All Chapters of Love, Lies, and The Price of Desire: Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

SEPULUH

Mesin-mesin diesel berdengung mengiringi kemeriahan sebuah pasar malam, suasana yang membungkus Rinjani dan Aruna seperti pelukan yang akrab. Lampion-lampion bergoyang lembut di atas kepala mereka, memancarkan warna keemasan di jalanan berbatu yang dipenuhi kios-kios. Para pedagang bersahutan, suara mereka berbaur dengan desisan tusuk sate, bunyi kipas angin yang berputar, dan tawa anak-anak.Rinjani takjub akan pemandangan yang semarak itu. Persis seperti yang ia ingat dari masa kecilnya, Tenda-tenda bercahaya dengan aneka suara dan aroma. Namun pemandangan itu kini memiliki makna baru. Ia melirik ke arah Aruna, yang matanya yang lebar melesat dari satu kios ke kios lainnya, tangannya yang kecil menggenggam erat tangan Rinjani. Ini adalah malam pertama bagi Aruna berada di ibukota, dan Rinjani ingin putrinya bersenang-senang agar ia merasa betah.“Mama, bolehkah aku mencobanya?” Suara Aruna penuh dengan kegembiraan saat ia menunjuk ke arah seorang pedagang yang memintal gulali warna-
last updateLast Updated : 2025-03-30
Read more

SEBELAS

Langit mendung sore hari itu membuat siluet halus dari seorang wanita dan anak perempuan yang berjalan melintasi pohon-pohon palem tinggi di sebuah jalanan beton kompleks perumahan elit. Langkah kaki mereka melewati sebuah rumah berdinding bata teracota lapuk yang nyaris tersembunyi di balik rimbunnya bunga bugenvil.Seorang wanita tua berdiri di beranda rumahnya dengan gunting pagkas di tangan. Rambut peraknya yang ikal berkilau memantulkan sinar matahari terakhir sore itu ketika langit dikuasai kelamnya awan. Dari balik kacamata besarnya, mata wanita itu menyipit dan badannya setengah membungkuk, berusaha mengenali dua sosok yang melintasi jalanan depan rumahnya.“Rinjani?” Wanita tua itu memanggil dengan nada terkejut yang ramah ketika berhasil mengenali. Rinjani terkejut lalu menoleh. “Bu Sofia? Hai!” Senyumnya seketika merekah dan sebelah tangannya melambai. “Sudah lama sekali.”Bu Sofia meletakkan guntingnya dan menanggalkan apron, lalu bergegas menyusuri jalan setapak menuju ge
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

DUA BELAS

“Rin! Kamu di mana?” Suara Lila terdengar di telepon, lebih seperti menahan luapan kegembiraan dari sekedar bertanya. “Masih ingat pekerjaan yang kutawarkan?” Taksi itu melewati jalan berlubang, dan Rinjani menahan diri dengan berpegang pada pintu dan es krim pada sendok yang digenggam putrinya melompat.“Ah! Es krimku,” keluh Aruna. Rinjani mengelus rambut putrinya lalu tersenyum padanya.“Ya, Lila, kenapa?” Satu tangan Rinjani sibuk mengambil beberapa helai tissue dari tasnya, lalu menunduk untuk membersihkan noda-noda es krim yang berserak.“Tenggat waktunya berubah.” Suara Lila meninggi. “Dua hari. Hanya itu waktu yang aku punya. Aku perlu kamu, Rin. Tolong jangan bilang tidak.” Rinjani seketika duduk terdiam. Tissue bernoda es krim itu masih dipegangnya. Dari jendela taksi, ia menatap kosong hamparan gedung-gedung tinggi yang tak berujung.“Dua hari? Tapi itu–aku harus me–”“Ingat kompetisi desain dulu? Tahun terakhir? Ya Tuhan, Rin, itu hasil karyamu. Aku hanya bisa melihatmu be
last updateLast Updated : 2025-03-31
Read more

TIGA BELAS

Sebuah Mall di sudut persimpangan jalan menjulang dengan fasad berpola geometris heksagonal dilatari cahaya LED yang menegaskan kesan futuristik. Mobil impor yang berjajar di deretan slot parkir khusus seakan melengkapi keistimewaannya. Di dalam Mall, simfoni cahaya lampu gantung dan permukaan keramik mengkilap membalutkan kualitas pada bangunan tujuh lantai itu.Ketika ketiganya melangkah masuk, sambutan aroma bunga segar yang lembut dari pengharum ruangan menyambut mereka. Tak seberapa jauh berjalan menyusuri koridor lantai satu, mereka tiba di sebuah restoran yang khusus menyajikan masakan bercitarasa lokal. Rinjani menuju ke ke salah satu meja yang terbuat dari ukiran sebongkah kayu panjang, melewati beberapa pengunjung yang sedang berbincang sembari menikmati santapan mereka.Bibi Sari menatap Rinjani yang sedang membalik-balik buku menu dan Aruna yang duduk di sebelahnya, yang asyik melihat foto-foto sekolahnya di brosur. “Rin, bagaimana kabar Lila?”“Dia masih seceria dulu, Bi.
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

EMPAT BELAS

Kabut tipis menyelimuti sebuah areal pemakaman pagi itu, mengaburkan tepi nisan di bawah langit yang pucat. Seorang wanita dan gadis remaja berpakaian serba hitam berdiri diam di depan makam yang baru saja ditimbun. Kelopak-kelopak mawar hampir memenuhi gundukan tanah yang lembab itu. Hanya mereka yang berdiri di sana sejak para pelayat lainnya meninggalkan makam beberapa menit sebelumnya.Tujuh belas tahun yang lalu, pada usia dua puluh empat tahun, Citra Lukita telah menyerahkan diri seutuhnya demi kehidupan yang ia kira akan mewujudkan semua impian. Dia telah jatuh cinta pada Yan Roles, seorang pria tampan dan karismatik yang berusia dua belas tahun lebih tua darinya. Perbedaan usia itu tidak berarti apa-apa–Yan membawa Citra masuk dalam dunia percintaan penuh warna dan pernikahan impiannya.Dan selama tujuh belas tahun itu, Yan tampak sebagai suami yang ideal, menawan dan penuh perhatian. Kelahiran anak perempuan mereka, Zora, semakin membuat Yan menyayangi keluarganya.Yan mengat
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

LIMA BELAS

Hujan baru saja reda, meninggalkan jalanan kota dengan bau tanah basah dan kilauan dari pantulan cahaya matahari yang temaram. Citra Lukita menarik mantelnya lebih erat di pundaknya saat ia memasuki sebuah toko swalayan. Ia ke sana bukan untuk berbelanja. Aturan untuk sebuah pertemuan dengan seseorang telah disepakatinya melalui telepon – Citra akan mengenakan setelan hitam dengan syal warna putih dan ia harus membeli sebungkus rokok ‘Black Dom’ dan pemantik berwarna merah.Matanya mengamati lorong-lorong di swalayan itu sebelum menuju kasir untuk membeli rokok dan pemantik yang disepakati. Seorang wanita muda dengan jaket coklat panjang dan sepatu boot kulit yang berdiri di deretan minuman kemasan dekat kasir kemudian menghampiri Citra setelah ia selesai membayar.“Temui aku di kafe sebelah dua menit lagi.” Tanpa menoleh, wanita itu berjalan menuju kasir, membayar sebotol air putih lalu pergi. Citra mengikutinya keluar lalu berdiri tenang di pojok. Ia menyalakan sebatang rokok sambil
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

ENAM BELAS

“Aku tahu kau pasti di sini.” Nayla membawa sebotol anggur dan dua gelas kristal di tangannya, menghampiri Citra yang sedang duduk bersantai di teras atap gedung kantornya. Setelah selesai memberi pengarahan kepada dua bakat muda yang baru saja bergabung, Nayla yang menyadari ketidakhadiran Citra di kantor segera menyusulnya ke teras atap.“Ada yang kau pikirkan?” Nayla melangkah santai sambil berjalan ke kursi malas tempat Citra berbaring.“Hanya Yan dan situasi kita sekarang. Andai saja kami...''Bekerja sama dalam bisnis ini? Nayla menebak. Citra menoleh ke arahnya, terkesima akan kejituan rekan bisnis sekaligus teman terbaiknya itu.“Jangan bermimpi”. Itu hal yang paling dihindari Yan.” Nayla menyandarkan punggungnya dengan hati-hati ke kursi malas di sebelah Citra, memastikan botol anggur dan gelas yang dibawanya tetap stabil. “Izinkan aku mengutip kata-kata mutiaramu; kita berdamai dengan keadaan, bukan begitu? Ini.”Citra tertawa kecil ketika menerima gelas kristal yang disodor
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

TUJUH BELAS

Permadani lampu berdenyut lembut dari lantai dua puluh empat sebuah kondominium. Citra Lukita merasakan udara malam yang menyegarkan di kulitnya dan ketinggian selalu menjadi daya tariknya. Dari situ, hiruk pikuk dunia tampak terkendali menjelma pola cahaya dan gerakan yang indah.Tanpa disadari, pikirannya mengembara tak terbendung ke masa lalu - kepada orang-orang yang telah membentuk kehidupannya. Yan Roles, almarhum suami, satu-satunya orang yang pernah melihat versi dirinya yang masih mentah dan belum dipoles; Nayla Griselda, jangkar terkuatnya saat mereka berdua mengarungi dunia yang penuh gejolak, seorang sahabat yang tahu apa yang dibutuhkannya bahkan sebelum terucap; Johan Hadyan, perwira polisi yang terayun-ayun di antara gejolak pribadi terhadapnya dan pencarian keadilan yang tak pernah dia temukan; Dan, Tuan Wu, kekuatan tenang yang telah memberi pijakan kokoh baginya di kota ini.Delapan tahun telah berlalu sejak dia meninggalkan kehidupan lamanya. Sekarang, dia berdiri d
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

DELAPAN BELAS

Warso memeriksa setiap bagian mobil sedan berwarna hitam metalik di halaman parkir kediaman keluarga Wardhani dan mengelap kaca-kacanya dari debu. Ia menghembuskan napas, merapikan seragamnya, lalu duduk di kursi pengemudi. Ia melirik ke kaca spion tengah, diman seorang lelaki setengah baya menatapnya. Dengan perlahan ia menyisir rambutnya, lalu bersiul ringan–sebuah kebiasaan yang tersisa dari masa mudanya. Jam di arloji menunjukkan masih ada waktu sepuluh menit sebelum tenggat waktu keberangkatan. Sejenak ia teringat bagaimana dirinya sempat terjebak dalam tumpukan utang.Istri muda Warso adalah seorang wanita cantik bernama Nasti. Kecantikannya telah memikat Warso sejak pertama kali mereka bertemu, dan keinginan menyenangkan hati wanita muda itu mendorongnya untuk bekerja lebih keras. Di kampung halamannya,Nasti sering membanggakan pekerjaan Warso yang bergengsi di kota besar kepada para saudara dan tetangganya.Hal itu juga yang membuat Warso rentan. Ambisi Nasti menjadi ambisinya
last updateLast Updated : 2025-04-06
Read more

SEMBILAN BELAS

Tragedi yang terjadi pada Devi Elina adalah kenangan pahit yang lekat di benak seorang Rinjani Wardhani. Serentetan tragedi lain dalam hidupnya setelah itu seakan terus mempermainkan emosinya. Namun, di sinilah ia sekarang, berdiri di hadapan gedung megah Wiyasa Nawasena Group, melangkah ke fase baru. Senyumnya mengembang ceria ketika melangkah masuk ke kantor pusat perusahaan itu. Gedung mewah yang menjulang sebagai simbol kemenangan era modern, memantulkan cahaya pagi dari fasad kacanya yang artistik. Hari ini adalah hari pertama Rinjani resmi bekerja. Lila Anindya telah menunggu untuk menyambutnya. Ini adalah arena lain—sebuah perang di dunia bisnis, di mana ambisi dan strategi menjadi senjata utama. Di dalam, para karyawan bergerak dengan ritme kesibukan, mengenakan setelan jas rapi, membawa dokumen, dan berbicara dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka yang sudah lama berkecimpung di industri ini. Udara beraroma kopi yang b
last updateLast Updated : 2025-04-07
Read more
PREV
1234
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status