Home / Romansa / DIKEJAR DUDA KEREN / Bertemu teman lama

Share

Bertemu teman lama

Author: Bastiankers
last update Last Updated: 2025-05-21 15:13:12

Penuh kepala Jena dengan kebisingan ketika mobil Brian semakin dekat dengan rumahnya. Malam ini, Jena pikir Brian akan mengutarakan perasaannya. Yang nantinya dia jadikan alasan untuk membatalkan pertunangan paksa itu.

Namun, sama sekali tidak Brian ucapkan. Sehingga saat itu, Jena hanya tersenyum getir. Di matanya sudah jelas rencana ibunya.

Jena menghembuskan nafas pelan. Kemudian, menoleh pada Brian. “Makasih, ya.” Atas semua sikap baik yang menjanjikan.

Dan setelahnya, Jena keluar dari mobil Brian dengan perasaan sendunya. Dia hanya membalas senyum sebelum akhirnya memasuki rumahnya.

Sorot lampu yang dihasilkan dari mobil itu menyorot tubuh Jena, bunyi klakson terdengar sebelum akhirnya meninggalkan pekarangan.

Jena, masih terdiam lama sambil memegangi gagang pintu. Dia memikirkan perasaannya yang tumbuh dan berubah menjadi sebuah rasa aneh jika berada di dekat Brian. Tapi, lagi dan lagi, dia merasa tertampar oleh kenyataan bahwa keduanya tidak mempunyai status apapun.

Dia seger
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Perdebatan yang tidak menguntungkan

    Robi menyetujui sikap buruk istrinya yang tidak tahan bila mendapat sesuatu yang berhubungan dengan uang. “Iya. Saya minta maaf atas itu, Eier. Tapi, Jena …” Dia tidak melanjutkan omongannya. Hanya gelengan kepala dan desahan panjang yang menggambarkan penyesalannya.Eier termenung. Lama dia menatap Robi yang sudah putus asa. Di sela itu, dia menemukan Viar yang masih dikuasai amarah. Namun, Eier tidak mungkin memaksakan suatu hal, apalagi berkaitan dengan pernikahan. Mendapati ayahnya yang terdiam lama, Viar jadi khawatir. Dia menggoyangkan lengan ayahnya. “Yah? Jangan termakan sama omongannya dia. Nggak mungkin—”Eier menggeleng pelan. “Viar, ini keputusan Jena. Tidak ada seorang ayah pun yang ingin menentang jika anaknya jatuh cinta.” Dia menatap Robi sekali lagi. Mata yang sayu itu sudah berkaca-kaca di balik kaca matanya. “Baik, Robi—”“Tidak! Tidak akan itu terjadi!” Viar meraung. Membuat semua tatapan tertuju pada meja mereka. “Ayah! Ayah sudah berjanji! Jangan ingkari semuany

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Viar

    “Kenalin dulu, ini Viar, calon tunangannya Jena.” Eier terkekeh sambil menunjuk Viar yang tengah asik dengan ponselnya. Benar-benar sangat buruk perangainya. Saat Robi mengulurkan tangan, Viar bahkan tidak membalasnya atau mendongak untuk melihat Robi. Dia hanya mengangguk dengan wajah yang tidak suka. Jadi, “Eh, duduk aja dulu, Bi.”Robi mengangguk. “Bagaimana kabar kamu?”“Baik, seperti yang kamu lihat.” Dia tersenyum bangga. “Penjualan perusahaan kami meningkat sangat pesat saat saya menduduki jabatan sebagai CEO nya.” Lalu, “Kalau kamu?”Robi tertegun. Namun, tidak ada wajah yang penuh dramatis. Dia cukup mencintai pekerjaannya. “Ya, begini-begini saja, sih. Tapi, walaupun begitu saya harus mensyukurinya, kan?”Eier mengangguk sambil terkekeh. Pelayan datang dan menyajikan beberapa menu yang kalau Robi tebak sudah pasti harganya mahal. Namun, siang itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena Eier yang telah dikenal jaman SMP itu masih sama. Orangnya suka mentraktir Robi. Seper

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Bertemu teman lama

    Penuh kepala Jena dengan kebisingan ketika mobil Brian semakin dekat dengan rumahnya. Malam ini, Jena pikir Brian akan mengutarakan perasaannya. Yang nantinya dia jadikan alasan untuk membatalkan pertunangan paksa itu. Namun, sama sekali tidak Brian ucapkan. Sehingga saat itu, Jena hanya tersenyum getir. Di matanya sudah jelas rencana ibunya.Jena menghembuskan nafas pelan. Kemudian, menoleh pada Brian. “Makasih, ya.” Atas semua sikap baik yang menjanjikan.Dan setelahnya, Jena keluar dari mobil Brian dengan perasaan sendunya. Dia hanya membalas senyum sebelum akhirnya memasuki rumahnya. Sorot lampu yang dihasilkan dari mobil itu menyorot tubuh Jena, bunyi klakson terdengar sebelum akhirnya meninggalkan pekarangan.Jena, masih terdiam lama sambil memegangi gagang pintu. Dia memikirkan perasaannya yang tumbuh dan berubah menjadi sebuah rasa aneh jika berada di dekat Brian. Tapi, lagi dan lagi, dia merasa tertampar oleh kenyataan bahwa keduanya tidak mempunyai status apapun.Dia seger

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Tanpa Kepastian

    Riski mengangkat wajahnya. “Saya sudah menyelesaikan tugas dengan baik. Tolong sampaikan pada Paduka Raja. Terima kasih.” Dia kembali menunduk sebelum akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari ruangan itu.Jena terkekeh-kekeh. “Lo benar-benar ya, Je …” Dian mengusap matanya yang berair dengan sisa tawanya. “Parah banget. Bisa-bisanya Lo ngerjain Mas Iki.”“Yee … bukan gue.” Jena segera menyesap teh hangatnya. Dan dia merasakan kelegaan yang luar biasa. “Iya! Gue juga tahu bukan elu. Tapi, kan elu yang ditreat like a queen.” “Halah!” Jena mengibaskan tangannya. Jujur saja, sebenarnya dia merasa gugup saat Dian mengatakan hal itu. Mungkin memang benar dia diperlakukan spesial oleh Brian. Namun, satu hal yang membatasi pola pikirnya sekarang. Mereka sama sekali belum ada hubungan apapun.Lalu, apa yang bisa diharapkan dari hubungan tanpa status?Jena sudah selesai dengan pekerjaannya. Tangannya sedang sibuk merapikan beberapa berkas yang nantinya akan ditaruh di ruang arsip.Dia

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Dianterin makanan

    Namun, ternyata Dian bisa mendengarnya. Alhasil, dia kembali mendekatkan kursinya. “Bisa kok. Daripada Lo simpan sendiri terus depresi berat?” Seketika Dian mendapatkan tatapan tajam darinya. “Hayo? Mau yang mana? Mending sharing.” “Iya. Iya! Balik sono!” Dengan kedua tangannya, Jena berhasil mendorong kursi Dian hingga perempuan itu sudah kembali di kubikelnya.Dian melayangkan telunjuknya. “Beneran, ya? Gue tunggu sampai Lo mau cerita.”Jena tidak menggubris peringatan itu. Dia sudah larut dalam monitor yang menampilkan beberapa data. Belum lama setelahnya, Aran memasuki partisinya dan langsung menerobos kubikel Jena. “Je? Gimana kabar kamu?”tanya lelaki itu. Dia tengah meletakkan kedua tangannya di atas kubikel Jena.Jena menoleh singkat, “Baik. Emangnya ada apa?” Jarinya kembali menari di atas papan ketik. “Aku prihatin atas apa yang menimpa kamu.” Dan saat itu, Jena menghentikan aktivitasnya. Lalu, Aran kembali melanjutkan. “Ibuku yang menyampaikannya. Beliau mendengar langsun

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Waktu yang tersisa

    Waktu yang dimiliki Jena tersisa sedikit. Tidak sampai satu bulan acara pertunangan paksa itu akan terjadi. Jena dengan segala yang telah dicobanya, hanya terduduk di tepi ranjang setelah memakai kemejanya.Nafas yang berhembus kencang dengan sangat berat. Pasrah. Juga, kecewa. Namun, Jena tidak ada pilihan lain. Dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk berunding dengan ibunya, namun semua itu sama sekali tidak membuat keputusan ibunya goyah.Ayahnya apalagi. Jena tidak mungkin mengharapkan bantuan ayahnya yang tidak punya power itu. Dia sudah banyak sekali menyusahkan ayahnya. Jadi, saat pintu kamarnya terbuka. Dia segera berdiri, menghampiri sosok itu. “Ayah, jadi ke luar kotanya?”Ayahnya tersenyum. Matanya berkaca-kaca dibalik kaca mata besarnya. Kepalanya menggeleng pelan. “Nggak jadi. Teman ayah sudah duluan. Lagian ‘kan ayah harus jagain kamu. Kalau ayah pergi, siapa yang jagain kamu? Iya, kan?”Jena mengangguk. Keduanya berjalan beriringan menuruni anak tangga. Dan ayahnya,

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Ayah Jena

    Brian mengambil ponselnya. Tangannya dengan cepat mengotak-atik kontak dan melakukan panggilan. Panggilan itu tersambung, namun seseorang di sana memutuskan panggilan. Brian melakukannya berulang kali. Namun, berulang kali itu juga panggilannya ditolak. Tidak ada pilihan lain, selain untuk turun dari mobil. Dan hal itulah yang membuat Brian telah sampai di pintu utama. Pintu yang masih tertutup rapat itu sesekali membuat Brian menghela nafas. Tangannya terangkat, dan dia mengetuknya dengan keberanian yang tersisa sedikit.Ceklek!Seorang wanita paruh baya yang cantiknya mirip dengan Jena, sudah Brian yakini itu ibunya. Wanita itu mengernyitkan dahi sambil memerhatikan penampilan Brian. “Ada keperluan apa?”Brian tersenyum tipis. Dia mengangsurkan tangannya untuk bersalaman. “Saya temannya Jena.” Belum sempat salam itu bersambut, pintu rumah kembali ditutup. Kepala Brian bahkan hampir saja terpentok pintu. Brian mengangkat kepalanya. Memandang heran pada wanita paruh baya itu.“Pulan

  • DIKEJAR DUDA KEREN   KUALAT

    Di sela perdebatan yang tidak penting itu, Pak Ari muncul. Di tangannya ada beberapa dokumen dan tas laptop. “Kita langsung meeting. Panggil yang lain.” Dan Riski langsung mengangguk dan mengabarkan lewat ponselnya.Pak Ari masih berdiri di sana, memerhatikan Brian dengan tatap lama. “Kamu kurang komunikasi, Yan. Kalau mau dekati cewek itu harus gunakan semua yang ada. Telpon dong, kabari, gitu!” Pak Ari melanjutkan saat Brian hendak menyela. “Saya dengar dari Pak Satpam. Jangan salah paham, ya, kamu.” Riski tertawa kecil sambil melihat ponselnya. “Denger, ga? Saran saya sih, kalau mau dekati cewek ubah pola pikir kamu. Jadikan dia satu-satunya pusat dunia yang kamu miliki.” Pak Ari menepuk pundak Brian, lalu melanjutkan jalannya.Riski kembali tertawa dan Brian hanya tersenyum kecut. “Tuh dengerin! Pak Ari lebih pro dari pada Lo!”“Pak Ari ‘kan berpengalaman,”sahut Brian.“Lo juga, dongo! Udah pernah nikah emangnya nggak berpengalaman?” Riski memberikan cup kopi yang dipegangnya ta

  • DIKEJAR DUDA KEREN   Jena kemana?

    Siang itu, setelah makan siang di kantin, Brian berdiri lama di ujung koridor hanya untuk menunggu seseorang. Sejak pagi tadi, Brian tidak melihatnya. Brian hanya cemas bahwa pesan yang dikirimnya semalam mengganggu perempuan itu. Jadi, dia memutuskan untuk berdiri di sana dengan satu tangan yang memegang cup kopi dan tangan lainnya dimasukkan ke dalam saku celana.Dia melirik penampilannya di depan jendela kaca divisi Humas. Kemeja coklat dan celana khaki itu rupanya sangat pas untuk dipakainya hari ini. Tangannya terulur hanya untuk melihat sisi dirinya yang lain. Dia melakukan beberapa gestur dengan wajah datar, sok cuek lah menurutnya, namun tingkahnya itu membuat semua karyawan divisi humas tertawa.Seseorang keluar dari sana. Dia menghampiri Brian sambil tersenyum lebar. “Ngapain, Yan?” Sisa tawanya terdengar lepas.Brian berdehem, lalu memperbaiki posturnya. “Oh ini, lagi menikmati waktu luang aja, sih.” Dia menjawab, tapi matanya tertuju di sebuah pintu bagian ujung lain dari

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status