Home / Romansa / GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Bab 31

Setelah makan malam, rumah mulai tenang. Livia dan Eleanor masih asyik berbincang di ruang tamu, tertawa kecil sambil membahas hal-hal yang bagi mereka penting, tetapi bagi orang lain mungkin hanya omong kosong belaka—tentang permen favorit, warna piyama terbaru, dan kapan waktu terbaik untuk minum cokelat panas sebelum tidur.Di sisi lain rumah, suasana jauh berbeda.Di dalam ruang kerja Zayn, aroma tembakau memenuhi udara, bercampur dengan bau alkohol dari gelas kristal di tangan mereka. Richard duduk di kursi tamu, bersandar santai dengan sebatang rokok terselip di antara jarinya, sementara Zayn berdiri dekat jendela, satu tangan memegang gelas bourbon, satu lagi menyelipkan rokok ke bibirnya.Mereka tidak berbicara untuk beberapa saat, hanya membiarkan asap tipis melayang di udara, menciptakan suasana yang berat.Akhirnya, Richard memecah keheningan. "Aku sudah lama ingin berbincang seperti ini denganmu, Zayn."Zayn mengangkat alis, meniupkan asap rokoknya. "Oh? Tentang apa? Tenta
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 32

Livia duduk di sofa dengan bibir mengerucut, kedua tangannya memeluk lengan Eleanor erat seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya pergi bekerja. Eleanor yang duduk di sampingnya hanya bisa tertawa kecil melihat putrinya yang manja. "Mama, kalau Mama pulang sekarang, nanti aku sendirian!" Livia menggembungkan pipinya, ekspresinya seperti anak TK yang kehilangan balon. "Kamu kan sama Zayn,, Sayang," Eleanor mengelus rambut Livia, matanya penuh kasih. "Itu beda! Zayn itu dingin, Mama! Dia nggak lucu dan nggak gemesin kayak Mama!" Livia semakin merapat ke Eleanor, seperti lem yang tidak bisa dicabut. "Kalau Mama pulang, nanti aku nggak ada teman buat ngomongin permen dan boneka!" Eleanor tertawa lepas. "Kamu ini udah besar, Liv! Masak masih ngomongin permen?" "Ya kan permen itu kehidupan, Ma!" Livia berseru dramatis. "Aku nggak bisa hidup tanpa permen! Kalau aku nggak makan permen sehari aja, aku bisa..." Livia mendekat ke telinga Eleanor dan berbisik, "...sekarat." Eleano
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 33

Malam itu, setelah menikmati cokelat panasnya, Livia duduk di sofa dengan ekspresi puas. Matanya berbinar-binar, menikmati setiap tegukan minuman favoritnya. Sementara itu, Zayn duduk di sebelahnya, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada sesuatu di matanya, sesuatu yang membuat atmosfer ruangan sedikit lebih panas. Livia meletakkan cangkirnya di atas meja dan menoleh ke arah Zayn. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanyanya polos. Zayn tersenyum tipis, menggeser tubuhnya lebih dekat ke arahnya. "Aku hanya mengingatkanmu soal perjanjian kita, Livia. Ingat, sekarang kamu sudah selesai datang bulan." Livia menelan ludah, wajahnya langsung merona. Dia ingat betul apa yang dijanjikannya pada Zayn agar diizinkan kuliah. Dan sekarang, sepertinya Zayn menagih janjinya. "T-tapi..." Zayn mengangkat dagunya dengan satu jari, menatapnya dalam-dalam. "Jangan bilang kau lupa." Livia menunduk, jantungnya berdebar kencang. Dia tahu ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi t
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 34

Keesokan paginya, Livia terbangun dengan tubuh yang terasa remuk. Ketika ia melangkah ke cermin, matanya langsung melebar saat melihat bercak-bercak merah kebiruan menghiasi leher dan bahunya. Ia menjerit histeris. "AAAAAKKKH!!!" Suara jeritannya menggema di seluruh rumah, membuat beberapa pelayan yang sedang menyiapkan sarapan hampir menjatuhkan piring. Livia memegang lehernya panik, matanya berkaca-kaca. "Astaga! Aku… aku… terkena penyakit aneh!" serunya, memeriksa leher dan pundaknya yang penuh jejak. Saat itu juga pintu kamar terbuka, dan Zayn berdiri di sana dengan ekspresi datarnya. Matanya menyipit melihat Livia yang sedang ribut sendiri di depan cermin. "Kenapa berisik sekali pagi-pagi?" tanyanya malas sambil menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu. Livia berbalik dengan wajah penuh kepanikan. "Z-Zayn! Aku tertular penyakit aneh! Lihat ini! Ini parah banget, ada bercak-bercak di mana-mana! Aku harus ke dokter! Harus segera diobati sebelum makin parah!" Zayn menatapn
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 35

Setelah memastikan Livia sudah masuk ke gedung kampus, Zayn melirik cermin spion sekali lagi, memastikan tak ada siapa pun yang mencurigakan mengikutinya. Mobil hitamnya melaju keluar dari kawasan kampus Universitas Grand Haven, menyusuri jalan utama ibukota. Ia hendak menyalakan musik seperti biasa, menikmati sedikit ketenangan pagi—namun, ketenangan itu tak bertahan lama. Ponselnya berdering. AXEL. Zayn sempat menyipitkan mata. Panggilan pagi-pagi dari Axel… bukan pertanda baik. Ia menggeser layar ke kanan, menjawab, “Ada apa?” Namun, suara Axel terdengar jauh lebih rendah dan berbeda dari biasanya. Tak ada formalitas. Tak ada laporan. Hanya nada tegang dan nyaris berbisik, “Ini darurat, Tuan… dan ini bukan tentang investor, bukan juga tentang merger.” Zayn mengernyit. “Bicara yang jelas.” “Ini… sesuatu yang hanya Anda dan saya yang tahu. Sesuatu yang tidak boleh sampai bocor.” Detik itu juga, genggaman Zayn di setir menguat. Sorot matanya berubah tajam, napasnya
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more

Bab 36

Gedung kantor Zayn menjulang angkuh seperti benteng kekuasaan di tengah kota. Tapi di balik kaca-kaca mewah dan lobi bergaya modern itu, terdapat lantai terdalam yang tidak pernah disentuh publik ruang kontrol untuk bisnis kelam yang hanya dikenal oleh segelintir orang. Zayn melangkah cepat, jasnya berkibar. Wajahnya tetap datar, tapi sorot matanya tajam seperti pisau siap mengiris siapa saja. Axel sudah menunggunya di ruang rahasia di bawah basement, di depan layar-layar hitam putih berisi rekaman dari pelabuhan, gudang, dan titik transaksi tersembunyi. “Boss,” ucap Axel dengan nada berat. “Masalah besar. Polisi mulai mencium jejak kita.” Zayn mengerutkan kening. “Apa yang mereka tahu?” “Pengiriman senjata dari Singapura ke Jerman. Seorang pengkhianat bocorkan titik koordinat pelabuhan. Sekarang beberapa aset kita sedang diinterogasi. Kalau mereka bicara—” Axel menghentikan kalimatnya, menahan napas. Zayn menoleh perlahan, tatapannya dingin. “Kau sudah identifikasi siapa pengkhi
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

Bab 37

Zayn berdiri beberapa detik di tempatnya, memandangi gelas whiskey yang mulai mengembun di genggamannya. Ada desakan aneh dalam dadanya, perasaan tak nyaman yang selama ini selalu ia tekan dengan dingin dan logika. Tapi entah kenapa, suara Livia barusan… menusuk. Cokelat panas lebih jujur daripada kamu. Ucapan itu melayang-layang di kepalanya. Zayn menarik napas dalam-dalam lalu berjalan pelan menuju dapur. Di sana, ia melihat Livia duduk di kursi tinggi dapur, mengenakan piyama warna mint dengan motif domba kecil. Rambutnya dikuncir dua seperti anak TK, dan di hadapannya ada mug besar berisi cokelat panas yang mengepul manis. Gadis itu menatap minumannya lekat-lekat, lalu menyeruput dengan suara kecil. “Huh… enaknya,” gumamnya pelan. Zayn menyandarkan punggung di ambang pintu, memperhatikannya tanpa suara. Beberapa pelayan yang melihat tuan besar mereka datang langsung pergi meninggalkan dapur, memberi ruang bagi mereka berdua. “Aku bukan anak kecil,” ucap Livia tiba-tiba
last updateLast Updated : 2025-04-08
Read more

Bab 38

Pagi itu dimulai... dengan keheningan. Terlalu hening, hingga burung pun malas berkicau, dan matahari yang biasanya cerah seolah tahu: akan ada kekacauan besar sebentar lagi.Tepat pukul 07.39 pagi, seluruh penjuru rumah mewah bergaya klasik itu masih tenang. Para pelayan tengah sibuk menyiapkan sarapan seperti biasa. Cokelat panas untuk Nona Livia, roti panggang dengan olesan stroberi, dan tentu saja, susu dingin karena Livia kadang berubah pikiran di detik terakhir.Tapi detik berikutnya…“AAAAAAAAAAKKKKKHHHHHH!!! AKU TELAT!!! AKU TELAAAAAATTTT!!”Teriakan nyaring membelah pagi dengan dramatis. Seisi rumah langsung berhenti. Sendok terjatuh dari tangan salah satu pelayan, penjaga pintu hampir menjatuhkan earphone-nya, bahkan kucing peliharaan keluarga kabur ke bawah sofa karena trauma suara.Dari lantai dua, seorang gadis dengan piyama penuh gambar kesukanya tergesa-gesa keluar kamar dengan rambut acak-acakan yang menjulang seperti sarang burung. Livia Everleigh si polos, si manja,
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

Bab 39

Pintu lift terbuka dengan bunyi khas yang menggema di seluruh lorong lantai paling atas kantor megah milik Zayn Vanderbilt. Aroma khas kopi dan parfum mahal menyambut kehadirannya saat Zayn melangkah keluar, diiringi Axel yang berjalan di sampingnya dengan ekspresi tegang. Tak seperti biasanya, Axel yang dikenal tenang dan rapi kali ini terlihat sedikit urakan dasinya longgar, rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya menunjukkan beban besar yang tengah ia pendam. Zayn masuk ke ruangannya yang penuh dengan kaca dan rak berisi dokumen rahasia. Begitu duduk di kursi kerjanya yang menghadap jendela besar dengan pemandangan kota, ia langsung melepas jas dan membuka dua kancing kemejanya. Tatapannya tajam mengarah pada Axel yang berdiri di seberang meja. Di ruangan penuh cahaya lampu putih dingin dan aroma kopi hitam yang mulai dingin, Zayn berdiri membelakangi jendela, memandangi lalu lintas padat kota yang mulai menggeliat menjelang siang. Tangannya menyelip di saku celana, dan wajahn
last updateLast Updated : 2025-04-10
Read more

bab 40

Langit sore mulai berganti warna. Mentari yang tadi terik kini mulai tenggelam perlahan di balik cakrawala, memancarkan semburat jingga yang lembut dan menenangkan. Di tengah keramaian kampus yang mulai sepi, Livia berdiri di depan gerbang utama dengan tas selempangnya yang lucu, menggantung manis di bahu mungilnya. Rambutnya yang dikuncir dua tampak sedikit berantakan, dan wajahnya… tetap dengan ekspresi polos yang lucu, meski terlihat sedikit kelelahan setelah seharian dikerjai tugas dan dibully oleh senior perempuan tadi siang. Ia mengedarkan pandangan, menunggu mobil Zayn yang katanya hari ini akan menjemput. Dalam hati, Livia masih sedikit ngambek atas kejadian kemarin ketika Zayn datang malam-malam dengan muka lempeng dan cuek seolah tidak ada apa-apa. Tapi hari ini, pria itu janji mau jemput… dan ternyata, dia beneran datang. Suara klakson singkat membuat kepala Livia menoleh. Mobil hitam mewah Zayn berhenti di depan gerbang, dengan jendela yang perlahan diturunkan. Wajah din
last updateLast Updated : 2025-04-12
Read more
PREV
123456
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status