Semua Bab Menjadi Tawanan CEO Dingin: Bab 531 - Bab 540

Saat itu, Aura merasa tubuhnya makin lemas. Dia sebenarnya tidak mau, tetapi entah mengapa tubuhnya selalu tidak pernah menuruti perintahnya saat berhadapan dengan Jose. Tubuh mungilnya itu pun langsung bersandar lemas di pelukan Jose. Saat dia sudah hampir kehabisan napas, Jose baru melepaskannya.Saat bibir keduanya terpisah, terdengar suara yang menggoda yang sangat jelas di ruangan sempit itu.Setelah berhasil mengendalikan kembali tubuh dan pikirannya, Aura memelototi Jose dengan marah.Namun, Jose malah menatap bibir Aura yang merah dan tersenyum. "Setelah aku coba, memang agak asam."Mendengar perkataan itu, Aura merasa makin kesal. Padahal dia sudah berusaha menahan amarahnya, sekarang Jose malah menjadikannya sebagai bahan candaan. Dia langsung berbalik dan hendak membuka pintu mobil, tetapi Jose langsung memeluknya dengan erat. Saat menoleh dan menyadari ada satpam yang sedang berpatroli, dia segera menatap Jose dengan marah. "Lepaskan aku.""Kamu yakin?" tanya Jose."Tentu s

Jose berdiri sambil merangkul pinggang Aura, lalu berkata pada Tiano dengan santai, "Dia agak bandel. Tolong jaga baik-baik."Ekspresi Serra langsung berubah drastis, lalu buru-buru maju dan hendak mengatakan sesuatu.Namun, Jose sudah keluar dari ruangan itu sambil merangkul pinggang Aura.Saat bertemu Tiano di depan pintu, Aura melihat penampilan Tiano sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin karena sudah terbiasa melatih fisiknya, tubuh Jose lebih cepat pulih dibandingkan orang lain.Aura mengalihkan pandangannya dan mengikuti Jose keluar dari ruangan, tetapi dia tetap berdiri di depan pintu kamar cukup lama. Tak lama kemudian, terdengar jeritan menyedihkan Serra dari dalam kamar. Meskipun tidak tahu persis, dia bisa menebak apa yang sudah terjadi.Orang-orang di sekitar Jose bukan orang baik-baik, terutama Tiano yang terkenal sangat keji dan tidak berbelas kasihan. Kemungkinan besar, tindakannya juga pasti lebih kejam.Saat Aura sedang tertegun, Jose yang berdiri di samping t

Yang utama di sini memang hanya untuk menonton drama, semakin ribet semakin seru.Aura mengepalkan bibir, lalu berjalan mendekat dan bertanya pada Jose, "Aku datang di waktu yang nggak pas ya? Kalau begitu ... gimana kalau aku ke atas duluan?"Lihat betapa pengertiannya dia. Jose menoleh sebentar ke arahnya, lalu mengulurkan tangannya dan menariknya perlahan. Detik berikutnya, Aura sudah duduk di pangkuannya.Otot paha Jose sangat keras, sampai-sampai pantat Aura terasa nyeri. Dia tak kuasa berdecak.Melihat pemandangan itu, wajah Jennie sempat berubah sejenak. Dia baru saja mau pamit, tetapi langsung disambut tatapan Jose yang tersenyum sinis. "Usul yang kamu sampaikan sebenarnya cukup menarik buatku.""Hanya saja, aku masih belum tahu, apa yang bisa kudapatkan?"Sebenarnya, kedatangan Jennie ke sini memang dengan tujuan "menumpang" pada Jose. Beberapa tahun lalu dia menyinggung orang yang salah, akibatnya disingkirkan selama bertahun-tahun. Kalau sampai sekarang masih belum comeback,

Jose melihat cara Aura berbicara barusan, seperti rubah kecil yang hanya bisa galak karena sedang berada di belakang harimau.Tangannya tiba-tiba mencubit pelan bagian lembut di pinggang Aura. Tubuh Aura sontak menegang sejenak. Dia menoleh dan memelototi Jose dengan kesal. Apa ini saatnya untuk merayu?Melihat sudut bibir Jose melengkung membentuk senyuman menyebalkan, Aura langsung tahu pria ini sedang memikirkan hal yang tidak-tidak.Namun, karena ini wilayah Jose, Aura hanya bisa menatapnya penuh permohonan, meminta agar dia tidak macam-macam.Jose mengangkat alis dan melepaskannya. Aura langsung berdiri dan berjalan ke arah Serra. "Kalau begitu, tolong ceritakan semuanya dari awal tanpa ada yang disembunyikan."Dia mengeluarkan ponsel, menyalakan fitur rekaman, lalu meletakkannya di lantai dengan tenang."Jangan bohong ya. Kalau aku sudah tanya, artinya aku sudah pegang bukti dan saksi. Kalau kamu berani bohong ...." Aura tersenyum manis kepada Serra. Wajah mungilnya begitu cantik

Aura dan Jose berjalan ke pintu dan membukanya, lalu melihat Tiano berdiri di sana. "Pak Jose, Bu Aura, Serra pingsan.""Begitu saja sudah pingsan?" Aura mengernyit. "Padahal tadi masih ketawa kencang banget."Tiano menggeleng. "Nggak tahu pasti, mungkin pingsan karena kesakitan."Aura mengangguk pelan, lalu menoleh ke Jose. Jose bertanya dengan datar, "Selanjutnya kamu mau gimana urus?"Kata "mengurus" yang dilontarkan Jose kemungkinan besar merujuk pada metode yang cukup ekstrem.Aura menggigit bibir dan berpikir sejenak, lalu menjawab, "Tetap kirim ke kantor polisi saja."Jose mencibir. Jelas dia tidak terlalu setuju dengan cara Aura.Meskipun begitu, dia tetap menoleh ke Tiano dan berkata, "Panggil dokter. Kalau dia sudah sadar, kirim ke kantor polisi sekaligus sama semua buktinya."Tiano langsung pergi. Aura juga tidak ingin lagi melihat wajah Serra. Setelah menutup pintu, Jose berbalik dan duduk di sofa, menoleh ke arah Aura dengan malas. "Merepotkan."Aura tahu yang dimaksud Jos