Tangannya menyusuri rambut Ariella, turun ke leher, lalu ke punggung. Setiap sentuhan terasa penuh kesabaran, bukan paksaan. Ariella bisa merasakannya—Rigen sedang menebus rasa bersalah dengan cara yang paling jujur yang ia bisa. “Gen…” Ariella memejamkan mata, merasakan dekapannya semakin erat. Rigen menunduk, bibirnya menelusuri rahang hingga ke leher, meninggalkan jejak lembut. Tidak ada lagi cengkeraman kasar, hanya belaian dan ciuman yang membuat tubuh Ariella bergetar. Ia menahan desahan, tapi tubuhnya merespons, seakan sudah menunggu lama momen di mana Rigen memperlakukannya dengan cinta, bukan emosi buta. “Setiap inci dari dirimu… milikku,” bisik Rigen, suaranya rendah dan berat. “Dan aku akan menjaganya. Bukan menghancurkannya lagi.” Ariella membuka mata, menatap wajahnya yang begitu dekat. “Kau benar-benar menyesal?” “Lebih dari apapun,” jawabnya cepat, jujur. “Kalau aku bisa kembali ke hari itu, aku akan percaya padamu. Tapi sekarang aku hanya bisa berjanji, tidak
Last Updated : 2025-09-29 Read more