All Chapters of Menjadi Tawanan CEO Dingin: Chapter 891 - Chapter 900

Begitu Jose selesai berbicara, keringat dingin kembali muncul di kening Philip. Dia merasa belakangan ini semuanya tidak berjalan lancar, beberapa tugas yang diberikan Jose juga tidak diselesaikan dengan baik. Baginya, ini benar-benar sebuah aib. Oleh karena itu, dia terdiam sejenak, lalu berkata pada Jose, "Bos, beri aku waktu dua hari lagi."Melihat ekspresi Jose yang tetap muram, Philip menggigit bibirnya. Setelah itu, dia mengangkat satu jarinya dan bertanya dengan hati-hati, "Satu hari?"Jose mengangkat kepalanya dan menatap Philip. "Besok malam aku mau bertemu Devin."Philip hanya bisa menghela napas dalam diam, lalu mengeluh hidup di zaman sekarang tidak mudah di dalam hatinya. Jika hanya Devin, dia pasti sudah menangkap dan membawa Devin ke sini. Namun, kini Devin memiliki orang yang mendukung di belakang. Dia menatap Jose sejenak, lalu tetap bertanya, "Bos, membawa Devin ke sini sih nggak masalah, yang jadi masalah itu di pihak Pak Tigor ...."Dia menjilat bibir keringnya, lal

Di tengah dinginnya cuaca, Devin menggigil kedinginan. Namun, saat mendengar ucapan Jose, dia malah tertawa. Sayangnya, tubuhnya tidak terlalu atletis, sehingga seluruh tubuhnya ikut bergetar saat tertawa."Haha. Jose, aku kira kamu ini orang yang nggak peduli pada siapa pun, tak disangka sekarang kamu juga bisa mati-matian demi seorang wanita. Menangkapku sih hanya hal kecil. Tapi, kalau kamu sampai menyakitiku demi seorang wanita, lihat saja apa Kakekmu akan membiarkanmu begitu saja. Ah ...."Saat Devin selesai berbicara, Jose tiba-tiba berbalik dan menginjaknya hingga terhempas ke tanah. Karena injakkan itu terlalu kuat, tulang di bahunya sampai retak. Dia terbiasa hidup mewah, sehingga tidak sanggup menahan siksaan seperti itu dan langsung menangis meraung-raung. Suaranya terdengar sangat tajam di tengah malam yang sunyi.Jose yang merasa terganggu pun menambah kekuatan pada kakinya, lalu menundukkan kepala dan menatap Devin yang terlihat sangat menderita. "Kalau kamu masih nggak m

Philip baru saja ingin mengikuti Jose, tetapi seseorang menarik tangan Philip. "Pak Philip, bagaimana dengan mayat ini?"Philip menatap mayat di lantai dengan ekspresi bingung. Hatinya tidak ingin mayat ini adalah Aura, tetapi bagaimana jika ternyata memang benar? Jika suatu hari nanti Jose benar-benar menemukan bukti bahwa mayat ini adalah Aura, bagaimana nanti jadinya? Oleh karena itu, dia berpikir sejenak dan berkata, "Suruh orang menanganinya, lalu simpan dengan baik.""Baik," jawab orang itu sambi menganggukkan kepala, lalu segera melaksanakan perintah itu.Philip mengikuti Jose pergi. Saat masuk ke mobil, dia membuka mulut dan hendak mengatakan sesuatu.Namun, Jose malah memerintah dengan nada dingin, "Nggak peduli pakai cara apa pun tetap harus menemukan Aura. Dia nggak mungkin mati."Tanpa izin Jose, Aura tidak boleh mati!Philip menggigit bibirnya, lalu menganggukkan kepala.Nmaun, Philip tidak menyadari Jose sudah mengepalkan kedua tangan yang diletakkan di samping tubuh deng

"Nikah?" Aura menatap pria di depannya. Bibirnya menegang sedikit. "Kamu yakin kamu ini tunanganku?"Kepalanya benar-benar kosong, tidak ada satu pun ingatan yang muncul. Namun, satu hal yang dia tahu pasti, dia sama sekali tidak merasakan apa pun terhadap pria di hadapannya."Ya." Tiano tersenyum kecil. Dia mengangkat tangan dan berusaha menggenggam tangan Aura. "Aku tunanganmu. Begitu kamu sudah membaik, kita akan pergi memilih cincin nikah dan memilih gaun."Senyuman di mata Tiano semakin dalam. Namun, Aura refleks menarik kembali tangannya.Telapak tangan Tiano mendadak kosong, hangatnya sentuhan tadi lenyap begitu saja. Dia mengernyit pelan, lalu mengangkat kepala lagi dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya. Kemudian, dia menyerahkan mangkuk sup di tangannya."Kamu sudah lama nggak makan. Makan sedikit dulu ya."Aura menatap Tiano sejenak, kebingungan meliputi hatinya. Apakah pria di depannya ini benar-benar tunangannya? Kenapa dia merasakan penolakan dalam hati setiap

Keterampilan memasak Tiano ternyata cukup bagus. Makan malam yang dia buat sangat enak, seolah-olah dia sangat memahami selera Aura. Semua hidangan yang dia masak kebetulan adalah makanan yang disukai Aura.Setelah makan, Aura kembali ke kamar untuk beristirahat sebentar. Tak lama kemudian, Tiano masuk sambil membawa segelas susu."Tidur lebih awal, besok mungkin akan lebih capek."Aura meletakkan buku yang sedang dia baca. Itu adalah buku dengan cerita yang cukup melodramatis. Ceritanya memang berlebihan, tetapi cukup menguras emosi. Kisah tentang sepasang pria dan wanita yang terus saling melewatkan cinta mereka.Aura baru saja membaca bagian ketika sang tokoh wanita kehilangan ingatan tentang kekasihnya. Tepat pada saat itu, Tiano mendorong pintu dan masuk.Aura menoleh, entah kenapa mendadak merasa dirinya cukup beruntung. Setidaknya, tunangannya masih ada di sisinya. Dia tidak harus berpisah dengan orang yang dicintainya, seperti tokoh wanita dalam cerita itu.Tiano melihatnya mel