Cahaya pagi mengintip masuk dari celah tirai kamar Nayla. Di atas ranjang, tubuhnya masih terbaring, namun matanya perlahan terbuka—sembab, merah, dan lelah. Ia tertidur semalam dalam keadaan menangis, dengan hati yang penuh sesak.Bayangan wajah Kenzo yang marah, suara bentakannya, dan sentuhan kasar di pipinya kembali berputar dalam pikirannya. Seolah tak cukup, kata-kata penuh kemarahan tentang seorang wanita bernama Nana terus terngiang.Hari ini, ia tak ingin berpura-pura. Tak ingin lagi memainkan peran sebagai istri manis yang setia. Tanpa banyak bicara, Nayla bangkit dari tempat tidur, menatap pantulan dirinya di cermin kamar—wajahnya pucat, mata sembab, tapi ada ketegasan baru di sorot matanya."Aku akan berangkat lebih pagi," gumamnya sambil mengancingkan blus kerja. Ia melirik dapur yang biasanya menjadi tempat ia menyiapkan sarapan Kenzo. Tapi pagi ini, ia bahkan tidak menoleh ke arah sana. Tak ada kopi, tak ada roti panggang, tak ada ucapan selamat pagi.Nayla mengambil ta
Terakhir Diperbarui : 2025-06-04 Baca selengkapnya