Semua Bab Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!: Bab 221 - Bab 230

Anak itu hanya menjawab menggunakan isyarat tangannya, jarinya menunjuk ke atas Balryu mengikuti isyarat itu dan menemukan perempuan itu sedang santai bertengger di atas pohon sambil menikmati buah segar. Balryu kehabisan kata-kata melihat pemandangan ini tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat, perempuan itu masih enggan bicara padanya memalingkan wajahnya begitu saja tidak perduli dengan apapun yang dipikirkan oleh lelaki yang ada di bawah.Pada akhirnya yang dapat dilakukan Balryu hanya membuang napas melalui mulutnya kemudian duduk di samping anak itu. Sesekali mendongak untuk memastikan keamanan perempuan itu. "Dia selalu membuat aku terkejut," gumam Balryu dalam hati. Yang bisa dilakukan oleh lelaki itu hanya menunggu perempuan itu selesai dan turun sendiri bahkan hanya untuk sekedar bertanya Balryu tidak diperbolehkan."Mau?" tawar anak itu menyuguhkan sebutir buah liar berwarna jingga. Balryu menerimanya mengusap itu dengan tangannya sebelum menggigitnya namun digigitan pe

Yukine menggunakan baju berwarna coklat yang membentuk tubuhnya dengan celana cargo berwarna senada, rambutnya yang panjang di kepang satu dari ubun-ubun sampai ujung rambutnya, senyumannya dingin ditujuan untuk laki-laki berseragam di depannya. "Sebenarnya aku cukup malu melawan perempuan," ujar Geum dengan wajah lesu."Kamu malu kalah dari perempuan?" sahut Yukine dengan nada mengejek."Ini tidak adil, aku sangat kuat bagaimana jika aku mematahkan rusukmu lalu aku akan di salahkan banyak orang, ini melakukan.""Kamu kuat tapi tidak terlalu pintar.""Perempuan ini terus memprovokasi ku!" "Kau terlalu arogan.""Kau juga sama." Geum naik darah lagi tiap kali berdebat dengan Yukine."Lakukan saja lagi pula tidak ada orang lain di sini.""Mereka sedang bersembunyi, jika mereka menunjukkan dirinya mungkin mereka takut kita batal berduel.""Aku akan menunjukkan pada mereka bagaimana kekuatan seorang perempuan, di masa depan biarkan mereka bisa menghargai seorang perempuan jika tidak maka

"Pagi sudah akan datang waktunya aku pergi," ujar Yukine sambil bangkit dari tubuh laki-laki itu. Laki-laki itu masih tergeletak di tanah keadaannya sangat memprihatikan. Rasa malunya tidak ada sangat berbeda dengan yang dipikirkan beberapa waktu yang lalu malah laki-laki itu merasakan perasaan yang begitu familiar. "Aku di taklukkan oleh seorang wanita, lagi. Jika saat itu murni karena kelalaian dan kurangnya pengalaman, aku yang sekarang ditaklukan hanya karena tidak beruntung," ucap geum dalam hati sambil menetap tanah yang tepat di depan wajahnya. "Dinama kuncinya?" tanya Yukine mempertanyakan kunci motor milik Geum. Tapi laki-laki itu tidak bereaksi, meskipun sudah tidak lagi mual dan memuntahkan isi perutnya namun malah sedang melamun."Apakah kamu sedang syok berat kalah dariku?" Geum masih yang bereaksi. "Hei?" panggil Yukine dengan sedikit lebih keras. Geum mengambil kunci itu dari sakunya kemudian melemparkannya begitu saja tanpa menoleh. Tubuhnya lemas tidak bertenag

Balryu sangat gelisah sepanjang hari setelah Yukine pergi untuk menyelamatkan pamannya, lelaki itu merasa tidak berguna sama sekali di saat-saat seperti ini. Balryu ingin membantu namun tidak tahu caranya tapi jika hanya berpangku tangan lelaki itu juga tidak bisa tenang."Bagaimana caranya aku bisa membantu mereka," ujar Balryu dalam hati.Orang-orang yang ada di rumah sakit juga bingung bagaimana caranya membantu mereka sudah memberitahukan hal ini pada pihak yang berwajib namun respon mereka tidak terlalu baik karena kasus kriminal di sini cukup tinggi, penemuan mayat di sini bukanlah sesuatu yang menghebohkan dan kasus seperti ini bukanlah hal yang baru untuk mereka, Balryu tidak berharap banyak pada mereka."Mungkin keputusan Yukine memang yang terbaik karena tidak akan ada yang membantu jika bukan diri sendiri."Sebenarnya jika ada seseorang yang melaporkan pada militer itu jauh lebih mendapatkan respon baik terlebih ketika mengingat dokter Halaong punya banyak jasa di negara in

Balryu hanya duduk termangu di sudut, malam sudah sangat larut namun matanya tidak punya rasa mengantuk sama sekali enggan untuk terpejam, tangannya memegang kamera DSLR pemberian dari Jon namun satupun tidak ada wajah laki-laki itu di dalamnya, ketika melihatnya kembali sebagian besar memori itu dipenuhi oleh foto dokter perempuan yang kini tidak tahu keberadaannya dimana. "Tidak bisa tidur lagi?" tanya dokter Halaong yang tiba-tiba sudah duduk di samping Balryu yang tidak tahu dari mana datangnya. "Ya," jawab Balryu pelan dan menoleh sebentar pada pamannya."Kamu merindukannya?" ujar dokter Halaong sambil melirik kamera di tangan Balryu."Apa paman tidak merindukannya?" "Aku tahu dia akan baik-baik saja dimanapun dia berada, aku bisa tenang soal itu," jawab dokter Halaong dengan santai. "Apa lagi tempat itu bukanlah tempat asing untuknya."" ... " "Lekaslah tidur, jika aku perhatikan satu bulan ini kamu sangat jarang tidur, tubuhmu juga perlahan kembali kurus." Dokter Halaong me