บททั้งหมดของ Malam Penuh Gairah Bersamamu: บทที่ 61 - บทที่ 70

“Pak Direktur!” Gilang langsung menunduk sopan. Tangan Gilang terlepas dari Tania. Saat itu juga, Tania langsung pergi ke sisi Rafael. “Ini tidak seperti yang terlihat, Pak.” Gilang tergagap menjelaskan. Rafael mengabaikan Gilang seperti biasa. Ia menghampiri Tania, memeriksa keadaan sang kekasih. “Katakan padaku, apa yang terjadi?” Rafael bertanya pada Tania. Ia ingin pacarnya yang menjawab. Tania jadi bimbang. Ia melirik Dika yang berdiri di samping Rafael. Mungkin tidak sekarang.“Tidak ada apa-apa, Pak.” Tania menjawab pelan. Rafael jelas tak percaya. Tania memang sedang mencoba lari dari Gilang tadi, dan Rafael melihatnya. “Apa yang terjadi?” Rafael menekan nada bicaranya.Pria itu menatap Tania lekat, membuat Tania jadi tidak nyaman. Ia tahu jika Rafael menunggu jawaban. Rafael tidak akan puas sebelum Tania menjawab. “Pak Manajer cuma mengajak saya bicara,” sahut Tania. “Katanya Pak Direktur memberikan Pak Manajer pekerjaan khusus, dan sebentar lagi Pak Manajer dipromos

“Lalu kenapa?” Rafael balas menantang. Tania memekik tanpa suara saat Rafael menarik kursi kosong di sampingnya. Keisha dan Lia sudah saling dorong. Mereka lebih cemas dari Tania. “Apa ada masalah jika di sini banyak orang?” sahut Rafael tidak peduli.Pria itu malah menunjuk mangkuk kosong yang ada di depan Tania. Rafael menggeleng pelan. “Kamu sudah makan?” “Harusnya kamu menunggu sebentar. Kita baru akan ke resto sekarang,” ujar Rafael. “Tapi makan sekarang juga bagus. Mungkin kita tidak akan bisa makan nanti,” bisiknya pelan. Tania menoleh. Kalimat terakhir membuatnya memandang tak percaya. Apa Rafael barusan menyindir Tania? Atau memberikan perintah?“Maksudnya?” Tania bertanya penasaran.Namun, pria itu malah bangkit dari kursi. Rafael mengajak Tania pergi dari sana. “Kita sudah ditunggu,” ucap Rafael seraya memimpin jalan. Tania menghela pasrah. Ia mencoba mengabaikan pandangan seisi kantin yang tertuju padanya, karena Rafael.Ia hanya bisa melambai pada Lia dan Keisha

“Berhenti, Rafael!” Suara Julian menggelegar. Julian berusaha mengejar Rafael, tapi langkah Rafael jelas lebih cepat. Brak! Pintu terbuka keras. Tania mendapati semua pasang mata melihat ke arah mereka. Tania berpaling menghindar, tapi Rafael tidak peduli. Pria itu terus melangkah, menarik Tania di belakangnya.“Pak Direktur!” Dika berseru memanggil. “Ada apa?”Dika tidak tahu apa yang terjadi di dalam ruangan VIP. Saat makan malam berlangsung, ia menunggu di depan pintu. Memang tidak ada yang masuk ke dalam ruangan, hanya mereka berempat dan para pelayan. “Pak!” Dika terus berseru meski diabaikan. Asisten pribadi itu setia mengekor di belakang Rafael. Ia ikut melajukan kedua kakinya cepat agar tidak tertinggal. Langkah Rafael berhenti di depan pintu keluar lobi. Ia melihat mobilnya sudah siap di sana. Dika memang sudah menyiapkannya, karena Rafael berniat mengajak Tania langsung pulang setelah makan malam. “Hei!” Rafael berbalik. Ia menatap Dika tajam.“Berikan kuncinya pada

“Aku mau turun!” Tania berusaha membuka pintu mobil.Tentu saja sia-sia. Rafael menguncinya. Tania tidak akan bisa keluar dari sana tanpa izinnya. “Jelaskan padaku apa yang terjadi,” ucap Rafael dengan suara tertahan. “Aku ingin mendengar lebih banyak tentang Gilang,” sambung pria itu.Tania menggeleng keras. Ia mencoba untuk tutup mulut. “Tidak ada. Tidak ada apa pun,” sahut Tania. Rafael harus memaksa Tania untuk bicara. Pria itu tentu saja tahu cara melakukannya. “Kamu tidak akan bisa keluar dari mobil tanpa memberikan aku jawaban, Tania. Mau coba?” tantang Rafael.Tania mendengus kasar. Ia akhirnya mengaku. “Aku bertengkar dengan Gilang karena ia mengancamku. Dia memintaku memberikan foto-fotonya, tapi aku tidak mau.”Tania mengatakan tentang foto yang ia ambil, juga tentang Romi yang berusaha mengumpulkan lebih banyak bukti. “Tolong jangan lakukan apa pun, Rafael,” sambung Tania. Tania menjelaskan panjang lebar jika ia tak ingin mengganggu rencana Romi, tapi Rafael tidak m

“Hentikan, Tania!” Rafael menggeram kesal.Suasana hati pria itu berubah dari buruk, menjadi sangat buruk. “Apa kamu lupa? Bukankah aku sudah mengatakannya sebelum ini?” Rafael berusaha mengingatkan Tania. Tania menghela napas. Tentu saja ia ingat. Tania tidak mungkin lupa karena mereka baru saja membahasnya.“Denda pembatalan kontrak, apa kamu mampu membayarnya?” Rafael memandang sinis. Pria itu membuat Tania terpojok. Namun, Tania juga paham resiko dari apa yang baru saja ia ucapkan. “Tidak,” jawab Tania jujur. “Tapi aku tahu kalau kita bisa menyelesaikannya baik-baik.”Tania mencoba bersabar. Ia hanya tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Tania tak mau menjadi orang yang merusak hubungan Rafael dengan keluarganya sendiri. “Tidak akan!” tolak Rafael tegas. “Kamu tidak akan bisa lepas dariku meski kamu memohon atau menangis, Tania.”Tania menatap tak percaya. Ia menggeleng kecewa. “Rafael!” Tania berseru keras. “Jangan begini!”“Sesuatu yang dipaksakan tidak akan berakhir baik.”