Di dalam rumah di pinggir Hutan Belubuk, Codet meringkuk di atas tikar pandan, keringat dingin membasahi dahinya. Luka menganga di perutnya, bekas sabetan Golok Rajawali Baramundi, sudah berhenti mengeluarkan darah. Jempol dan Bau sudah tidak begitu cemas lagi."Bagaimana keadaannya, Jempol?" tanya Bau. Suaranya bergetar.Jempol berhenti mondar-mandir, menatap Codet yang pucat pasi. "Luka ini terlalu dalam. Kita butuh tabib, Bau.""Tapi tabib terdekat ada di desa seberang hutan. Perjalanan ke sana bisa memakan waktu berjam-jam," sahut Bau, kembali khawatir.Codet mengerang pelan, matanya terbuka sedikit. "Jangan ..., jangan pergi ..., tinggalkan aku ....""Kami tidak akan meninggalkanmu, Codet," kata Jempol, menggenggam tangan Codet erat. "Kami akan mencari cara untuk membantumu."Tiba-tiba, pintu rumah terbuka. Ceking dan Matu masuk diikuti Mamak Jambul, Calistung, dan Baramundi. Mata mereka langsung tertuju pada Codet yang terbaring lemah."Ya ampun, parah sekali lukanya," seru Mama
Last Updated : 2025-03-25 Read more