Home / Romansa / GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM: Chapter 11 - Chapter 20

60 Chapters

Bab 11

Zayn Vanderbilt selalu menganggap dirinya pria yang memiliki kendali penuh atas segala hal. Bisnisnya berjalan lancar, musuh-musuhnya berakhir di bawah kakinya, dan hidupnya terorganisir tanpa cela.Tapi sejak kedatangan Livia Everleigh, semua prinsip itu seolah ditampar lalu dilempar keluar jendela.Seperti pagi ini.Alih-alih menikmati ketenangan sebelum bekerja, dia justru harus berhadapan dengan suara berisik yang menggema di seluruh rumah.BRAK!Zayn yang sedang mengenakan jasnya berhenti sejenak. Alisnya bertaut. Suara itu datang dari lantai bawah.BRAK!Lagi. Dan kali ini diikuti oleh suara seorang gadis yang memekik panik."Oh, tidak! Tidak! Kenapa bisa begini?!"Zayn menutup matanya sesaat, menarik napas panjang sebelum akhirnya berjalan keluar kamar dengan langkah penuh ketidaksabaran. Begitu mencapai ruang tengah, matanya langsung menangkap pemandangan yang hampir membuatnya kehilangan kesabaran.Livia.Gadis itu berdiri di tengah ruangan dengan ekspresi bersalah.Dan di se
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 12

Livia melangkah ringan di belakang Zayn, memasuki gedung Vanderbilt Corp. yang megah. Matanya berbinar saat melihat sekeliling. Dinding kaca yang tinggi, lantai marmer yang licin berkilau, dan para karyawan yang berpakaian rapi membuat tempat ini terlihat seperti dunia yang berbeda bagi Livia. Ia berjalan dengan lincah, mengamati segala sesuatu dengan penuh rasa ingin tahu, sampai tiba-tiba matanya tertuju pada seorang wanita yang baru keluar dari lift. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah mencolok dengan sepatu hak tinggi yang berbunyi setiap kali melangkah. Riasannya begitu tebal hingga wajahnya hampir seperti boneka porselen yang dipoles berlebihan. Livia berhenti dan menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. Matanya berkedip beberapa kali, memastikan apa yang ia lihat benar-benar nyata. Kemudian, ia menyenggol lengan Zayn yang berjalan di sampingnya. "Zayn..." bisiknya pelan, tapi suaranya cukup terdengar. Zayn hanya melirik sekilas tanpa mengurangi kecepatannya.
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 13

Belum juga jantung Livia kembali berdetak normal setelah adegan barusan, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan kasar. BRUK! Seorang pria bertubuh tinggi besar melangkah masuk. Kulitnya hitam pekat, otot-otot lengannya terlihat kokoh di balik kemeja hitam yang dikenakannya. Wajahnya penuh garis tegas dengan ekspresi datar yang dingin. Matanya tajam, nyaris tanpa emosi, membuat auranya terasa begitu mengintimidasi. Livia yang masih berdiri di depan meja Zayn langsung meloncat kecil dan bersembunyi di belakang kursi sang CEO. Tangannya mencengkram sandaran kursi dengan erat, sementara matanya menatap pria sangar itu dengan penuh ketakutan. “Bos,” suara pria itu berat dan dalam. “Saya sudah mengurus laporan yang Anda minta.” Zayn mendongak dengan santai, “Letakkan di meja.” Pria itu melangkah lebih dekat, meletakkan map tebal di atas meja kerja Zayn dengan gerakan yang begitu terukur dan tegas. Livia menelan ludah. Ia benar-benar terlihat seperti pembunuh bayaran yang baru pulang
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 14

Restoran mewah yang mereka datangi memiliki suasana elegan dengan lampu gantung kristal berkilauan di langit-langit. Para pelanggan yang datang kebanyakan adalah eksekutif kelas atas yang berbicara dengan nada rendah dan anggun, menambah kesan eksklusif tempat itu. Namun, di salah satu sudut ruangan, duduklah seorang gadis polos yang tampak bersemangat seperti anak kecil yang baru saja dilepas di toko permen. Livia menggoyang-goyangkan kakinya di kursi, matanya berbinar saat membaca menu di tangannya. "Wow! Zayn! Lihat ini! Ada steak wagyu, ada lobster, ada sushi premium, ada pasta dengan keju yang meleleh! Wah, aku harus coba semua!" Zayn, yang sedang menuangkan air mineral ke gelasnya, hanya melirik sekilas. "Pesan yang wajar saja. Kau tidak mungkin menghabiskan semuanya." Livia mendengus. "Mana tahu kau? Perutku mungkin kecil, tapi kemampuannya besar!" Pelayan datang dengan senyum ramah. "Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" Zayn menyerahkan menunya. "Steak medium rare dan salad
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 15

Livia menatap piring-piring di depannya dengan ekspresi horor. Steaknya masih tersisa setengah, lobster yang tadi ia perjuangkan baru termakan sedikit, dan pasta creamy-nya masih hampir utuh. Sementara itu, sushi yang tadi ia makan dengan penuh semangat ternyata baru berkurang tiga potong. Zayn, yang sudah selesai makan, duduk bersandar sambil melipat tangan di dada. "Aku sudah menduga ini akan terjadi." Livia menggigit bibirnya, merasa bersalah. "Aku pikir aku bisa menghabiskan semuanya… Tapi perutku sudah penuh." "Tentu saja penuh. Kau memesan makanan seperti sedang menyiapkan pesta ulang tahun." Zayn menatapnya tajam. "Sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau tahu, membuang makanan itu namanya pemborosan." Livia menggembungkan pipinya. "Aku tidak berniat membuangnya! Mungkin aku bisa membawanya pulang?" Zayn mengangkat alis. "Kau yakin akan memakannya nanti?" Livia mengangguk mantap. "Tentu! Aku tidak akan membiarkan makanan seenak ini terbuang sia-sia!" Zayn mendesah, lalu m
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 16

Mobil melaju dengan kecepatan stabil di bawah langit senja. Livia duduk di kursi penumpang dengan wajah berbinar, memeluk boneka kelinci kesayangannya yang baru saja kembali ke pelukannya. Tangannya dengan lembut membelai bulu lembut boneka itu, senyum lebarnya tidak luntur sejak Zayn menyerahkan boneka itu padanya."Tuan Kelinci Vanderbilt!" seru Livia penuh semangat, mengangkat bonekanya tinggi-tinggi seolah sedang memperkenalkannya ke dunia. "Kau akhirnya kembali ke rumah! Aku sangat senang!"Zayn meliriknya sekilas, sebelah alisnya terangkat. "Aku tidak tahu kalau kau tipe gadis yang memberi nama belakang pada boneka."Livia menoleh padanya dengan tatapan serius. "Tentu saja! Aku harus memberikan nama yang sesuai dengan status sosialnya!""Status sosial?" Zayn menahan tawa. "Jadi boneka ini berasal dari keluarga terpandang juga?"Livia mengangguk cepat. "Tentu! Dia adalah bangsawan kelinci yang sangat terhormat. Dan sekarang, dia akan menjadi teman dekat Caca!"Zayn menghela napas
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

Bab 17

Setelah drama panjang dan negosiasi yang melelahkan, akhirnya Zayn menyerah. Dengan langkah berat, dia berjalan menuju kamarnya, diikuti oleh Livia yang masih memeluk dua boneka kelinci kesayangannya.Begitu mereka masuk ke dalam kamar, Zayn melepas jam tangan dan meletakkannya di atas meja. Livia, di sisi lain, langsung melompat ke tempat tidur king-size dengan ekspresi puas."Kasurmu empuk sekali!" serunya sambil berguling-guling. "Aku seperti tidur di awan!"Zayn hanya menatapnya datar sebelum beralih ke lemari, menarik keluar kaus hitamnya dan melepaskan kemeja yang dikenakannya. Livia yang sedang asyik berguling tiba-tiba berhenti. Matanya membesar saat melihat punggung Zayn yang penuh dengan garis otot yang sempurna.Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah tato dan beberapa bekas luka di tubuh pria itu.Dengan rasa ingin tahu yang besar, Livia bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan mendekat. "Zayn…?"Zayn yang sedang bersiap mengenakan kausnya menoleh sekilas. "Apa?
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Bab 18

Pagi datang dengan lambat. Cahaya matahari menyelinap melalui celah tirai kamar yang masih tertutup rapat, menerangi ruangan dengan sinar keemasan. Namun, tidak ada kehangatan yang biasa terasa. Livia terbangun dengan mata yang masih berat. Dia menggeliat pelan, mencari kenyamanan di kasur empuk yang terasa begitu asing baginya. Butuh beberapa detik baginya untuk mengingat di mana dia berada dan siapa yang bersamanya semalam. Tapi yang dia temukan hanyalah tempat tidur kosong di sebelahnya. Tidak ada Zayn. Biasanya, setiap kali dia bangun, pria itu masih terlelap atau setidaknya ada di ruangan ini, sibuk dengan sesuatu. Tapi kali ini… kehadirannya seolah menghilang begitu saja. Livia mengerjapkan mata, duduk perlahan sambil memeluk boneka kelincinya, Caca. Suasana terasa lebih dingin dari biasanya. Perasaan aneh mulai mengusik hatinya. Kemarin malam… semuanya berakhir buruk. Zayn marah padanya. Sangat marah. Dia menghembuskan napas pelan, mencoba mengusir kecemasan yang mulai
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Bab 19

Setelah pintu utama tertutup dengan cukup keras, menandakan kepergian Zayn, Livia masih berdiri di ruang tengah dengan tangan terlipat di dada. Bibirnya mengerucut, menatap pintu yang kini tak lagi terbuka untuknya mengejar pria itu dan mengomel lebih panjang. "Apa-apaan dia! Pergi begitu saja tanpa minta maaf!" gerutunya kesal.Dengan langkah gontai, Livia menyeret kakinya menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana. Dia mendekap Caca, boneka kelinci kesayangannya, lalu menghela napas panjang. "Seharusnya aku marah lebih lama tadi," gumamnya, "atau setidaknya aku mengancamnya dengan sesuatu!" Tapi ancaman macam apa yang bisa menakuti seorang pria seperti Zayn Vanderbilt? Livia berpikir keras. Pria itu tidak peduli jika dia marah. Dia tidak takut dengan omelan atau rengekannya. Bahkan, Zayn sepertinya menikmati melihat Livia kesal. Livia mendesah panjang. Dia mengusap wajahnya dan menatap langit-langit. "Apa aku akan terus seperti ini?" Seketika, pikiran itu muncul begitu saja.
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more

Bab 20

Suara deru mobil sport terdengar dari luar rumah, menandakan bahwa Zayn akhirnya pulang setelah seharian bekerja. Livia yang sejak tadi menunggu di ruang makan langsung bersemangat. Matanya berbinar, tangannya mengepal di depan dada. "Ini saatnya!" bisiknya penuh antusias. Begitu pintu utama terbuka, Zayn melangkah masuk dengan ekspresi dingin khasnya. Setelan jas hitamnya masih rapi, tapi wajahnya menunjukkan kelelahan. Dia melepaskan jasnya dan menyerahkannya kepada seorang pelayan sebelum menghela napas pelan. Namun, sebelum dia bisa bergerak lebih jauh… "Zayn!" Livia langsung berlari mendekat dengan senyum cerahnya. Zayn mengangkat alis. "Apa lagi?" "Ayo ke ruang makan dulu!" katanya sambil menarik pergelangan tangan pria itu tanpa memberikan kesempatan untuk menolak. Zayn sempat ingin melepaskan tangannya, tetapi melihat Livia yang tersenyum penuh harapan, dia malah membiarkan dirinya diseret ke ruang makan. Saat mereka tiba, Zayn langsung mengerutkan kening. Di atas me
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status