“Kenalin dulu, ini Viar, calon tunangannya Jena.” Eier terkekeh sambil menunjuk Viar yang tengah asik dengan ponselnya. Benar-benar sangat buruk perangainya. Saat Robi mengulurkan tangan, Viar bahkan tidak membalasnya atau mendongak untuk melihat Robi. Dia hanya mengangguk dengan wajah yang tidak suka. Jadi, “Eh, duduk aja dulu, Bi.”Robi mengangguk. “Bagaimana kabar kamu?”“Baik, seperti yang kamu lihat.” Dia tersenyum bangga. “Penjualan perusahaan kami meningkat sangat pesat saat saya menduduki jabatan sebagai CEO nya.” Lalu, “Kalau kamu?”Robi tertegun. Namun, tidak ada wajah yang penuh dramatis. Dia cukup mencintai pekerjaannya. “Ya, begini-begini saja, sih. Tapi, walaupun begitu saya harus mensyukurinya, kan?”Eier mengangguk sambil terkekeh. Pelayan datang dan menyajikan beberapa menu yang kalau Robi tebak sudah pasti harganya mahal. Namun, siang itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena Eier yang telah dikenal jaman SMP itu masih sama. Orangnya suka mentraktir Robi. Seper
Terakhir Diperbarui : 2025-05-22 Baca selengkapnya