Share

131. Ada Bersamamu

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 21:17:22

"Kuambilin makan ya Rai?" tawar Gendhis sabar, tengah malam, saat ia melongok ke pintu kamar utama, Rai masih duduk tercenung di sisi ranjangnya, tak melakukan apa-apa.

"Hem?" Rai menoleh, ia lantas menggeleng. "Nanti aja, masih belum laper," tolaknya.

"Kamu nggak capek? Nggak istirahat? Orang-orang udah pada istirahat, siap-siap buat acara pemakaman besok," ungkap Gendhis. "Kalau nggak makan, tidur aja ya," bujuknya.

"Kamu duluan aja. Atau kamu mau tidur di sini? Aku keluar," ujar Rai buru-buru berdiri.

"Hei," sigap, Gendhis menahan lengan Rai. "Kutemenin ngalamun deh di sini," katanya.

Rai tak menolak kali ini. Berdampingan, keduanya duduk diam di ranjang, tak ada yang dikerjakan. Gendhis juga tidak mengintervensi lamunan Rai, ia sesekali memainkan ponselnya, menguap sesaat, tapi bertahan untuk tidak berbaring tidur. Lama-lama, tak kuasa menahan kantuk, Gendhis berbaring di ranjang, tapi tangannya masih sibuk memainkan ponsel.

"Kamu kan yang capek," tebak Rai berdiri sigap, ia
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   245. Peran Ganda

    Setelah obrolan singkat bersama sang istri di kamar tempo hari, Rai akhirnya benar-benar datang mengunjungi Eriska si kediamannya. Bukan hanya meminta persetujuan sang istri, seluruh anggota keluarga Takahashi mengetahui rencana gila Rai ini. Demi menuntut balas untuk istrinya, Rai berpura-pura untuk kembali pada keluarga kandungnya. "Kenapa?" tanya Eriska tanpa membuang waktu, straight to the point. "Karena Mami keluarga kandungku, nggak boleh aku pulang?" gumam Rai santai. "Berbanding balik banget kayak omongan kamu sebelumnya. Main trik apalagi kamu, hem?" Eriska nampak curiga. "Trik apaan? Kalau aku nggak diterima di sini, aku bisa balik lagi ke keluarga Takahashi. Toh aku udah jadi ketua, Mi. Di manapun aku bakalan diterima. Pulang ke sini adalah bentuk baktiku ke Adhyaksa," terang Rai tampak tenang dan sangat meyakinkan. "Istri pelacurmu itu tau?" gumam Eriska melirik dengan seringai. "Tau," sahut Rai. "Dia nggak akan berani ngelawan mauku. Lagian dia hamil sekarang,

  • Candu Cinta Dokter Muda   244. Trik Menuntaskan Rintangan

    "Kamu nggak ada praktik poli hari ini?" tanya Gendhis keesokan harinya, tepat saat sang suami selesai mandi dan hanya mengenakan setelan santai. "Enggak, pengin libur dulu. Semua reservasi kuminta mundur besok," jawab Rai, ia berbaring di sebelah istrinya. "Nggak ngurus perusahaan?" "Udah di-handle sama Bang Ardi, aku tinggal nunggu laporan aja." "Ketua yang ini rada santai ya? Perasaan Ben sibuk urus bisnis deh sebelum kasih posisi ketua ke kamu, Rai," desis Gendhis. Sesekali ia meringis karena rasa mual yang memenuhi perutnya. "Kan udah ada kerjasama ke perusahaan punya kamu, jadi aman aja, Benji sama Bastian udah bisa diandelin. Persaingan bisnis sekarang udah sehat, nggak kayak jaman dulu. Bisnis logistik sama kargo udah aman, semua tinggal terima laporan," sebut Rai. "Ann sama Ben bener-bener mempersiapkan masa depan kamu dengan maksimal," ucap Gendhis. "Kamu dipersiapkan buat jadi dokter profesional tanpa harus terganggu samu urusan bisnis keluarga," tandasnya.

  • Candu Cinta Dokter Muda   243. Triple Service

    "Baru pulang?" sambut Gendhis saat Rai masuk melalui pintu samping, seusai memarkir mobilnya di garasi. "Iya, ada cito tadi pas udah mau jalan pulang," sebut Rai langsung mengecup kening istrinya sebagai obat lelah. "Kamu udah makan?" tanyanya. Gendhis langsung memberi gelengan pada Rai, "Aku nungguin kamu. Pengin ramen kuah, Ketua," pintanya manja. "Ya Tuhan," Rai seketika memeluk kepala istrinya dan membawanya ke bawah ketiaknya, "mau kupesenin?" "Ketua nggak bisa masakin?" "Kalau aku yang masak, seadanya bahan, Ane-san," ucap Rai. "Mau?" "Mau," kata Gendhis. "Kamu bersih-bersih dulu nggak pa-pa," katanya. "Nggak kelamaan? Masih bisa nunggu?" "Nggak pa-pa." Rai mengangguk, ia letakkan slingbag miliknya di atas nakas ruang tamu. Lantas, diiringi Gendhis ia masuk ke dalam kamar dan langsung menuju ke kamar mandi. Seperti sudah hafal kebiasaan sang suami, Gendhis membantu menyiapkan baju ganti. "Cepet amat mandinya, Rai?" tegur Gendhis saat suaminya keluar d

  • Candu Cinta Dokter Muda   242. Naik-Turun Mood Ane-san

    "Baru keliatan kantong janinnya, Sayang," kata Rai menunjuk hasil USG sang istri layar. "Nanti kucek lagi kalau udah di usia 8 mingguan, biasanya udah keliatan. Kita rencanain fetomaternal juga ya," gumamnya nampak sangat berkonsentrasi. "Rasa begah perutku, Rai," keluh Gendhis. "Tadi pagi juga rada mual," ujarnya. "Bawaan perubahan hormon, wajar kok," balas Rai. "Sebelum-sebelumnya nggak begini. Pas kena K.E.T itu juga nggak begini banget," ungkap Gendhis. "Nggak pa-pa, biar kamu lebih manja ke aku," jawab Rai mengulum senyum, ia sempatkan melirik Suster Tiwi yang juga tersenyum gemas. "Enak ya Sus jadi istri dokter obgyn, nggak repot bikin appointment buat konsultasi," kekeh Gendhis ikut menoleh Suster Tiwi. "Home visit tiap hari, siaga tiap saat ya Mbak," balas Suster Tiwi. "Sehat selalu Mbak Gendhis dan bayinya, nggak sabar ketemu sama Dokter Christ junior," tambahnya."Makasih ya Sus," ucap Gendhis. "Untungnya punya dokter ganteng yang bisa diandalkan," katanya lagi.

  • Candu Cinta Dokter Muda   241. Kunjungan Pertama

    "Kamu praktik poli jam berapa hari ini?" tanya Gendhis saat Rai keluar dari kamar mandi. "Satu jam lagi aku jalan, kenapa? Mau nitip sesuatu?" tawar Rai. Setelah keberangkatan Ben dan Ann kemarin lusa, Gendhis mulai mau mengajak suaminya bicara, meski kadang kata yang ia ucapkan masih singkat dan ala kadarnya. Makan bersama dan duduk menikmati sore di halaman tengah yang menghadap ke kandang para hewan juga sudah kembali menjadi rutinitas pasutri ini. "Aku mau ikut periksa, apa harus bikin appointment dulu?" tanya Gendhis lagi, misterius. "Kenapa? Karena telat mens ya?" tebak Rai. Gendhis memberikan anggukan, ia membuka laci nakas paling atas. Diambilnya sebuah benda keramat yang sempat diberikan oleh Rai tempo hari. "Aku udah test kemarin pagi, mau ngomong langsung akunya masih males. Menurut Dokter Christ, dua garis begitu artinya positif, kan?" Rai membeku di tempatnya berdiri, berusaha mencerna keterangan yang Gendhis sampaikan barusan. Tatapannya berganti-gan

  • Candu Cinta Dokter Muda   240. Saling Mendukung dan Menjaga

    Hingga keesokan harinya, mood Gendhis masih berantakan dan ia masih tetap enggan mengobrol dengan sang suami. Rai sudah melakukan berbagai cara untuk merayu sang istri, memasakkannya makanan favorit, memijit kakinya yang Gendhis keluhkan terasa pegal dan sakit. Sang ketua klan benar-benar tak ada harga dirinya di depan sang istri yang mengambek. "Sarapan yok," ajak Rai muncul di pintu kamar. Gendhis yang tengah mematut tubuhnya di depan cermin enggan menoleh. Ia masih kesal, gemas dengan perlakuan Rai yang seperti tak serius membujuknya agar berhenti marah. "Ada Ann di bawah, dia sama Ben mau ke Jepang, tinggal di sana, menghabiskan masa tua. Mau pamitan sekalian sama keluarga besar, siang ini penerbangannya," sebut Rai membuat istrinya mau tak mau menoleh pada akhirnya. "Kenapa kemarin mereka nggak ngombong kalau mau pindah tinggal di Jepang?" celetuk Gendhis spontan. "Iya, katanya nggak mau bikin kita kepikiran, makanya hari ini dadakan pamitan, rencana mau berangkat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status