Sore itu, setelah Rio kembali ke kantor, suasana restoran mulai sepi. Anya membereskan kartu tarotnya, bersiap untuk pulang lebih awal. Namun sebelum sempat meninggalkan booth, seorang tamu tak terduga datang. Langkahnya mantap, senyumnya masih sama seperti dulu.“Anya,” panggil Reza dengan suara berat, namun tenang.Anya menoleh. Hatinya sejenak berdebar. “Reza?”“Aku enggak bisa bohong, aku masih sering kepikiran kamu,” ucap Reza pelan, duduk di depan meja tarot. “Aku tahu kamu udah menikah. Tapi aku juga tahu, ada bagian dari dirimu yang dulu... hampir jadi milikku.”Anya terdiam. Matanya memandangi Reza dalam-dalam. Ada getir, ada kenangan, tapi tidak ada lagi getaran yang sama seperti dulu. Ia tersenyum, tenang.“Reza, kamu bagian dari fase hidupku yang penting. Tapi sekarang... hatiku sudah menetap,” jawab Anya.Reza menunduk, lalu tertawa kecil. “Itu jawaban yang jujur. Terima kasih karena pernah jadi ‘ramalan’ terbaik dalam hidupku.”Sebelum pergi, Reza mengeluarkan sebuah ben
Terakhir Diperbarui : 2025-05-19 Baca selengkapnya