"Ssshh ...." Aura akhirnya tersadar, menarik napas karena rasa sakit. Begitu mendongak, pelakunya masih saja tersenyum ke arahnya, membuat tatapannya langsung memancarkan rasa jengkel. "Kamu ngapain?"Fendro mengabaikan tatapan jengkel Aura, mengangkat dagunya sedikit, dan berkata, "Kalau tadi aku nggak cegat kamu, kamu pasti sudah jatuh."Aura mengikuti arah pandangnya, baru sadar bahwa di depannya adalah tangga. Kalau jalan sambil melamun memang bisa celaka. Namun, dia tetap keras kepala, mencibir. "Siapa bilang aku bakal jatuh."Dia terdiam sejenak, lalu berkata, "Ya sudahlah, kerjaan hari ini sudah beres. Kamu boleh pulang."Fendro mengangkat berkas kontrak di tangannya. "Bu Aura, aku baru saja dapat satu kontrak. Masa kamu langsung mau buang aku? Bukannya seharusnya traktir makan buat rayain?"Aura menggeleng. "Nggak ada uang." Jawabannya sangat tegas.Dengan tak tahu malu, Fendro meraih pergelangan tangannya. "Nggak apa-apa, aku punya. Aku yang traktir.""Nggak usah!" Aura buru-b
Baca selengkapnya