Langit mulai gelap. Naura baru selesai menutup laptopnya. Ia berdiri, menggulung sajadah kecil dan mukenanya, lalu menyelipkannya ke tas. Dia hendak pulang lebih awal. Hatinya masih belum pulih, dan ia memilih menyendiri dulu.Ia berusaha menghindar dari pria yang berlidah tajam itu. Baru kali ini ia merasa direndahkan oleh seorang dokter senior.“Naura, kamu yakin gak mau masuk tim dr Dipta?” tanya salah satu teman KOAS, Vina. Naura menghela nafas. Semua orang pasti sudah mengetahui gosip tentang dirinya yang diusir dari ruang operasi.“Enggak, Vin. Aku masih belum pantas bergabung dengan dokter perfeksionis itu. Aku tidak mau jadi beban. Lagipula, aku selalu cepat gugup. Aku tak mau membuat kesalahan.”Vina menepuk lembut pundaknya. “Aku paham perasaanmu, Naura. Selama ini kamu tidak pernah mengecewakan. Kamu adalah lulusan terbaik. Mungkin waktu di state bedah, kamu hanya lagi apes. Kurang hati-hati,”Naura tersenyum lembut menatap gadis berambut ikal itu. Mungkin hanya dia yang m
Terakhir Diperbarui : 2025-08-03 Baca selengkapnya