Semua Bab Dinikahi Pria yang Pernah Kucampakkan : Bab 61 - Bab 70

Ilona yang tadinya ingin langsung pergi sontak mengangkat kepalanya dan menoleh ke sumber suara. Wanita itu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat mendapati Felix berada di hadapannya. Namun, sepersekian detik kemudian ia kembali menetralkan ekspresinya. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu, apalagi akhir-akhir ini Ilona juga lebih banyak berdiam diri di rumah. Terakhir kali mereka bertemu, Reinhard melakukan sesuatu yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. Bahkan, dampaknya masih terasa sampai sekarang. Ilona memang tidak bisa mengaitkan keberadaan Felix dengan perbuatan Reinhard. Namun, entah karena kebetulan atau bagaimana, Reinhard melakukan sesuatu yang ‘lebih gila' setelah Ilona tak sengaja bertemu dengan lelaki di hadapannya ini. “Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini,” tutur Felix sembari menyunggingkan senyum lebar. “Aku sudah melihat berita yang beredar di internet. Apa itu semua benar? Jika iya, aku turut prihatin, aku tidak menyangka kejadian se

Ilona spontan menoleh ke samping mendengar kalimat lirih itu. Ditambah dengan tangan panas Reinhard yang mencekal lengannya. Keningnya mengerut saat mendapati mata lelaki di sampingnya itu masih terpejam. Ia yakin mendengar suara Reinhard barusan, namun lelaki itu terlihat masih terlelap. Ilona mengangkat bahunya tak acuh. “Mungkin aku hanya salah dengar saja. Tidak mungkin dia bicara begitu,” gumamnya secara melepas tangan Reinhard dari tangannya. Wanita itu menyingkap selimut yang membalut tubuhnya seraya turun dari ranjang. Wanita berpiyama biru muda itu menutup mulutnya yang menguap lebar. Kemudian, mencepol asal rambutnya yang berantakan. Ketika sudah nyaris mencapai pintu kamar itu, tiba-tiba ia kembali mendengar suara Reinhard. Kalimat yang sama dengan sebelumnya kembali terlontar dari bibir Reinhard. Ilona berdecak pelan sembari menoleh ke arah ranjang dan kembali melengos setelahnya. Sepertinya Reinhard hanya mengigau saja. Sekarang bukan waktunya memikirkan hal itu karena

Semburat kemerahan langsung muncul dan menyebar di wajah Ilona. Sebelum Reinhard semakin mempermalukan dirinya, wanita itu segera menyambar jaket yang Reinhard berikan padanya. Merapatkan jaket Reinhard tanpa menatap pemilik jaket ini. Setelah puas membuat Ilona malu, Reinhard kembali menegakkan tubuhnya dan melangkah mundur. Bibirnya menyinggung senyum miring dengan tatapan tajamnya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada untuk menghalau dingin yang cukup menusuk. Ilona merutuk dalam hati, menyesal karena dirinya malah memilih menggunakan blouse berwarna putih hari ini. Ia juga tidak menduga akan terjebak hujan seperti ini hingga menyebabkan pakaiannya berubah transparan. Untung saja saat ini hari sudah gelap, jadi pakaiannya yang transparan tidak terlihat jelas. “Terima kasih!” seru Ilona setengah hati. Wanita itu memilih melirik rintikan hujan di sampingnya daripada menatap Reinhard yang berdiri di hadapannya. Ekspresinya masih kesal bercampur malu yang menjadi satu. Ding

“Sejak kapan kamu memiliki pengagum rahasia?” tanya Reinhard dengan nada menyindir yang sangat kental. “Atau mungkin selama tinggal di sini kamu mulai bertingkah dan mendekati lelaki muda yang tinggal di sini juga? Atau malah suami orang lain?” lanjut lelaki itu sembari melayangkan tatapan sinis. Tuduhan-tuduhan tak berdasar yang Reinhard lontarkan membuat mimik wajah Ilona berubah kesal. Walaupun ada banyak kesempatan untuk melakukan itu selama Reinhard tidak ada di apartemen, Ilona tidak akan pernah melakukan hal menjijikkan itu. “Apa kamu pikir aku sudah tidak waras sampai nekat mendekati orang asing? Jangan asal menuduh sebelum kamu menemukan bukti yang jelas!” tegas Ilona dengan tatapan nyalang. “Kembalikan bunga itu padaku!” imbuhnya seraya berusaha kembali menarik bunga tersebut dari tangan Reinhard. Dengan sigap, Reinhard langsung menjauhkan buket tersebut dari jangkauan Ilona. Reaksi wanita itu malah membuatnya semakin berpikir negatif. Lelaki

Ilona benar-benar merasa ditipu oleh Reinhard. Sebelumnya, lelaki itu pernah mengatakan jika apartemen ini hanya memiliki dua kamar saja. Bodohnya, Ilona malah langsung percaya dan memilih pasrah satu kamar dengan lelaki itu. Namun, rupanya ada satu kamar lagi yang tersisa di dekat dapur. Sayangnya, dirinya tidak pernah menyadari itu. Kini, kamar tersebut malah digunakan oleh seseorang yang menjadi pengawal Ilona. Lebih tepatnya sejak beberapa hari yang lalu. Jika saja Ilona dapat menemukan kamar itu lebih dulu, ia tidak keberatan sama sekali menempatinya. Walaupun kamar tersebut jauh lebih sempit dari kamarnya dan Reinhard, itu tidak menjadi masalah. Selain itu, Ilona semakin dibuat kesal dengan sikap pengawal barunya itu yang benar-benar menyebalkan. Perempuan itu selalu mengikutinya ke mana pun, kecuali ketika dirinya berada di dalam kamar. Padahal ‘mengawasi’ juga bisa dilakukan dari jauh. Ilona yang sedang mengaduk sup di panci melirik sinis ke ara