Kota Phada berbatasan langsung dengan Menmar.Mendengar itu, Joe tertawa keras. Dia mengangkat tangan, mencubit dagu Ghea. "Kecil-kecil tapi kejam ya."Ghea menggigit pelan bibirnya. "Kak Joe, bukan aku yang kejam. Aku benar-benar sudah kepepet, nggak ada jalan hidup lagi.""Dia ... dia mengandalkan pria yang mendukungnya, lalu mengusirku dari Keluarga Tanjung. Aku ini juga putri dari keluarga baik-baik lho.""Sekarang aku cuma bisa .... Kalau bukan karena ketemu Kak Joe, entah semenderita apa hidupku sekarang."Ghea tampak ingin menangis. "Aku cuma berpikir, kalau dia pergi, aku bisa balik ke Jakoro. Kak Joe bilang mau kembangkan bisnis di Jakoro, 'kan? Aku kenal lumayan banyak orang di sana, nanti aku bisa bantu."Ghea merangkul leher Joe dengan manja. Joe jelas menikmati ucapannya. Sambil tersenyum, dia mencubit pipinya. "Pintar juga kamu, bisa bantu aku. Ya sudah, kalau begitu aku setuju. Cuma kirim satu cewek ke Menmar doang, gampang!"Tangannya meluncur turun dari dagu Ghea, tata
Read more