Beberapa jam setelah operasi…Nafeeza duduk di bangku panjang dengan tangan terlipat di pangkuan, masih mengenakan baju yang berlumur darah Arfan. Kepalanya tertunduk, mata sembab.Pintu ruang ICU terbuka. Rafa keluar mengenakan jas dokternya, sarung tangan masih menggantung di saku.“Operasinya berhasil,” katanya pelan. “Pisau itu tak mengenai organ vital, tapi Arfan kehilangan cukup banyak darah. Dia harus rawat inap, dalam pengawasan penuh.”Nafeeza mengangguk perlahan. “Terima kasih, Rafa. Aku… aku benar-benar nggak tahu harus bilang apa.”Rafa menatapnya, raut wajahnya tenang tapi tajam. “Kamu nggak perlu bilang apa-apa. Aku hanya melakukan tugasku.”Seketika hening menyelimuti mereka. Nafeeza menarik napas dalam, lalu berkata lirih, “Dia tetap menyelamatkanku. Meski aku tahu, aku bukan siapa-siapa lagi buat dia.”“Bukan siapa-siapa?” Rafa menatapnya lekat. “Kamu ibu dari anaknya, Nafeeza. Dan dia pernah mencintaimu.”Nafeeza menoleh, menatap Rafa dengan mata berkaca. “Pernah, Ra
Last Updated : 2025-05-12 Read more