"Kuambilin makan ya Rai?" tawar Gendhis sabar, tengah malam, saat ia melongok ke pintu kamar utama, Rai masih duduk tercenung di sisi ranjangnya, tak melakukan apa-apa. "Hem?" Rai menoleh, ia lantas menggeleng. "Nanti aja, masih belum laper," tolaknya. "Kamu nggak capek? Nggak istirahat? Orang-orang udah pada istirahat, siap-siap buat acara pemakaman besok," ungkap Gendhis. "Kalau nggak makan, tidur aja ya," bujuknya. "Kamu duluan aja. Atau kamu mau tidur di sini? Aku keluar," ujar Rai buru-buru berdiri. "Hei," sigap, Gendhis menahan lengan Rai. "Kutemenin ngalamun deh di sini," katanya. Rai tak menolak kali ini. Berdampingan, keduanya duduk diam di ranjang, tak ada yang dikerjakan. Gendhis juga tidak mengintervensi lamunan Rai, ia sesekali memainkan ponselnya, menguap sesaat, tapi bertahan untuk tidak berbaring tidur. Lama-lama, tak kuasa menahan kantuk, Gendhis berbaring di ranjang, tapi tangannya masih sibuk memainkan ponsel. "Kamu kan yang capek," tebak Rai berdiri sigap, ia
Terakhir Diperbarui : 2025-05-19 Baca selengkapnya