihatmu berbicara dengannya, untuk urusan apa pun itu! Aku tidak melarangmu mengelola butik itu, tapi kamu tetap tidak boleh berinteraksi dengan mantanmu,”

Manik mata Ilona membulat sempurna mendengar jawaban Reinhard. Sepersekian detik kemudian wanita itu langsung tersenyum sinis. “Jangan menipuku lagi! Terserahlah kamu ingin mengunjungi rumah siapa lagi. Aku ingin beristirahat di mob—Kyaaa!”Gerutuan Ilona berubah menjadi pekikan karena Reinhard tiba-tiba menggendongnya. Wanita itu mendelik kesal. Reinhard selalu saja melakukan tindakan yang membuatnya jantungan. Melakukan apa pun tanpa permisi dan seenaknya sendiri. “Kamu lelah, ‘kan? Kalau seperti ini kamu tidak perlu berjalan,” ucap Reinhard seraya bergerak memasuki rumah bergaya minimalis itu. “Rumah ini akan kita tempati selama berada di sini. Jangan protes lagi, sudah kukatakan kalau kamu akan menyukai kunjungan kita ke negara ini, ‘kan? Jadi, nikmati saja.”Ilona yang sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Reinhard masih tetap memasang ekspresi kesal. Menikmati apanya, kalau sejak menginjakkan kaki di negara ini, Reinhard belum mengizinkan diri

Ilona yang terlonjak langsung mengangkat kepalanya setelah mendengar suara nyaring yang terdengar sangat dekat itu. Manik matanya membulat sempurna melihat sesuatu yang terjadi. Di detik berikutnya, tawa renyah spontan lolos dari bibirnya. Tanpa memedulikan Reinhard yang memasang wajah super kesal. Ilona malah menikmati pemandangan lucu yang terpampang di depan matanya. Sebelah sudut matanya sampai mengeluarkan air mata karena wanita itu terlalu asyik tertawa. Ilona berusaha mengangkat tubuhnya dan mendekatkan bibirnya di samping telinga Reinhard. “Sudah pernah aku katakan kalau kamu harus mengecek ulang untuk memastikan semuanya sesuai standar yang seharusnya. Tapi, ternyata malah kecolongan lagi.”Ilona kembali teringat dengan insiden yang terjadi di vila tempo hari. Kali ini bukan plafon rumah yang roboh seperti waktu itu. Sandaran sofa cantik yang mereka tempati tiba-tiba lepas dari tempatnya dan jatuh begitu saja di lantai. Menyisakan sebelah sandar

Ilona yang sebenarnya belum benar-benar tidur dapat mendengar pembicaraan Reinhard dan Akira dari kamarnya. Ia bisa mendengar semuanya tanpa terkecuali. Namun, wanita itu tidak mengerti apa yang sedang mereka maksud sebenarnya. Ilona yang sudah mengantuk terlalu malas memikirkan pembicaraan tersebut. Toh, belum tentu juga pembicaraan itu berkaitan dengan dirinya. Akhirnya, wanita itu memilih kembali memejamkan mata sampai benar-benar terlelap. Padahal, sebenarnya ia berharap Reinhard akan benar-benar menemaninya. Tetapi, ya sudah lah. Ketika Ilona kembali membuka mata, wanita itu menemukan Reinhard sudah terlelap di sampingnya juga. Bukannya bangun, Ilona malah semakin mengeratkan rengkuhannya pada tubuh Reinhard yang tidak terbalut apa pun di bagian atasnya. Sepertinya saat ini hari sudah gelap. Entahlah, Ilona tidak tahu berapa lama dirinya terlelap. Di kamar itu juga tidak tersedia jam dinding. Ia harus memprotes pada Reinhard agar memasang jam dindi