Semua Bab GADIS POLOS MILIK CEO KEJAM: Bab 41 - Bab 50

60 Bab

Bab 41

Suasana dalam mobil malam itu terasa jauh berbeda dari biasanya. Tidak ada celoteh lucu Livia, tidak ada rengekan manja atau ocehan tentang cokelat panas dan permen yang ingin ia beli setelah pulang. Yang terdengar hanya suara AC mobil dan deru mesin yang berjalan stabil. Lampu-lampu kota menari-nari di kaca jendela, menciptakan bayangan yang silih berganti menyapu wajah Livia yang tampak termenung, memalingkan wajah ke arah luar jendela. Zayn mencuri pandang dari sisi kemudinya. Gadis itu duduk diam, kedua tangannya memeluk boneka kecil yang tadi ia menangkan dari mesin capit. Boneka itu meski tampak konyol menurutnya menjadi satu-satunya hal yang masih Livia genggam seolah sebagai pelindung dari kesedihan yang ia simpan. Zayn mengeratkan genggaman pada kemudi. Sesuatu di dalam dadanya terasa sesak. Ucapan dingin dan tajamnya tadi yang sempat dia ucapkan di depan umum, hanya karena Livia memaksanya memakai kostum couple, kini menggema kembali di kepalanya seperti hantaman ombak ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-14
Baca selengkapnya

Bab 42

Sebuah mobil hitam elegan berhenti perlahan di depan gerbang rumah keluarga Everleigh. Lampu-lampu taman sudah menyala, menerangi jalur menuju teras utama. Livia yang duduk di samping Zayn tampak berbinar, sedangkan Zayn—seperti biasa—wajahnya datar, tanpa ekspresi berlebih.“Sudah yakin ingin menginap di sini?” tanya Zayn, nada suaranya tenang dan pelan, hampir tanpa intonasi.Livia meliriknya sambil mengangkat alis. “Yakin. Aku sudah kangen Mama. Dan lagipula, kamu sendiri yang nyuruh aku pergi.”Zayn menoleh sekilas, lalu tanpa banyak bicara, turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Livia. Ia mengikuti gadis itu ke depan pintu rumah, tangannya tetap dalam saku celana.Tak lama setelah bel ditekan, terdengarlah suara langkah cepat dari dalam rumah. Pintu terbuka lebar, menampakkan sosok wanita setengah baya dengan daster warna cerah dan rambut yang disanggul asal-asalan.“LIVIAAAA!” seru Mama Livia dramatis, langsung menyerbu anak gadisnya dan memeluknya erat. “Ya ampun, Mama pik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-16
Baca selengkapnya

Bab 43

Di sisi lain kota, di apartemen mewahnya yang sepi, Zayn duduk di ruang kerja, laptop terbuka tapi tak tersentuh. Matanya menatap kosong ke layar, namun pikirannya penuh—tentang Livia.Tentang ekspresi kecewanya tadi.Tentang cara gadis itu menahan senyum di depan mamanya. Tentang tawa kecilnya di sofa. Tentang suara rengeknya yang manja, bahkan tentang keributan kecil mereka di Timezone siang tadi.Zayn menghela napas panjang.“Aku payah,” gumamnya lirih.Di meja, ia mengambil ponselnya, membuka galeri foto. Foto-foto diam-diam yang ia ambil saat Livia tertidur, saat dia mengerucutkan bibir karena kesal, bahkan saat dia mengenakan hoodie kelinci kesayangannya.Semua hal kecil yang kini diam-diam membuat Zayn merasa... tenang.Tapi sekarang gadis itu tak bersamanya. Ia tidur di rumah orang tuanya, mungkin memeluk bantal, mungkin masih marah.Dan Zayn?Ia sudah mulai merencanakan kejutan esok hari.Bukan hanya untuk minta maaf. Tapi karena dia... merindukannya.Pagi itu, sinar matahari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-17
Baca selengkapnya

Bab 44

Mobil melaju pelan di bawah cahaya lampu jalanan yang temaram. Dari balik kaca jendela, bayangan pepohonan dan langit malam terlihat samar, memberikan kesan tenang yang anehnya membuat jantung Livia berdetak lebih cepat.Di kursi penumpang, Livia sibuk memainkan kalung bintang yang baru saja diberikan Zayn. Matanya berbinar seperti anak kecil yang baru saja mendapat mainan kesayangan. Ia senyum-senyum sendiri, kadang menggigit bibir bawah, kadang menoleh ke arah Zayn yang tetap fokus menyetir dengan wajah seriusnya.“Zayn…” panggilnya pelan, suaranya seperti angin malam yang lembut.“Hm?”“Kalung ini... mahal gak?” tanyanya polos, menatap Zayn dengan mata bulat penuh rasa ingin tahu.Zayn menghela napas, melirik sebentar ke arah Livia lalu kembali menatap jalan. “Kenapa nanyanya itu?”“Soalnya kalau mahal... aku harus nyimpen di brankas, kan? Tapi aku gak punya brankas. Jadi aku taruh di kulkas aja ya, biar dingin dan aman?” ucapnya dengan polos dan yakin.Zayn nyaris menginjak rem sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-18
Baca selengkapnya

Bab 45

Pagi itu, suasana rumah Zayn yang biasanya sunyi dan berkelas seperti galeri seni, mendadak berubah jadi medan perang kecil. Tentu saja, ini semua berkat satu makhluk mungil yang sedang panik Livia.“Aaaaaaaaak! Zayn, jam berapa ini?! Kenapa kamu nggak bangunin aku?! Aku telat! Aku bisa ketinggalan kelas, dan dosenku itu kayak Voldemort, tau nggak? Bisa kutuk nilai orang dari jauh!”Zayn yang baru keluar dari kamar mandi hanya melirik sekilas sambil menyeka rambutnya dengan handuk. “Kau tidur seperti orang koma, Livia. Aku sudah coba panggil tiga kali. Bahkan aku nyalain lagu dangdut, tapi kamu cuma guling-guling sambil ngelantur minta bakso.”Livia berhenti panik sejenak. “Hah? Aku ngomong minta bakso?”Zayn mengangkat alis. “Dengan kuah pedas level tujuh dan kerupuk dua.”Livia menampar jidatnya sendiri. “Aduh, malu banget.”Dengan gaya terburu-buru, Livia menyambar seragam kampusnya, salah pakai kaus kaki, lalu teriak-teriak sendiri karena paku rambut hilang. Zayn, dengan sabar dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-02
Baca selengkapnya

Bab 46

“Kamu yakin ini jalan ke kantin?” tanya Aisha datar, menatap Livia yang sibuk memegang peta kampus yang dicetak dari Google dua minggu lalu.Livia mengangguk mantap. “Yakin dong! Nih, katanya belok kanan, terus lurus sampai lihat pohon besar.”Aisha menghela napas panjang. “Itu pohon besar udah dari tadi kita lewatin, Liv. Kita muter-muter dari tadi. Kamu bawa peta yang zaman kerajaan mana sih?”Livia menatap peta dengan ekspresi bingung, lalu senyum malu-malu. “Ups, kayaknya aku salah print yang dari kampus sebelah...”Aisha memutar bola matanya, namun sudut bibirnya hampir tersenyum. Hampir. “Aduh, ya udahlah, ikut aku aja.”Mereka berjalan berdampingan, Livia sesekali bercerita asal-asalan soal bunga yang dilihatnya tumbuh di depan kelas, atau tentang mimpi anehnya semalam di mana Zayn berubah jadi gorila yang suka es krim.Aisha kadang hanya mengangguk, tapi matanya yang awalnya dingin mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan.“Eh, Sha, kamu suka kucing nggak?” tanya Livia tiba-tib
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-03
Baca selengkapnya

Bab 47

Mobil kembali melaju di jalanan ibu kota yang mulai sepi menjelang malam. Livia duduk dengan posisi menyamping, menatap wajah Zayn dari samping sambil sesekali mengunyah permen karet yang baru ia beli dari minimarket kampus. Wajahnya santai, tapi pikirannya masih tertinggal di interaksi aneh antara Aisha dan Zayn tadi.“Zayn,” gumamnya pelan, menyerempet manja.“Hm?”“Kamu tahu nggak? Kayaknya Aisha itu bukan tipe orang yang gampang temenan. Tapi anehnya… dia baik ke aku. Padahal waktu pertama ketemu, dia jutek banget. Kayak... kayak satpam yang lagi dighosting,” ujarnya polos.Zayn tak bisa menahan senyumnya yang tipis. “Satpam yang dighosting?”“Iya! Serius! Tatapannya tuh kayak... ‘lo siapa? Jangan sok kenal’,” Livia menirukan wajah jutek Aisha, sambil melotot kocak, membuat Zayn ingin tertawa tapi memilih tetap menjaga gengsi.Namun di balik lelucon Livia, Zayn menyimpan kekhawatiran. Tatapan Aisha tadi bukan tatapan orang sembarangan. Ada kecermatan, ada kewaspadaan yang tak waja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-04
Baca selengkapnya

Bab 48

Langit malam benar-benar tenang malam itu. Bahkan angin pun seperti enggan bertiup terlalu kencang. Kota masih terlelap dalam tidur, dan begitu pula Livia, yang sudah tertidur pulas di dada Zayn setelah percakapan manis dan hangat yang membuat jantungnya seperti dilapisi cokelat leleh. Wajahnya begitu damai, bibirnya mengerucut sedikit, dan tangannya menggenggam erat baju tidur Zayn, seolah takut ditinggal.Zayn sendiri sudah nyaris tertidur. Kelopak matanya berat, pikirannya tenang—hingga...“TRAK!!”Bunyi kaca pecah mendadak membuat Zayn seketika duduk tegak, terlonjak dari posisi tidurnya. Livia pun ikut tersentak, matanya membelalak panik.“A-Apa itu?!” pekik Livia, menempel pada tubuh Zayn seperti cicak di dinding.Zayn langsung turun dari ranjang, bergerak cepat ke arah jendela. Salah satu kaca kamar mereka retak parah, dan di bawahnya, tergeletak sebuah batu dengan secarik kertas menempel. Ia mengambilnya, membuka kertas itu dengan rahang yang mulai menegang.Tulisan di sana ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-04
Baca selengkapnya

Bab 49

Gedung megah milik perusahaan Zayn tampak seperti biasa: elegan, sibuk, dan penuh dinamika. Namun di balik setiap langkah karyawan yang tergesa dan tumpukan berkas yang dibawa sekretaris, ada sisi gelap yang tak semua orang tahu sisi yang hanya diketahui oleh mereka yang cukup berani, atau cukup bodoh untuk terlibat.Zayn duduk di kursi kulit hitam kebanggaannya, kedua siku bertumpu di atas meja kerjanya yang rapi, satu tangan menopang dagu sementara matanya menatap tajam layar laptop. Di layar tersebut, tampak laporan keuangan perusahaan—tapi bukan itu yang membuat dahinya berkerut. Fokusnya tidak tertuju pada angka-angka yang berderet rapi, melainkan pada sebuah dokumen rahasia yang hanya diketahui oleh segelintir orang terpilih dalam organisasi gelapnya."Senjata dari pelabuhan timur terlambat dua hari. Ada yang mengendus gerakan kita," ucap Axel melalui speaker rapat virtual yang sengaja disambungkan ke sistem keamanan kantor pribadi Zayn.Zayn mengusap wajahnya. "Lacak siapa yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-04
Baca selengkapnya

Bab 50

Hari ini kantor Zayn begitu tenang. Cahaya matahari menembus kaca jendela besar ruangannya, memantul di atas meja kerja yang dipenuhi dokumen dan laptop terbuka. Suara ketikan keyboard terdengar ritmis, namun Zayn sama sekali tidak fokus. Sejak Livia pamit ke kampus pagi tadi, pikirannya seolah tertinggal bersama gadis itu.Tiba-tiba, suara ketukan cepat terdengar dari luar.“Masuk,” seru Zayn datar tanpa mengalihkan pandangan.Salah satu pengawal pribadi masuk tergesa. “Tuan Zayn. Ada laporan dari salah satu anggota kita yang berjaga di sekitar kampus...”Zayn menoleh dengan cepat, nada suaranya berubah dingin. “Laporan apa?”“Nyony—eh, Nona Livia mengalami kecelakaan kecil saat praktik di laboratorium. Dia terkena cairan kimia ringan di tangan. Tidak terlalu parah, tapi—”BRAK!Zayn meninju meja kerjanya dengan kekuatan yang mengejutkan. Beberapa dokumen beterbangan, dan pengawalnya mundur setengah langkah, waspada. Rahang Zayn mengeras, matanya menggelap.“Kenapa aku baru tahu seka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status