Ariella berdiri tegak di ruang tamu, napasnya masih memburu setelah perdebatan dengan Lily. Sorot matanya tajam, jauh berbeda dari dulu yang selalu tertunduk. Di hadapannya, Lily menggenggam ujung gaunnya erat, wajahnya memerah menahan amarah. “Jangan kira kemenangan kecil ini berarti apa-apa,” ucap Lily dengan suara serak, hampir mendesis. “Kamu cuma beruntung Rigen sedang goyah.” Ariella mengangkat dagu, matanya tak gentar. “Kalau benar aku cuma beruntung, kenapa kamu terlihat ketakutan, Lily? Bukankah seharusnya kamu tertawa melihatku jatuh?” Lily tercekat. Itu pukulan telak. Untuk sesaat, ia kehilangan kata-kata, lalu cepat menutupi dengan senyum sinis. “Kamu belum tahu siapa aku sebenarnya, Ariella. Aku tidak pernah kalah dalam permainan panjang.” Ariella menatap lurus, suaranya dingin. “Kalau begitu, permainan ini baru saja dimulai.” --- Malam itu, Lily berdiam di kamarnya. Tangannya menggenggam gelas anggur, matanya merah menyala. Kata-kata Ariella terngiang di kepalanya
Last Updated : 2025-09-23 Read more