Semua Bab Transmigrasi Dendam: Aku Kembali, Tidak Lagi Lemah!: Bab 211 - Bab 220

Tiga mobil berangkat beriringan menuju perbatasan Utara yang jauh membutuhkan setidaknya satu hari dua malam perjalanan darat tanpa beristirahat, Mobil melaju dengan kecepatan normal karena perjalanan yang panjang ini mereka tidak bisa terburu-buru namun mereka juga tidak bisa terlalu lambat. Semua orang berusaha untuk tidur termasuk dokter Halaong yang sepertinya tidak mengantuk tapi memaksakan diri untuk tidur. "Paman." "Apa?" Dengan pelan Balryu bertanya yang tidak dimengerti olehnya, mengulangi ucapan dokter Halaong ketika mereka berkemas tadi namun dengan suara lirih bagaimana pun perempuan itu duduk di belakang mereka. Dokter Halaong menjelaskan dengan bahasa yang mudah di pahami oleh Balryu tentang ucapannya. Jika hanya Yukine dan beberapa orang saja yang berani masuk ke zona berbahaya lebih tepatnya lokasi konflik kedua kubu dan itu taruhannya nyawa meskipun dilindungi oleh skuad terpilih untuk mengevakuasi para tentara yang harus mendapatkan perawatan di tempat baru bisa

Yukine memerhatikan laki-laki yang begitu fokus untuk menebak itu, Yukine sama sekali tidak pernah mengira akan bertemu dengan kenalan lama dikesempatan seperti ini, tempat yang mungkin dulunya mereka tidak pernah memikirkan akan bertemu di negara asing di bawah ancaman keselamatan seperti ini. Memikirkan saja datang ke sini mungkin tidak sekalipun terlintas."Geum," gumam Yukine dalam hati sambil membaca nama di dada laki-laki itu.Yukine tidak bisa menahan senyumnya melihat temannya telah menjadi seorang tentara meskipun di negara orang lain, sedikit bangga tapi juga belum."Bagaimana mungkin kucing bodoh ini bisa menjadi seorang tentara dengan wajah yang seperti itu. Ini konyol." Yukine terus bicara dalam hati dengan menutup matanya mencoba untuk tidur yang di temani dengan suara senjata yang saling sahut menyahut.Hati kecil Yukine sangat gatal karena ingin menggoda laki-laki itu hanya saja sekarang bukanlah waktu yang tepat dan Yukine tidak bisa membongkar identitasnya yang sesun

"89," ucap Yukine dalam hati ketika memakaikan gelang berwarna hijau. Tubuh perempuan itu hampir runtuh tapi jika Yukine menyerah sekarang maka nyawa seseorang yang akan menjadi taruhannya. Tangannya sudah sedikit bergetar karena lelehan namun segera perempuan itu mendekap tangannya sendiri sedikit memijatnya agar bisa stabil kembali.Dalam diam Yukine terus menghitung setelah selesai memeriksa korban. Yukine tidak membuang waktu lagi segera berpindah ke tentara yang lain namun orang itu menolak. "Dokter aku hanya lelah aku sedang istirahat bukan pingsan," ujar orang itu. "Kamu yakin?" Yukine memastikan."Ya." "Segera katakan jika merasa sakit atau tidak nyaman." "Aku mengerti, dokter tidak perlu membuang waktu padaku." "Terima kasih." Yukine menggelengkan kepalanya beberapa kali kemudian menegak air, tenggorokannya sudah sangat kering tak tertahankan matanya juga sedikit kabur. Namun tetap saja Yukine masih harus menyeret tubuhnya memeriksa semua orang yang terdampak oleh ledak

Ketika kembali ke rumah sakit Yukine masih tidak bisa memiliki waktu untuk berbaring dengan benar karena para korban ledakan itu menunggunya untuk ditindak lanjuti ada berbagai macam jenis korban yang membuat kepala semua dokter berputar, salah satu yang ditangani oleh Yukine adalah mengeluarkan peluru yang bersarang tubuh mereka, Yukine dan dokter lainnya masih harus mengoperasi mereka satu demi satu mengeluarkan benda asing dari tubuh mereka. Dokter Halaong menangani luka berat yang mengancam nyawa pria tua itu jauh lebih tidak bisa beristirahat daripada siapapun.Ini sudah sangat larut namun Yukine masih berkutat dengan darah matanya mengantuk tidak tertahankan namun tetap saja dirinya harus menemukan peluru yang ada punggung laki-laki berkulit hitam ini. Setelah perjuangan untuk menemukannya Yukine menyerahkan pada dokter lain untuk menjahit karena matanya sudah tidak tertahankan. "Aku takut membuat kesalahan," ujar Yukine sambil mempersilahkan dokter lain untuk menjahit luka pad

"Kenapa orang-orang itu tidak membiarkan aku beristirahat," gerutu Yukine dengan kepala terkulai. "Kapan liburanku akan datang!" Liburan dibenak kebanyakan orang adalah pergi ke suatu tempat yang indah, bersenang-senang melakukan hal yang menyenangkan dengan orang terdekat ataupun memanjakan dirinya namun liburan yang ada dalam benak Yukine adalah tidur seharian tanpa melakukan apapun jika perlu tidak mengerakkan tubuhnya sama sekali, tidak ada hari yang sibuk seperti ini namun masalah satu belum selesai orang-orang itu sudah kembali berulah.Tapi kali ini sedikit berbeda daripada sebelumnya, kelompok orang-orang itu berperilaku licik dengan cara menggunakan bom bunuh diri. Ada saksi mata yang mengatakan seorang pria paruh baya membawa tas kemudian menaiki mobil melintasi pertokoan di jam-jam padat, mobil itu meledak di kerumunan hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Bom bunuh diri menimbulkan banyak korban dan kehebohan pada warga sipil.Semua tenaga medis dikerahkan di tempat keja