Home / Romansa / GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Bab 21

Livia mengerjap, mencoba mencerna kata-kata Zayn. Layani aku?Oh! Maksudnya pasti seperti membantunya menyiapkan keperluan sehari-hari. Seperti menyiapkan pakaian, kopi di pagi hari, atau bahkan menyiapkan makanan seperti yang dia lakukan tadi!Livia menghapus air matanya dan tersenyum lega. "Ah, aku mengerti sekarang! Maksudmu aku harus melayanimu seperti membantumu mempersiapkan pakaian kerja, menyiapkan sarapan, dan merapikan tempat tidurmu, kan?" Zayn tidak menjawab. Dia hanya menatap Livia dengan ekspresi datar yang sulit dibaca. Livia, yang merasa idenya benar, mengangguk mantap. "Baiklah! Aku akan melakukan semuanya! Aku bisa melayani seperti pelayan profesional, aku akan bangun pagi-pagi, menyiapkan setelan kerja untukmu, bahkan—" Tiba-tiba, dalam satu gerakan cepat, Zayn menarik pergelangan tangan Livia, membuat tubuhnya terhuyung ke dalam pelukan pria itu. "Z-Zayn?" Napas Livia tercekat ketika Zayn menundukkan kepalanya, dan dalam sekejap, bibirnya yang dingin menyapu
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

Bab 22

Livia menggigit bibir, lalu masuk ke dalam kamar lagi, menggaruk tengkuknya dengan canggung. "Aku… aku benar-benar datang bulan…" Zayn diam. "Aku sudah tahu." "Aku lupa tanggalnya," lanjut Livia, semakin salah tingkah. Zayn hanya menatapnya datar. Livia memainkan ujung kaus tidurnya, lalu menatap Zayn dengan ragu. "Ehm… aku tidak bawa persediaan… d-dan…" Tatapan Zayn langsung berubah tajam. "Kau mau aku belikan?" Livia langsung menggeleng cepat. "T-tidak! Aku bisa minta pada pelayan!" Zayn mendesah pelan, lalu bangkit dari tempat tidur dan meraih rokok yang ada di meja samping ranjangnya. Ia menyalakannya dengan santai, lalu berjalan menuju balkon kamar dengan ekspresi gelap. Livia mengerutkan kening. "K-kau marah?" Zayn tidak menjawab. Ia hanya bersandar pada pagar balkon, menatap langit malam yang gelap dengan mata tajamnya. Livia menggigit bibirnya, merasa sedikit bersalah. "Aku tidak sengaja, sungguh… aku juga tidak mau kejadian ini terjadi malam ini…" "Aku tahu," jawab
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 23

Livia masih duduk di tempat tidur dengan pipi menggembung, kesal karena rencananya untuk membujuk Zayn agar mengizinkannya kuliah gagal total. Pria itu sudah menghilang ke dalam kamar mandi, meninggalkannya begitu saja tanpa memberi jawaban yang diinginkan. Livia menghela napas panjang, lalu berguling ke samping sambil memeluk boneka kelinci kesayangannya, Caca. “Apa aku memang terlihat terlalu kekanakan, Ca?” bisiknya pada boneka itu. Seolah-olah bonekanya bisa menjawab, Livia mengangguk sendiri, lalu mendesah. Mungkin memang benar, selama ini dia masih bertingkah seperti anak kecil. Tapi dia ingin berubah. Dia ingin menjadi wanita dewasa yang bisa berdiri sendiri, bukan hanya bergantung pada Zayn. Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka, dan Zayn keluar dengan handuk melilit pinggangnya. Tubuhnya yang berotot masih sedikit basah, rambutnya acak-acakan, dan aura dinginnya begitu kentara. Livia langsung membalikkan badan dengan pipi yang memanas. “Kau kenapa?” suara Zay
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

Bab 24

Zayn berdiri tegak di hadapan pria yang selama ini hanya ia kenal sebagai luka dari masa lalunya. William Vanderbilt, pria yang seharusnya ia panggil ayah, kini berdiri di depan pintu rumahnya seolah dunia masih berputar seperti dulu—seolah semua yang pernah terjadi bisa dihapus begitu saja.Tatapan mata William tajam, penuh perhitungan. Senyum tipis yang menghiasi wajahnya terasa seperti racun yang siap menghancurkan segalanya. Zayn menatapnya tanpa ekspresi, tapi dalam dadanya, kebencian bergemuruh tanpa bisa dihentikan.“Sudah lama sekali sejak aku terakhir kali berdiri di rumah ini.” William mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, menyentuh tepi meja seakan sedang menilai segala sesuatu. “Kau benar-benar sudah mengubah banyak hal, Zayn.”Zayn mendengus sinis, kedua tangannya dikatupkan di depan dada. “Jangan berbasa-basi. Apa yang kau inginkan?”William menoleh, menatap Zayn dengan pandangan yang sulit ditebak. “Mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku.”Zayn
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 25

Setelah Zayn pamit dan pergi ke kantor, Livia masih berdiri di depan pintu dengan wajah yang ditekuk. Dia mengembungkan pipinya, merasa kesal karena sikap Zayn yang tetap datar dan dingin meski sudah mengizinkannya kuliah. Namun, tidak butuh waktu lama bagi otaknya yang polos untuk memunculkan ide brilian. "Aku harus pergi ke mall! Aku butuh perlengkapan kuliah! Baju-baju baru! Tas baru! Alat tulis lucu!" Matanya berbinar-binar penuh semangat. Dia melompat-lompat kecil di tempat, seolah sudah bisa membayangkan dirinya berjalan anggun di dalam mall, membawa banyak kantong belanjaan seperti putri bangsawan. Namun, ada satu masalah besar—dia tidak punya uang. "Aduh! Gimana ini?" Livia menepuk dahinya sendiri. "Aku harus cari cara supaya bisa belanja tanpa harus mengemis-ngemis ke Zayn. Hmm... siapa tahu ada uang terselip di sofa?" Tanpa pikir panjang, Livia langsung menjatuhkan diri di ruang tamu dan mulai mengobrak-abrik sofa. Tangannya menyelip masuk ke antara bantal dan sandar
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more

Bab 26

Saat mereka duduk di ruang makan untuk makan malam, suasana terasa sedikit tegang. Zayn yang biasanya menikmati makan dalam keheningan, tiba-tiba berbicara."Mulai besok, kau akan mulai kuliah."Livia yang baru saja akan menyendok sup langsung menghentikan gerakannya. Matanya membesar, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Benarkah?" tanyanya dengan suara penuh harap.Zayn meliriknya sekilas dengan ekspresi datar. "Aku tidak pernah mengulang perkataan dua kali."Livia langsung tersenyum lebar, rasa bahagia menyeruak di dadanya. Namun, kebahagiaannya sedikit meredup saat Zayn menambahkan, "Tapi ada syaratnya. Akan ada pengawal yang selalu menjagamu. Satu langkah saja kau mencoba kabur atau melakukan sesuatu yang tidak kusukai, kuliah itu akan berakhir saat itu juga."Livia mengerucutkan bibirnya. "Aku tidak akan macam-macam! Aku hanya ingin kuliah, bukan kabur!"Zayn menatapnya tajam. "Terserah. Tapi jangan buat aku menyesal mengizinkanmu."Livia mengangguk cepat,
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 27

Pagi itu, suasana rumah masih sunyi. Sinar matahari mulai menyelinap masuk melalui celah gorden, menyinari kamar yang luas dan megah.Livia membuka matanya perlahan. Begitu menyadari hari ini adalah hari pertamanya kuliah, ia langsung bangun dengan penuh semangat, seakan energi listrik mengalir ke seluruh tubuhnya."YAHOOOO!!! HARI INI AKU KULIAH!!!"Tanpa pikir panjang, Livia melompat dari tempat tidur dengan gaya seperti pahlawan super yang siap menyelamatkan dunia. Sayangnya, entah bagaimana caranya, dia malah tersandung selimut dan jatuh tengkurap di lantai.BRAK!"Ugh… sakit…" gumamnya sambil mengusap wajahnya. Tapi itu tidak mengurangi semangatnya sama sekali.Dengan gerakan cepat, ia merangkak ke lemari dan membuka pintunya dengan heboh. Saat memilih pakaian, ekspresi di wajahnya benar-benar seperti anak kecil yang baru pertama kali memilih baju sendiri."Apa yang harus kupakai?! Apa aku harus terlihat dewasa? Atau tetap jadi aku yang imut?"Setelah berpikir keras selama bebera
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 28

Di dalam mobil mewah yang melaju dengan kecepatan stabil, Livia duduk dengan tenang atau setidaknya berusaha terlihat tenang. Padahal, dalam hati, ia sudah heboh bukan main.Matanya berbinar-binar saat melihat jalanan yang ramai, deretan toko dan kafe di pinggir jalan, serta gedung-gedung tinggi yang menjulang gagah. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia keluar rumah sendirian untuk sesuatu yang bukan urusan Zayn. Hari ini, dia benar-benar akan masuk ke kampus!"Zayn! Lihat tuh, ada toko bubble tea!" serunya tiba-tiba sambil menunjuk ke luar jendela.Zayn yang sedang fokus menyetir hanya melirik sekilas. "Lalu?"Livia memutar bola matanya. "Ya aku mau beli, dong! Ayo mampir dulu sebentar!"Zayn mendengus. "Kau mau kuliah atau mau jalan-jalan?"Livia mengerucutkan bibir. "Dua-duanya."Zayn tidak menjawab, hanya menambah kecepatan mobilnya seolah ingin cepat sampai sebelum Livia menemukan alasan lain untuk berhenti. Livia mendesah dramatis."Zayn, kau tahu tidak, ini pertama kalinya
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

Bab 29

Setelah diantar Zayn ke Universitas tempat Livia kuliah,iya melangkah masuk dengan penuh semangat. Dengan gaya khasnya yang polos dan ceria, ia tak menyadari bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. Hampir semua mahasiswa melirik ke arahnya, sebagian karena wajahnya yang imut dan sebagian lagi karena pria yang baru saja mengantarnya, Zayn Vanderbilt, CEO yang terkenal dingin dan berkuasa. Begitu masuk kelas, Livia segera mencari tempat duduk. Ia memilih kursi dekat jendela dan mulai mengeluarkan perlengkapannya. Namun, kepolosannya kembali terlihat saat ia mengambil buku catatan bergambar kelinci dan pulpen berbulu warna pink. "Eh, ini kelas ekonomi, bukan taman kanak-kanak, kan?" bisik seorang gadis di sebelahnya dengan nada mengejek. Livia hanya tersenyum tanpa merasa tersinggung. "Aku suka kelinci. Lucu, kan?" katanya dengan polos. Dosen masuk dan mulai menjelaskan materi. Livia berusaha fokus, tetapi sesekali ia malah sibuk menggambar di bukunya. Saat dosen bertanya kepada maha
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

Bab 30

Livia duduk di bangku taman, menikmati bekalnya dengan penuh semangat. Di sampingnya, Rayhan sesekali mengobrol, menanyakan hal-hal sederhana tentang bagaimana perkuliahan pertamanya. Livia, dengan kepolosannya, menjawab semua pertanyaan itu dengan antusias tanpa sadar bahwa pria di sampingnya tengah menikmati kesempatan untuk mengobrol lebih lama dengannya.Bagi Livia, berteman dengan siapa saja adalah hal yang wajar. Ia tidak pernah berpikir bahwa tidak semua orang memiliki niat yang sama dengannya. Setiap orang yang bersikap baik padanya akan ia anggap sebagai teman, tanpa sedikit pun memikirkan kemungkinan lain.Dari kejauhan, Zayn menyaksikan pemandangan itu dengan rahang mengatup erat. Tangannya mengepal di samping tubuhnya, berusaha menahan keinginan untuk menghampiri dan menarik gadis itu menjauh dari pria yang bahkan baru dikenalnya. Bagaimana bisa Livia begitu mudah membuka diri? Begitu mudah menerima orang asing ke dalam kehidupannya tanpa sedikit pun rasa curiga?Ketika ak
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status