Seminggu setelah grand opening, Ruang Harmoni mulai dipenuhi klien setia. Jadwal Anya padat, tapi hatinya tenang. Setiap pembacaan tarot, setiap konsultasi journaling, menjadi cara Anya menyalurkan cintanya pada semesta dan sesama.Suatu sore, setelah sesi terakhir, Anya duduk di kursi pojok favoritnya, menatap langit senja dari jendela besar restoran. Hujan rintik-rintik turun, aroma tanah basah memenuhi udara. Rio datang membawa dua cangkir teh melati hangat.“Aku suka suasana habis hujan,” kata Anya lirih.Rio duduk di sampingnya. “Tenang ya? Sama seperti kamu.”Anya tersenyum. Mereka duduk tanpa banyak kata. Diam di antara mereka bukan keheningan kosong, tapi ketenangan yang nyaman.Anya lalu bertanya, “Rio, kamu pernah ragu sama aku?”Rio menoleh. “Pernah. Tapi hanya saat aku belum mengerti, bahwa cinta itu bukan soal siapa duluan datang… tapi siapa yang memilih tinggal.”Anya menunduk, matanya basah. Kata-kata Rio menenangkan luka-luka yang sempat membingungkan hatinya.“Aku jug
Terakhir Diperbarui : 2025-05-15 Baca selengkapnya